Married ( ? )

9.7K 332 4
                                    

***

Maldives, sore itu tampak sangat menyenangkan bagi Devan dan Jessica setelah seharian menghabiskan waktu jalan-jalan di pantai dan sekitarnya. Mereka baru saja menyaksikan sunset di pulau ini saat tiba-tiba ponsel Jessica berdering.

"Halo.."

"Nona maaf mengganggu anda"

"Ada apa, Ben?" tanyanya kepada penelfon yang ternyata Ruben.

"Nona, Tuan Andreas.." Jessica mendadak diliputi kecemasan luar biasa, Devan menatapnya penasaran.

"Papa.."

"Tuan Andreas berada dirumah sakit, pagi ini saya menemukan Tuan pingsan di ruang kerjanya. Dokter bilang ada indikasi serangan jantung dan depresi ringan" terang Ruben membuat jantung Jessica berdegup liar. Dia bahkan tidak bisa berkata-kata untuk menjawab Ruben.

"Nona..Nona masih disana?"

"I..iya Ben, aku akan segera pulang. Terima kasih, Ben!"

"Baik, Nona!" sahut Ruben lalu memutuskan sambungan telfon.

Jessica bergegas bangun dan berlari kedalam resort, melupakan tadi dia bersama Devan. Melihat kepanikan Jessica, Devan pun mengejarnya.

"Jess..ada apa? Kenapa kau panik seperti ini?" Ucap Devan begitu sampai di resort. Jessica menatapnya dengan tidak menyembunyikan raut kecemasan.

"Ya Tuhan, Dev..maaf aku meninggalkanmu. Aku..panik!"

"Ada apa? Siapa yang menghubungimu barusan?"

"Ruben..dia bilang Papa masuk rumah sakit, Dev. Aku harus pulang sekarang!" Sahut Jessica lalu berlari ke kamarnya untuk membereskan barang-barangnya. Sepenuhnya lupa kalau liburan mereka masih tersisa 2 hari lagi.

"Sayang..tenanglah. Jangan panik seperti ini.."

"Dev..bagaimana aku tidak panik! Ruben bilang ada indikasi serangan jantung dan Papa mengalami stres, aku tidak tahu bagaimana keadaannya!"

"Sayang, iya kita akan pulang malam ini tapi kumohon kau tenanglah, oke? Kau jangan panik, Om Andreas akan baik-baik saja!" Ujar Devan menatapnya lembut. Jessica terduduk di sofa dengan lemas.

"Aku takut terjadi sesuatu padanya, Dev..aku sama sekali belum bisa membuatnya bahagia! Selama ini aku lah sumber masalah dalam hidupnya, aku selalu menyusahkannya. Aku takut.."

"Jangan menyalahkan dirimu sendiri, Jess. Aku yakin Om Andreas sangat menyayangimu dan tidak pernah merasa kalau kau sumber masalah untuknya!"

"Kuharap begitu, Dev!" Sahutnya lemah. Devan duduk berlutut di depan Jessica, menggenggam tangannya dan menatap matanya lekat.

"Kau kenapa menjadi senditif begini sejak bangun dari koma? Padahal dulu kau selalu mengacuhkan sekelilingmu, hm?" Jessica menghembuskan nafasnya.

"Aku..aku tidak tahu, Dev! Yang jelas aku selalu ingin membahagiakan orang-orang disekitarku, aku merasa sangat buruk dimasa lalu. Bukankah kau yang memintaku untuk tidak mendendam?"

"Ya..kau benar. Aku senang kau menjadi wanita yang hangat dan lembut seperti ini, tapi kau jangan terlalu sensitif, Jess. Kau adalah kebahagiaan kami, bukan sumber masalah. Sekarang kita siap-siap ya, aku akan mengurus penerbangan kita" Jessica mengangguk. Devan bangun, mencium kening Jessica lembut lalu berlalu ke kamarnya, begitupun Jessica.

***

Andreas menatap putrinya yang tengah tertidur di samping ranjang rumah sakitnya dengan haru, tidak pernah terbayangkan di benaknya setelah semua kesalahan yang dia lakukan, Jessica masih menganggapnya Papa dan masih menyayanginya. Sebulir air mata mengalir dari sudut mata Andreas tapi buru-buru diusapnya, pandangannya lalu jatuh kepada Levin yang tertidur di sofa dengan Ruben disampingnya, laki-laki itu tidur bersedekap dada.

[ 5 ] This Bad Girl Is Mine !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang