tiga belas.

177 26 3
                                    


Tiffany POV

aku sangat bersyukur penerbangan yang panjang itu selesai. tapi aku merasa bahwa sekarang kelaparan melandaku. laparr

"Tiffany? apa kau baik baik saja?" lelaki ini. apa ia serius tentang apa yang dibicarakannya di pesawat?

"Tiffany?" ah aku mengerti mengapa ia memperdulikanku. mungkin karna ia melihatku yang sedikit aneh hari ini. Niall geleng-geleng dan membayar sesuatu di kasir. dan betapa bodohnya, aku melihatnya layaknya orang idiot.

"kita akan makan saat sampai dirumah kedua ki- maksudku rumahku" ucapnya dengan memberikan kotak ini padaku.

bahkan sekarang aku mengikutinya layaknya anjing yang mengikuti majikannya. tapi entah Niall peramal atau apa ia mengerti apa yang ada di otakku. Niall berbalik dan memegang kedua pipiku, "lebih baik kau berjalan disampingku dari pada di belakangku" damn it, dia membuat wajahku memanas.

"argh" ucapnya dengan melepas tangannya dari pipiku. "Niall ada apa?" tanyaku panik dan pirang ini malah terkekeh. cute. tidak-tidak dia jelek. "pipimu memannas dan itu melukai kedua telapak tanganku" ucapnya dengan mengangkat kedua tangannya.

dan dia malah membuatku marah sekarang.


---



finally, kami sampai di rumah Niall. "welcome home" ucapnya setelah membuka pintu besar ini dengan sebuah kunci.

kakiku...

mereka tak mau bergerak maju, bahkan mereka memilih jatuh dan membuatku duduk seperti ini. "Aargh!"


"home sweet home!" Niall terlalu senang mempersembahkan rumahnya. Niall mengendongku dengan baik. bahkan aku tak tau kenapa Niall bisa mengendongku

"astaga Niall ini sangat indah" ucapku yang masih ada digendongan Niall.

"tidak. kau lebih indah dari ini" ucapnya lalu menciumku lembut. kamipun memasukki rumah kami-



"Tiffany?!" itulah suara yang kudengar sampai semua gelap.


Niall POV


entah sudah berapa kali istriku ini pingsan. kuharap itu pertanda baik. pertanda akan kembalinya ingatannya tentang masa-masa indah kami.

"Ni" suaranya. apa dia mengingatku?

tentu saja! tapi dia mengingatmu sebagai pencundang, bodoh

aku hanya melihatnya turun dari tangga itu dan datang padaku."Niall, aku lapar", senyumku luntur. ia datang padaku karna lapar, how wonderfull !

"duduklah, aku akan menyiapkan semuanya"


makan pagi kamipun selesai. penerbangan itu selesai tepat di jam 6 pagi. "enak sekali" ucap Tiffany lalu ia bersendawa tanpa merasa akan adanya aku didekatnya. aku berada didepannya. "maaf" lanjutnya lalu membuat senyum konyolnya. jangan tanya aku illfell atau tidak, jawabannya pasti tidak.

"buatlah dirimu rileks disini, Tiff. aku harus keluar. aku ada urusan" aku mengacak acak rambutnya dan segera pergi.


Tiffany POV

tak mungkin bila aku dirumah saja. aku harus keluar kesuatu tempat. "NIALL!" jeritku. Niall sedang ada di atas, dan jujur aku malas sekali untuk naik tangga tinggi itu. "APA ADA PANTAI DISINI?!"

ia menghampiriku dengan membenarkan kancng pergelangan tangan kirinya. "keluar dari rumah ini, kau bisa melihat pantai disebelah. dan kau tau? rumah kita dekat dengan hotel ternama ataupun resto. kalau begitu aku pergi dulu- kuncinya dibawa saja. aku juga bawa satu. bye"

pidato cepatnnya pun selsai. tapi tunggu- ia mencium keningku sebelum pergi. what

termenung sebentar mungkin bisa meredakan rasa deg deg an ku. rasa deg-degan? tidak tidak. seharusnya ini untuk---

"zayn!"

dengan cepat aku berjalan kekamar dan mencari ponselku. mungkin saja aku membawanya. "tidak tidak, bodoh. bagaimana bisa aku lupa?" ocehku.

maafkan aku zayn.


------


aku mencoba untuk melupakan masalah tentang tidak mengabari ayah, ibu, ataupun Zayn dengan berjalan-jalan ditepi pantai. bagaimana lagi, aku lupa membawa ponsel. "Tiffany?"

bagaimana bisa ada orang luar mengenalku?

apa yang harus kulakukan? lari ya lari. dengan cepat aku mencopot sandalku dan kutenteng. "Tiffany" suara orang itu semakin dekat. lari. satu cara ampuh kabur dari aksi penjahatan.

"Tiffany, hey!" aku merasa bahwa ia mengejarku. wtf, mungkin dengan lari di ujung pantai ini penjahat kelamin itu akan menjauh dariku. "menjauhlah! aaa!" ucapku keras. aku hanya berharap agar ada orang yang menolongku. entah itu Dylan, Shawn Mendes, ataupun Brooklyn Beckham aku tak peduli. yang penting tolong akuu


"Berhenti!"






A/N:

maaf luama banget update nya. so sorry guys




Another ↭ n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang