12 ♣ Stay

244 16 15
                                    

Coldplay - Sky Full Of Stars

" 'Cause you get lighter the more it gets dark,

I'm gonna give you my heart ."


 BAB 12: STAY


Malam itu ditaburi bintang-bintang, bulan memancarkan cahaya terang dan pantulannya terpapar jelas di permukaan danau. Danau yang indah, dan jarang diketahui tempatnya oleh para penduduk Jakarta. Mata Kiara membulat melihat keindahan panorama yang tidak pernah ia temui sebelumnya. 

        Baik Kiara maupun Alva, keduanya hanya diam tanpa satupun memulai pembicaraan. Mereka berdua nyaman dalam hening. Ini satu sisi Kiara yang Alva sukai, yaitu gadis itu tidak perlu harus mencairkan suasana ataupun mengobrol hanya untuk mengisi keheningan. Padahal biasanya, gadis manapun jarang suka ketenangan dan diam seperti ini.

        "Lo tau rahasia gue," Alva berdeham. Tidak satu pun kejadian hari ini yang ia lupa, apalagi kebodohannya yang ia anggap sangat-amat memalukan.

        Gadis di sampingnya melirik ke arah cowok tersebut, dengan jaket yang telah Alva sampirkan di bahunya agar tidak kedinginan. "Rahasia apa?"

        Andaikan pertanyaan polos itu tidak dilontarkan Kiara, maka sudah dipastikan Alva menendangnya jauh-jauh ke Pluto.

        "Sebagian diri gue yang asli," ia menjeda. "Lo tau."

        Yang Alva tidak tahu adalah bagaimana Kiara menanggapinya. Cowok tersebut sedari tadi memperhatikan gadis di sampingnya yang justru tampak asyik sendiri bahkan tidak ada tanda-tanda bahwa Kiara sedang sedih atau galau. Mungkin, Kiara memang tidak peduli sama sekali dengan Alva. Mungkin, Alva hanya terlalu geer. Karena, spesies macam Kiara itu susah dan langka untuk ditebak. 

        Bahkan Alva sendiri masih bingung mengapa dirinya bisa seterbuka ini dengan Kiara. Bisa saja jika gadis yang ada di sampingnya ini adalah Renee, mantan pacarnya yang ke-10 itu, mungkin Alva sudah mencemplungkannya ke danau dan berharap ia tidak bisa berenang sehingga tenggelam.

        "Yang mana, sih?" hampir saja Alva menjedukkan kepalanya ke pohon terdekat andai Kiara tidak melanjutkan ucapannya. "Setau gue, lo itu cowok berandalan yang tiba-tiba deketin cewek alim dan tiba-tiba minta bantuan dan akhirnya malah ke danau buat bahas sesuatu yang menye."

        Itu kata terpanjang yang Kiara lontarkan. Entah Alva harus senang apa sedih.

        Cowok tersebut menaikkan satu alis. "Setau gua, cewek alim gak bakalan setenang ini dan mau-mau aja diajak jalan cowok berandalan,"

        Bagusnya Alva tidak tahu seberapa dalam makna kata tersebut dan pengaruh terhadap mental Kiara. Mampus, kok gue ketularan begonya Alva?

        "Kalo emang lo cewek culun, lugu, nan polos, gua yakin seyakin-yakinnya dari tadi lo udah kabur entah kemana, dan gak mungkin berani nolongin gua." perkataan Alva kian tajam, Kiara kini merasa tatapan elang cowok tersebut menghujami dirinya.

        Ingin rasanya Kiara menjambak rambutnya sendiri. "Fine. Kalo lo emang cowok berandalan yang hobi main cewek dan minum sampe sakau, gak mungkin juga lo semudah itu gue suruh pulang."

        Alva justru menyeringai. "Kalo lo yang nyuruh pulang sih, gue oke."

        Gadis itu memutar bola matanya malas. Sisi cowok Alva yang 'sang penggombal maut' itu keluar lagi. Tak disangka-sangka, modus Alva kali ini merangkulnya tiba-tiba.

[UN]TouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang