empat belas.

201 29 3
                                    


"tolong berhenti!" ucapnya. tidak, aku tidak bisa berhenti dalam keadaan seperti ini. aku terlalu takut bila ia menyeretku dan menjualku pada seseorang. bahkan aku terlalu takut untuk membayangkan itu semua.

tiba-tiba kakiku berlari dengan kecepatan yang berkurang. lelaki ini berhasil mengambil tangan kananku, "lepas!" dan bodohnya ia mencoba untuk membuatku berhenti berontak dengan mengenggam telapan tangan kananku saja.

"Tiff! ini aku, Zayn!"

"Zayn?" dan benar dia Zayn Malik. pacarku. "bagaimana bisa kau ada disini? dan dengan siapa?" dia sedikit berteriak waktu berbicara denganku. keramaian pantai ini penyebabnya.

"aku dengan-" aku berhenti karna Zayn yang dengan gagah nya menyeretku ke tempat yang sedikit sepi. dia memegang tangan kananku yang notabenenya masih bergetar. aku merasa menjadi pacar yang jahat. ya jahat.

aku menyelingkuhinya. menaiki pesawat berdua dengan lelaki asing bernama Niall ke pulau Malibu. maafkan aku Zayn. dia berhenti, mungkin dia bisa membaca pikiranku. "kenapa kau melihatku seperti itu?" dia melepaskan tangan lembutnya itu dariku. tidak Zayn, jangan lepaskan bagian itu dariku. aku menyukai tangan itu, mengandengku dengan lembutnya.

"duduklah kita sudah sampai" dan ia pun duduk. jadi kami berhadapan saat ini. "kita akan berbicara disni" ucapnya lagi. dia terlalu banyak bicara hari ini, dan itu membuat ku sedikit tersenyum. "apa yang lucu?"

"hm? tidak-tidak ada yang lucu kok." Zayn hanya mengeleng dan pergi. mungkin untuk memesan sesuatu disana.

dan diapun kembali duduk setelah memesan atau apalah itu. "Tiff? tolong jangan melihatku seperti itu" Zayn pun menyentuh pipiku lembut. "Zayn bisakkah aku bertanya sesuatu?" dia melepas tangannya dan menaruh kedua tangannya di atas meja sekarang. "tentu saja. apa itu?"

akupun membenarkan dudukku. "apa yang sebenarnya terjadi denganku?" tanyaku dengan penuh penasaran. Zayn menatapku dalam diam. aku tau, mungkin berat baginya untuk mengtakan semuanya.

"aku mendengar Niall ingin mengembalikan ingatanku tentang masa masa indah kami. jujur, aku tak tau apa maksudnya itu. tolong bantu aku" bahkan aku rela menangkup kedua tangannya lebih dulu. ini memalukan bagi seorang Tiffany Hemmings. "ia lelaki baik Tiff."

aku melepaskan tanganku dari kedua tangan Zayn. "silahkan menikmati" ucap pelayan itu dan menaruh kedua minuman kami di meja. aku melihat  dengan senyum pelayan itu dan kembali pada Zayn yang masih melihatku tajam

"Zayn? apa kau tau? apa maksud dari itu semua?"


Zayn POV

tolong jangan bertanya tentang itu padaku, Tiff. aku terlalu lemah untuk mengatakan akan kenyataan kau bukan milikku lagi. tapi ini untuk kebaikan semuanya. tidak, aku tidak boleh egois. "aku akan mengantarmu pulang"

aku berjalan lebih dulu. tanpa mengandengnya, merangkulnya ataupun mengendongnya.  astaga, aku terlalu terbawa suasana. "Zayn?", akupun berbalik dan melihat Tiffany yang masih duduk dikursi itu. bahkan ia masih cantik dengan wajah bodohnya.

dia sangat manja, oh Tuhan. "baiklah tuan putri. mari kita pulang" aku memberikan tanganku padanya.

Tiffany POV

aku memberikan tangan kananku untuk digandeng Zayn. dan kamipun memasukki mobilnya. "kau harus lebih dewasa Tiff. kau bukan anak kecil lagi." ucapnya dengan melihat ke jalanan. "ya ya aku tau" remehku

perjalanan yang begitu membosankan. Zayn jarang berbicara dneganku didalam mobil tadi. aku melihatnya yang sedang fokus menyetir itu. tapi aku sangat mengerti Zayn. otaknya taid tidak sepenuhnya fokus dalam menyetir. dia seperti memikirkan sesuatu yang sangat sulit.

bukan matematika, kimia, ataupun fisika. seperti hal yang terjadi dikehidupannya. "turunlah kita sampai" akupun melepas setbelt ku dan membuka pintu mobil Zayn. dia juga ikut keluar dari mobilnya. "terimakasih Zayn"

"Tiffany tunggu" akupun berhenti dan menghampirinya lagi. dia melihat kebawah, dan aku hanya melihatnya yang sedang bingung itu. dia menghembuskan nafasnya. kuharap ini bukan pertanda buruk.

"maafkan aku" dia menatapku dengan kedua mata indahnya dan bulu mata cantik itu. "aku ingin hubungan kita berakhir sampai disini"

"apa aku membuat suatu kesalahan?" mulut inibergetar dan air mata ini. aku tak sanggup membendung air mata ini, sehingga air mata ini jatuh di pipiku. "tidak, Tiff. ini sulit untuk dijelaskan" ucapnya yang masih tak mau melihatku.

"lalu apa Zayn?! katakan! apa yang telah- oh aku tau! mungkin karna aku dan Niall pergi ke Malibu berdua jadi kau memutuskanku?!" aku tak sanggup bila ia memutuskanku dengan cara seperti ini. "maafkan aku." ucapnya. "bahkan kau juga sering mendekati beberapa gadis di sekolah Zayn! damn it Zayn. I hate you!" aku meninggalkannya.

aku berlari dengan kencang ke pintu rumah Niall dan membuka pintu itu tanpa melihat kebelakang. dan berlari kencang ke kamarku. "Tiffany?"

mungkin saat ini aku hanya ingin sendiri.




A/N :

new chapt again guys

Another ↭ n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang