satu.

762 67 11
                                    


   Sudah lama sekali semenjak seorang wanita ini tertidur di kasur putih ini. Dengan wajahnya yang semakin tirus itu membuat kekasihnya terlihat semakin cemas.

 Berhari-hari Niall menunggu istrinya sadar dari koma. Tangannya bergerak mengenggam tangan dingin Tiffany. Tangan mungil itu sedikit merasa hangat seketika. Niall memandang wajah Tiffany sedih.

Ia sangat menyesal akan kejadian satu bulan yang lalu. Ia terus dan terus saja menyalahkan dirinya sendiri akan kejadian itu. 

Kejadian yang sangat amat pahit bila harus diingat.

Niall masih terus berusaha berkomunikasi dengan Tiffany bagaimanapun caranya. Walaupun Tiffany tidak pernah menjawab satupun ucapan Niall, Niall masih saja terus berbicara. 

Mengatakan hal-hal manis, menceritakan kehidupannya sehari-hari, dan kesepiannya yang mendalam saat-saat dimana Tiffany tidak ada disampingnya.

Suara pintu terbuka, tercium parfum yang begitu familiar di hidung Niall.

Zayn menaruh kantong plastik putih di meja dekat kasur Tiffany.

Dia menepuk bahu Niall, "kau harus beristirahat, Ni" ucapnya cemas. Mata Niall yang berkantong itu masih jatuh pada wajah polos Tiffany.

Zayn pun menghela nafas, melepaskan tangannya dan beralih duduk di sofa. 

Dia melihat Niall dan Tiffany bergantian. Merasakan kesedihan yang mendalam diantara cinta mereka berdua. 

Merasakan betapa menyedihkannya Niall saat ini.

"Aku membawakanmu beberapa makanan dan minuman. Kau harus makan. Aku tidak ingin mendengar gossip bawahanmu tentang tubuhmu yang makin kurus" gurau Zayn mencoba mencairkan suasana. 

Sayangnya, Niall masih diam. Diam dengan melihat Tiffany sedih. 

Astaga keadaan ini membuat Zayn semakin gila. "Hey!" Zayn meraih kedua pundak Niall agar Niall melihatnya. "Kau harus melakukan sesuatu! jangan hanya duduk dan melihat dia yang sedang berjuang. Kau juga harus makan, minum, dan tidur seperti manusia biasanya!"

Niall hanya menatap Zayn murung. God, Zayn hates Niall sad face .

Dengan murung Niall melepaskan kedua tangan Zayn dan berdiri. Zayn yang masih sedikit stres itu berfikir kira-kira apa yang dilakukan zombie itu.

Ternyata, Niall masuk kedalam kamar mandi. Itu membuat Zayn lega.

Pandangan Zaynpun beralih pada Tiffany lagi. Tiffany yang lemah, yang tidak menjadi Tiffany nya yang dulu.

Zayn pun tahu dia sudah memiliki suami. Dan suami Tiffany merupakan sahabatnya. Zayn hanya tersenyum kecil memikirkan teori kehidupan cintanya.

Tiba-tiba terjadi gerakan yang membuat Zayn terlonjak dari sofa. Ia memilih untuk mendekat ke Tiffany yang matanya sedang berkedip-kedip itu.

Holy shit Niall ini bukan saat yang tepat untuk membuang air, batin Zayn

Mata Tiffany terbuka. Melihat Zayn yang melihatnya shook. Mata Zayn terbuka lebar. Tiffany makin menyipit, karena masih buram ia semakin menyipit.

"Zayn..." 

Suara Tiffany memanggil namanya membuatnya lega sekaligus takut.

"Dimana aku?" Tiffany masih mengunci pandangannya pada Zayn. Begitupula Zayn yang melihat Tiffany.

Niall merasa dari dalam kamar mandi Zayn berbicara dengan seseorang. Ia berfikir itu Tiffany, tapi jika itu Tiffany tentu Zayn akan mengetok atau mengebrak pintu kamar mandi ini.

Baru saja di rasakan, ada seseorang mengetok pintu kamar mandi. "Niall! Tiffany sudah bangun!"

Niall terlonjak langsung keluar. Ia melihat Tiffany dengan perasaan yang begitu senang. "Tiffany, kau sudah sadar sayang"

Niall memeluk, mencium puncak kepala Tiffany berulang-ulang. 

Tiffany tidak bereaksi sama sekali, ia benar-benar tidak tahu siapa yang bersamanya ini. Mata Tiffany mengarah pada Zayn, dengan dirinya yang masih dalam dekapan Niall.

Tiffany melepaskan pelukan Niall. "Siapa kau?" tanyanya dingin.

Suara pintu terbuka membuat semua orang melihat ke lelaki berjas putih itu. Dokter itu langsung ke Tiffany dan memeriksa Tiffany. 

"Mr. Horan bisakah anda mengikuti saya?"

Niall menganguk lalu mengikuti dokter. Tiffany melihat ke arah Niall yang pergi bersama dokter tadi. Ia hanya mengenal lelaki itu 'Mr. Horan' saat ini.

"Ada yang sakit?" tanya Zayn melihat Tiffany yang terlihat linglung.

Tiffany mengeleng lalu melihat Zayn polos. "Kenapa kau tidak memelukku seperti lelaki sebelumnya?" 

Zayn membelalakan matanya. Meresap perlahan arti dari pertanyaan Tiffany. Tunggu. lelucon macam apa ini?, batin Zayn

"Tiffany.." Zayn masih melihat Tiffany. "Kau membenciku? kau tak suka aku disini, Bersamamu?"

Zayn  bingung. Dia terlalu bodoh untuk memahami keadaan ini. "aku tidak membencimu. Aku hanya.."

"Kalau begitu peluk aku!" Zayn membelalakan matanya dan mencoba bernafas. 

"Tiffany.. aku tidak bisa" Tiffany kecewa. "kenapa?"

"Aku bukan siapa-siapamu. Maaf" ucap Zayn. "Tapi dia bisa. Karena dia suamimu" Zayn tersenyum ke arah Tiffany.

Tiffany dibuat kagum oleh senyuman Zayn yang begitu indah. 

"Dia suamiku?" Zayn menganguk. Tiffany membelalakan matanya tidak percaya. "Ku kira dia saudaraku" lanjut Tiffany.

Zayn ingin menahan tawanya, sayangnya, tawa itu sudah keluar dengan sendirinya. 

Tiffany makin bingung. "Hey, jangan bingung." seperti Zayn mengerti apa yang Tiffany pikirkan, Zayn mengatakan hal it pada Tiffany.

"Kurasa aku bisa memberikanmu pelukan jika kau mau" Zaynpun memeluk Tiffany layaknya sahabat. 

Rasanya hangat dan membuat jantung Tiffany berdetak kencang.

"Aku suka" Tiffany makin mengeratkan pelukannya. Kepalanya ia taruh di pundak Zayn dengan mata tertutup. 

Sedangkan Zayn, tak dapat di khianati. Zayn merindukan momen ini.

Momen dimana dia dan Tiffany bersama, berdua.

Rasanya ia ingin menghentikan waktu dan terus seperti ini dengan Tiffany.


   Tampaknya ada seseorang yang melihat mereka berdua. Seseorang itu tampak sedikit kecewa atas perilaku Zayn. Ingin sekali dia berlari ke sana dan mengantikan tempat Zayn. Dan oh! meninju pipi Zayn hingga biru kalau bisa.

Niall menutup pintu perlahan. Ia berdiri me-istirahatkan punggungnya pada tembok. Dan mencoba menerima akan kenyataan yang parah nantinya.




Hei comment dan vote yaa ! thank you !



Another ↭ n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang