lima.

296 44 2
                                    


"Tiffany bagaimana kabarmu sayang?" tanya ms. Horan-ibu Niall- pada Tiffany. "Ba-baik, tante"

Ms. Horan pun terkekeh akan jawaban Tiffany, "sayang, panggil aku mom ya." Tiffanypun mengangguk dan tersenyum.

"Makan yang banyak, ya sayang" lanjut Ms. Horan. "Niall, berikan Tiffany ayam itu. Kau tau dia butuh asupan yang banyak"

Astaga, mertua Tiffany benar benar cerewet, batin Luke.

"Luke apa kau menikmati makanannya?" Lukepun menatap ibu Niall dengan tegang, lalu lelaki ini mencoba untuk merelaxkan matanya.

"Of course, ma am. Saya menikmatinya" Lukepun melanjutkan makannya.

...

"Aku kenyang sekali, Tiff" ucap Luke dengan merangkul Tiffany. "Apa kau juga kenyang? By the way kau makan sedikit sekali tadi"

Tiffanypun terkekeh, "kau salah, Luke. Niall memberiku lebih tadi, kau saja yang fokus akan makananmu" dan mereka berduapun tertawa

Tiba tiba Niallpun datang dengan 2 gelas minuman. "Thanks brother. Tau saja bila aku haus" Lukepun menyambar gelas yang Niall berikan pada Tiffany.

"Ini" Niallpun memberikan gelas yang ia bawa. "Minum ini sekalian. Aku ada kencan"

Dengan cepat Niall membawa Tiffany, "good luck buddy" ucap Luke.

...

"Lepaskan!"

Tiffany terus saja mencoba melepaskan tangan Niall yang mengenggamnya erat itu. "Lepaskan! Niall!" Dan Niall pun melonggarkan tangannya. itu merupakan kesempatan sangat bagus untuk Tiffany. ia pun segera menarik tangan nya cepat.

"Niall" itulah kata yang terkahir Tiffany ucapkan sebelum kepalanya bertabrakan dengan batu di tamannya itu. "batu sialan!" umpat Niall.

Niall mengendong Tiffany dan membawa nya kedalam. "Ada apa ini?!" tanya ibu Tiffany. "Tiffany jatuh". sudah tidak dapat dihitung lagi, berapa kali Niall merutuki dirinya sendiri.

"kok sampai bisa?" sungguh ini bukan waktu yang tepat untuk menanyakan semuanya pada Niall. "kita harus cepat menyelamatkan Tiffany"

Tiffany hanyya mengeluarkan sedikit darah didahinya, dan Niall sudah panik bagaikan pengusaha yang kehilangan tokonya karena terbakar. "tolong telfon dokter" dengan terburu-buru Luke menelfon dokter.


Niall POV


Dokter baru saja pergi. Beliau mengatakan bahwa Tiffany akan menjadi lebih berbeda lagi setelah ini. Entahlah, lebih baik atau semakin memburuk

Keluarga Tiffany aku perkenankan untuk pulang. Ya, karena ini sudah terlalu malam untuk menunggu Tiffany bangun. Sebenarnya mereka terus saja bersikeras untuk tinggal dan menjaga Tiffany. terutama ibu Tiffany, beliau sampai menangis.

Tapi aku berkata bahwa 'aku suami nya. dan akan menjaga nya dengan semua yang ku punya. semuanya'. mereka mempercayai ku. dan mencoba untuk pulang.

tapi aku ingat sekali Luke mengatakan sesuatu yang baru pertama kalinya ia katakan padaku. 'kuharap kau menjaga ucapan mu, bung!', itu wajar karena ia ingin Tiffany baik-baik saja.

"Niall, sayang", aku merasakan dua tangan yang memelukku dari belakang.

Aku merindukan pelukan ini, mom. "Mom, aku harus bagaimana? Aku-aku", aku menangis. aku hanya merasa teralu lemah menghadapi masalah seperti ini. "Sayang kamu yang kuat, okey? Mom yakin kamu bisa menghadapi semuanya."

"Tiffany pasti bisa mengingat semua yang pernah kalian lalui", aku harap itu menjadi kenyataan mom. Mom mencium puncak kepalaku, dan mom menghapus air mataku dengan ibu jari indah itu. "Niall, anak mom tidak pernah cengeng seperti ini" ugh, aku merasa tidak laki jika mom sudah mengatakan ini. "stop mom."

Mom terkekeh dan tersenyum menguatkanku. "Terimakasih mom sudah mau datang kemari."

"Dengan senang hati sayang" senyum nya itu sangat berarti untukku.

Sudah sekitar 2 jam aku menunggu Tiffany bangun dari pingsannya. Tiffany tidur dengan baju tidurnya. Sebelum pulang mom Tiffany sempat kesini untuk menganti baju Tiffany.

Mataku ini benar-benar berat. mungkin dengan tidur sebentar tidak akan terjadi hal buruk.Akupun memejamkan mataku sejenak.

"Zayn.."

Another ↭ n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang