Believe

8.1K 382 12
                                        

***

Pagi itu, setelah hampir sebulan menangani Jessica, Devan kembali mendatangi kamar Jessica seperti biasanya sekedar untuk mengucapkan selamat pagi pada gadis tercintanya. Lala menyapa ramah saat melihat Devan memasuki kamar Nona nya, sudah kebiasaan Devan setiap pagi kesini. Lala hafal.

"Pagi, Dokter Devan"

"Pagi, Lala..apa ada perubahan?" Pertanyaan klasik itu selalu terlontar dari bibir Devan setiap kali menanyakan keadaan Jessica kepada Lala yang pasti dijawab dengan..

"Tidak ada, Dokter. Sama saja" Devan hanya bisa tersenyum pahit.

"Minggu depan Tuan akan berkunjung bersama Nyonya dan Den Levin" sambung Lala, Devan diam sebentar.

"Ya..saya tahu. Lala, bisa tinggalkan kami berdua?"

"Baik, Dok" sahut Lala lalu kembali ke ruangan belakang.

Devan menatap lagi wajah Jessica yang pucat dan masih terasa dingin, sedikit membungkuk Devan mengecup kening dan kedua pipi gadis itu dengan sayang. Devan jadi ingat dulu gadis itu marah saat dia mencium bibirnya. Tanpa sadar dia tersenyum sembari duduk disamping Jessica.

"Sayang, tidakkah kau ingin bangun dan melihatku disini? Tidakkah kau ingin meminta penjelasan tentang malam itu? Tidakkah kau ingin mendengar cerita tentang pencarianku selama ini, hm? Aku selalu menunggumu membuka mata indahmu yang berbinar saat bahagia, Sayang. Aku rindu perdebatan kita, aku rindu melewatkan saat-saat kita bersama dulu. Aku rindu.." ujar Devan menahan sesak, dia mengecup pelipis Jessica. Lama Devan disana, berinteraksi satu arah dengan Jessica,menceritakan banyak hal seolah Jessica yang dihadapannya ini sedang duduk dan menyimak ceritanya. Tapi lama-lama Devan jenuh juga, dia memilih diam dan terus mengusap puncak kepala Jessica.

"Dev.." Devan menoleh kearah pintu masuk dan sedikit terkejut dengan kedatangan Ayahnya.

"Ayah.." ujarnya bangkit dan mendekati Ayahnya.

"Bagaimana keadaannya?" Ayahnya bertanya pelan, Devan menggeleng sedih.

"Tidak ada perubahan apapun Ayah, aku sudah memastikan semua fungsi tubuhnya normal. Tapi entah kenapa dia begitu betah didalam alam mimpinya" desahnya frustasi. Mr Steanly mencengkeram erat pundak Devan memberinya kekuatan.

"Sabarlah, Dev. Setidaknya kau tau dia masih ada, itu artinya cintamu masih memiliki kesempatan"

"Ya, Ayah..aku tidak mengerti kenapa Tuhan menghukumku seperti ini hanya karena aku tidak menepati janjiku kepadanya, satu kali"

"Bukan salahmu, Devan..sudah berapa kali Ayah mengatakan ini? Semua sudah kehendak Tuhan"

"Tidak Ayah, aku yang tidak bisa menepati janjiku sendiri untuk selalu menjaganya..aku lengah"

"Sudahlah, Dev..kita sudah sering membahas ini. Sekarang saatnya kau pikirkan kedepan, jangan mengingat masa lalu lagi. Semua sudah tertinggal jauh di belakang, tidak berguna lagi kau sesali hari ini" Devan menatap sang Ayah lalu memeluknya.

"Terima kasih, Ayah"

"Hm..sama-sama.." ujarnya tergelak.

"Jadi, bolehkah Ayah berbicara dengan anak perempuan Ayah yang nakal ini?" Devan terkekeh lalu mengangguk.

"Devan ada pasien 10 menit lagi, titip dia"

"Pergilah dan biarkan Ayah berkencan dengan wanitamu!" katanya. Devan mendelik tajam sementara Mr Steanly terbahak.

"She's Mine"

"Ya..ya Ayah mengerti..sekarang pergilah"

Devan melangkah keluar kamar Jessica dan meninggalkan Ayahnya disana. Selepas kepergian Devan, Mr Steanly tersenyum simpul kearah Jessica. Bersyukur karena gadis itu masih bisa dilihatnya, kalau tidak..dia akan merasa sangat bersalah. Ditatapnya gadis itu lekat-lekat.

[ 5 ] This Bad Girl Is Mine !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang