11 ♣ Another Side Of Him

268 19 14
                                    

        "Dasar pecundang. Sok berani lo ke sini gak bawa anak buah!"

        Sebuah hantaman kembali mendarat di pipi Alva, tapi cowok yang dipukuli tidak merasakan apa-apa kecuali kosong. Apa yang lawannya katakan hanya bagaikan angin lalu, pukulannya pun tidak terasa sakit sama sekali. Alva terkekeh sebentar, yang mampu membuat lawannya sedikit bergidik ngeri karena tingkahnya yang seperti psikopat.

        "At least, gua udah gak main keroyokan, banci. Gua bisa ngabisin lo pada sekarang, hm," Alva menyeringai. Siapapun orang yang masih berakal sehat--sayangnya di sini kawasan orang mabuk--seharusnya ingat betapa membahayakannya berurusan dengan penerus keluarga Mans yang satu ini.

        Cowok itu mengelap sudut bibirnya yang berdarah, lalu menatap tajam lawannya dengan mata elangnya, bersiap menghabisi. Tanpa berlama-lama, kini mereka sedang saling berkelahi 5 lawan 1. Tapi, bagi Alva berapapun itu mudah mengingat ia sangat jago berbagai teknik bela diri.

        Puas melihat kelimanya terkapar mengenaskan di pinggir jalanan sementara dirinya tidak merasakan sakit sama sekali, ia kembali masuk ke bar dengan perasaan campur aduk. Menegak alkohol yang menjadi candunya itu gelas demi gelas, tanpa pernah meladeni apa yang terjadi di sekelilingnya.

        Jika ditanya apakah digoda oleh beberapa perempuan nakal, maka jawabannya pasti iya dan banyak sekali. Tapi Alva menanggapinya dengan sangat dingin dan kasar, membuat siapapun tidak akan tahan berbicara lama-lama dengannya.

        Jika kalian bertanya siapakah Alva sebenarnya, maka selamat, kali ini kalian telah mengetahui sebagian tentang dirinya yang asli.


♣♣♣


        Berbeda jauh dengan satu sisi lain. Kiara dengan seorang pemuda SMA antah berantah yang menyelamatkannya, menemani gadis itu untuk mencari seorang Alva yang siapapun tahu bahwa cowok itu cukup ditakuti dan disegani di daerah ini.

        To be honest, Alva gak sebaik apa yang kalian bayangkan.

        "Dia sering ke sini...?" Kiara berbisik ke cowok SMA itu, sambil memandangi sekitarnya yang cukup menyeramkan. Penuh dengan orang mabuk dan wanita yang menjajakkan dirinya dengan sangat hina.

        "Panggil gua Axon. Dia emang sering ke sini, tapi biasanya cuman buat sekedar minum bir, adu jotos, atau balap liar," terang cowok itu santai. Axon membawa Kiara memasuki sebuah bar yang menyetel musik keras hingga rasanya dapat memecahkan gendang telinga.

        Saat itu pula Kiara shock dengan pemandangan di bar ini dan ingin muntah. Axon yang menyadari ekspresi Kiara menertawakannya. "Gini sisi cowok lo sebenernya. Ini dunia kami. Mungkin bagi lo ini sepenuhnya buruk, tapi lo gak tau sama sekali apa yang terjadi sama orang-orang di sini kan?"

        Perkataan itu sangat menohok Kiara. Tapi, gadis itu tetap bersikeras untuk menemui Alva, meskipun mereka berdua cukup menjadi sorot perhatian karena penampilan Kiara yang tampak sekali seperti gadis SMA baik-baik berjalan dengan player andal seperti Axon.

        Bahkan ada yang menawari mereka kamar kosong, tentu disambut gamparan indah oleh Kiara.

        Tiba-tiba Axon berhenti dan berkata. "Itu Alva, ketutupan cewek genit."

        Kiara melihat ke arah Alva dan menelan ludahnya dengan susah payah. Gue dulu berandal, biasa ngeliat kayak gini, tapi kenapa semuanya berubah secepet ini?

        "Gue samperin dia," ujar Kiara kalem kepada Axon, cowok itu hanya mengedikkan bahu.

        Tak disangka-sangka, Alva tengah membentak para wanita centil yang bergelayutan manja di dekatnya. "Bangs*t, pelacur lo! Mati sana!" dibarengi dengan tatapan membunuhnya yang membuat perempuan mana saja pasti memilih untuk melenyapkan diri.

[UN]TouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang