Kisah tentang Alkiara Putri. Berawal dari perjanjiannya dengan kedua kakaknya, di mana mereka bertiga harus saling menutupi identitas asli satu sama lain. Kiara yang merupakan artis, harus berpura-pura menjadi cewek pemalu dengan kehidupan yang bias...
"I am left standing on the edge. And wondering how we got this far."
♣ 13.5 : WHAT A SHAME [Extra Chapter] ♣
"APA yang lo pikirin, Rean? Apa jatuh ke lubang yang salah berkali-kali itu, bikin masalah lo hilang?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
○○○
7 Desember
...
Hari Sabtu malam. Itu hari di mana gua bisa sedikitnya main-main. Ngikutin kata hati, berbuat sekehendak dan sebebas apa yang dimau. Rules were made to be broken. Hidup cuman sekali, lalu kenapa gue harus berkutat dengan segala tugas yang gak bakalan bikin lo bahagia, atau senyum? YOLO, guys.
Lusa ujian lagi, dan lagi. Setiap hari ulangan, ditambah pekerjaan yang dibebani sama 'mereka' yang sangat cinta dengan perusahaan dan uang. Kenapa orang seneng banget kerja? Kenapa mereka sangat menikmati kesibukannya?
Oh, persepsi orang berbeda-beda.
"Re, tumbenan main ke sini," Gareth merangkul gua sok akrab, dan kelewat kencang, seperti lebih terkesan ingin mencekik. "Bosen lo ngapalin rumus-rumus ngejelimet? Bolos les?"
"Wedeh abang Re yang anti banget, mendingan kan ke sini? Biarin masalah berlalu, nanti juga seiring waktu kelar. Gak usah galau lu," Shaq ikut nimbrung.
"Main-main aja," jawab gue sekenanya. Apa perlu diperjelas, alasan gue dateng ke sini? Kan, menikmati kesenangan duniawi sedikit, lah.
Gue dan kedua kucrut yang terkenal gila seantero sekolah itu asik-asikan di bar, mulai dari lomba minum sampe modusin cewek. Saat itu, gue baru nyadar kalo banyak cewek yang tampangnya oke, setelah lama gak pernah ngelirik cewek manapun gara-gara nenek vampir bacot. Mereka semua pake baju yang nampilin tubuh mereka sebebasnya dengan gratis. Kalau dibilang murahan, memang.
Gareth tampak kebingungan memilih gadis buat jadi kencannya kali ini. Oh, dia emang playboy tingkat dewa. "Cakepan yang putih rambutnya merah apa yang badannya bagus itu?" sambil nunjuk.
Gak ada yang cakep, seleranya emang murahan, pantes nyari pasangan di sini. Sedangkan Shaq yang mabuk--karena kebanyakan minum--langsung bersinar melihat gadis-gadis. "Lo yang rambutnya merah, gua yang satunya lagi."
Lalu mereka berdua ninggalin sambil ngebawa gadis masing-masing. Gua? Sori aja, gua bukan tipe cowok yang hobi nonton bokep atau seneng nyentuh cewek yang gak muhrim. Ah, sok banget, padahal di sini juga lagi maksiat. Eh tapi, tadi itu bener.