What Do You Mean?

9.6K 409 2
                                    

***

Hampir 1 jam berlalu sejak saat Jessica memutar kursi rodanya kearah pantai, Devan masih terus saja memperhatikan gadis itu. Jessica tidak melakukan banyak hal di tepi pantai itu, hanya menatap lurus ke hamparan ombak yang bergelung rendah. Terkadang dia tersenyum saat merasakan riak-riak air menenggelamkan kakinya juga sebagian kursi rodanya, setidaknya meski tidak bisa berlarian di tepi pantai dia masih bisa merasakan kakinya terendam air laut. Merasa kedinginan, Jessica memutuskan untuk kembali ke Villa tapi sial sekali kursi rodanya susah digeakkan karena rodanya terendam pasir akibat guyuran ombak sedari tadi. Sedikit kesulitan baginya untuk memutar kursi rodanya dan malah membuatnya terjatuh diatas pasir pantai yang sukses juga membasahi sebagian tubuhnya.

Jessica menarik nafas dalam-dalam, dia bertekad akan terbiasa dengan keadaan seperti ini. Jessica harus mandiri. Dengan keras kepala dia memaksakan kakinya untuk berdiri tapi rasa ngilu di kakinya membuat Jessica memekik keras.

"Arghhh! Sh*tt!" teriaknya. Kedua tangannya memukul dengan geram kedua kakinya yang masih sakit, bahkan bertambah sakit karena pukulan tangannya.

Devan membelalak terkejut dengan kejadian didepannya, apa yang dilakukan gadis itu terhadap kakinya? Apa dia sudah gila dengan membuat kakinya bertambah sakit seperti itu. Dengan langkah tenang Devan berjalan kearah Jessica yang masih belum sadar akan kehadirannya, Jessica masih sibuk membuat kursi rodanya berdiri kembali dengan susah payah. Badannya terasa sakit sekarang. Jessica terkejut saat mendapati sebuah tangan menegakkan kursi rodanya dan kemudian tanpa aba-aba mengangkat tubuhnya yang kotor dan basah itu kedalam gendongannya.

"De..van" panggilnya lirih. Matanya masih menatap lekat sosok yang menggendongnya ini, kali ini Devan mendudukkannya diatas kursi roda tanpa berkata apapun. Ekspresinya datar mengabaikan raut kebingungan Jessica.

"Apa yang kau lakukan disini!" ketus Jessica yang masih diabaikan Devan, laki-laki itu malah membersihkan bagian-bagian tubuh Jessica yang terkena pasir lalu mendorong kursi rodanya meninggalkan pantai. Jessica yang kesal pun memilih diam daripada bicara dan diabaikan lagi.

Sesampainya di depan pintu Villa Devan menghentikan dorongannya dan berujar dingin..

"Kuncinya" Jessica menatap Devan dengan tajam tapi tak urung juga mengeluarkan benda bernama kunci itu kepada Devan yang langsung membuka pintu dan mendorong Jessica masuk.

"Dimana kamar mandinya?" Jessica menatap Devan cepat begitu pertanyaan itu keluar dari mulut Devan. Laki-laki itu tidak bermaksud akan memandikannya kan?

"Kau! Apa maksudmu?" pekik Jessica kesal. Enak saja laki-laki ini ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"Apa? Aku hanya bertanya dimana kamar mandinya? Apa ada yang salah? Kau harus mandi kalau tidak kau akan sakit!"

"Ya..tapi aku bisa sendiri!" ketusnya. Kali ini Devan mengernyitkan dahinya bingung, kemana arah pembicaraan gadis ini. Setelah berfikir sejenak otak Devan menemukan titik terang dan dia tidak bisa menahan tawanya.

"Apa yang lucu?"

"Kau yang lucu, Jess. Jadi kau berfikir aku akan memandikanmu? Haha..tapi kalau kau mau sih tidak apa-apa!" Jessica mendelik lalu mendorong kursi rodanya untuk ke kamar mandi. Devan yang melihat itu langsung sigap membantunya.

"Ku bilang aku bisa sendiri, Dev"

"Aku tau, Sayang. Aku hanya ingin mengantarmu sampai depan pintu" dada Jessica tiba-tiba berdesir mendengar ucapan ngawur Devan itu. Panggilan Sayang itu membuatnya bahagia.

"Aku bukan "Sayang-mu" jangan panggil seperti itu" protesnya.

"Tapi kau tau aku menyayangimu, mencintaimu malah. Jadi biar saja aku memanggilmu apa, aku tidak peduli kalau kau tidak suka. Karena apapun yang terjadi aku akan menjadikanmu milikku suatu saat nanti"

[ 5 ] This Bad Girl Is Mine !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang