" oke gue ikutin kata - kata loe, gue akan buat radika sibuk tapi gue gak janji kalo suatu saat radika pasti ada waktu luang dan itu bukan tanggung jawab gue " jasmine lalu menaruh kembail bingkai foto itu.
" deal " ucapnya lantang.
" aku bakalan lakuin apapun buat ngejagain Felicia, kamu tenang saja ya sayang. Istirahat lah dengan tenang bersama Falencia " Lutfi Arsya Pratama.
----------☆☆☆-------
Lutfi memandang foto yang ada di depan meja kerjanya yang dilapisi sebuah bingkai berwarna biru itu dengan tatapan sayang.
Foto itu memperlihatkan seorang wanita memakai gaun berwarna biru muda beserta flower cron yang menghiasi kepalanya, sedang mengendong seorang bayi perempuan yang terbalut selimut bermotif beruang di sebuah kursi taman.
Pandangan mata sang wanita itu memancarkan kebahagiaan sekaligus kesedihan.
Wanita itu adalah Azura saat berusia 19 tahun, dan bayi itu adalah Felicia - putri kembarnya saat berusia 8 bulan -.
Karena kesalahan yang di buat oleh Lutfi, yang membuat mereka akhirnya bersama.
Selama 1 tahun lamanya mereka terpaksa tinggal di luar negeri untuk membesarkan anak mereka, namun pada akhirnya mereka juga harus berpisah.
" andai waktu itu aku tidak menuruti permintaanmu untuk kembali ke indonesia, kamu pasti bisa bertahan azura, dan kita bisa membesarkan anak kita bersama " batinnya lirih.
Memang benar kata orang bahwa penyesalan itu selalu datangnya terlambat, dan itu terbukti sekarang lutfi hanya bisa memandang foto azura dan setiap dia melihat radika dia akan terus teringat dengan azura.
tok tok tok
Ketukan dari pintu membuat lamunannya buyar, dengan cepat dia menaruh bingkai foto itu kedalam laci mejanya sebelum ada yang mengetahuinya.
" masuk " pintu pun terbuka setelah mendengar perintah itu dan muncul lah sosok aira.
" permisi pak ibu radika sudah menunggu bapak " ucapnya sopan.
" Persilahkan dia masuk, dan satu lagi tolong buatkan saya Vanila latte " perintahnya.
" Baik pak, ada lagi? " balas aira.
" tidak sekarang kamu bisa kembali bekerja " ucapnya, dia lalu membalik kursi kerjanya.
" baik pak saya permisi " aira lalu menutup pintu dan tak lama kemudian radika muncul dari balik pintu itu.
" Hay lutfi " lutfi yang sedang membelakangi pintu masuk pun berbalik.
" hay rad " balasnya, dia lalu melangkah mendekati radika yang masih berdiri, dia lalu menutup pintu dan membawa radika menuju sofa di dalam ruang kerjanya itu.
" Gimana dengan penawaranku tempo hari, apa dicky mengijinkanmu?" radika pun tersenyum dia lalu mengambil map dari dalam tasnya.
" Ini " radika lalu menyodorkan map itu kepada lutfi, lutfi pun mengambilnya dan memeriksa isi map tersebut.
" wow aku kira si kepala batu itu tidak mengijinkanmu, ternyata dugaanku salah besar " radika pun tertawa mendengar ucapan lutfi yang mengatai dicky ' si kepala batu '.
" Mungkin bila kejadian semalam itu tidak terjadi aku juga sulit mendapatkan ijinnya " balas radika.
" memangnya keja --- " ucapan litfi pun terpotong saat mendengar ketukan pintu, setelah mengatakan masuk pintu terbuka dan menampilkan sosok aira yang membawa sebuah nampan berisi kopi pesanan lutfi tadi.
" permisi pak ini kopi nya " ucap aira, lalu meletakan secangkir kopi di meja dekat sofa yang di tempati oleh mereka.
" terima kasih aira, kamu mau minum apa rad? " radika pun menggeleng.
" tidak terima kasih " balasnya sopan.
" oke, terima kasih aira " aira pun mengangguk dan setelah mengucapkan sama - sama lantas aira pun pamit untuk kembali bekerja.
Setelah kepergian aira radika pun memandang lutfi dengan kening berkerut, setahunya lutfi paling tidak suka dengan kopi.
" sejak kapan kamu suka kopi " ucapnya masih dengan kerutan dikeningnya.
Uhuk uhuk
Ucapan radika sukses membuatnya terkejut, ya memang sewaktu masih sekolah dulu dia memang tidak menyukai kopi.
Radika pun mengusap pelan punggung lutfi, sampai batuknya berangsur - angsur menghilang.
" ohh itu aku pernah minum kopi waktu ketemu sama kolegan bisnis ku dan ternyata kopi itu enak " radika pun pura - pura mengangguk dan ber oh saja.
" ada yang aneh " batinnya.
" memangnya kamu suka kopi apa ka? " pacing radika.
" vanila latte " balasnya.
Deg
Rasanya jantung radika berhenti saat mendengar jawaban itu, dia lalu terdiam beberapa saat.
" ka aku pamit dulu ya aku masih ada urusan " tanpa menunggu balasan dari lutfi radika langsung mengambil tasnya dan pergi dari kantornya lutfi.
Sekelebat ingatan masa lalunya dengan azura pun muncul, saat di dalam lift dan membuat cairan bening itu mengalir dengan sendirinya dan untungnya lift ini kosong.
Ingatan itu adalah saat dimana azura selalu memesan kopi favoritnya di kafe langganan mereka, padahal banyak sekali jus yang enak di kafe itu.
" azura bisa kah satu hari saja jangan memesan kopi kalo kita sedang berada di kafe ini " ucap radika kesal.
Azura cuman nyengir dan dengan entengnya bilang.
" habisnya kopi itu kaya hidup kita manis tapi juga ada pahitnya pas banget kaya rasa vanila latte " ucapnya enteng.
Tanpa sadar sebuah senyum kecil mengembang dibibirnya saat mengingat kejadian itu.
" Aku tau ada yang kaka sembunyikan dari ku, aku akan mencari tau sendiri bila kaka tidak mau memberitahuku " tekatnya.
* tbc
----------☆☆☆----------
Datar ya maaf ya author kadang bingung pengen ngejelasin kejadiannya kaya gimana.767 kata aja buat part ini.
Makasih ya buat vote dan coment kalian semua, author senang banget ternyata banyak yang suka sama cerita ini.
Maaf ya kalo masih ada typo di part sebelum nya.
Oke sampai jumpa di part selanjutnya ya ✋
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Titipan (Selesai)
RomanceBagi sebagian orang menikah adalah hal terindah, dalam hidup kita. Tetapi itu tidak berlaku bagi Radika Yolanda Amelia. Ia terpaksa menikah dengan Dicky Fajar Naufal atas permintaan sahabatnya sebelum dia meninggal. Padahal Dicky adalah orang yang s...