CHAPTER 3

246 18 0
                                    

HAIIII!!

Thank you so untuk komentar positifnya.

Ga mau berlama-lama.

Here we go! Chapter 3.

Happy reading ^^v

__________________________

Risa (POV)

Sejujurnya aku masih sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Aku ingin tahu lebih banyak. Sayang, Abi menyuruh kami semua untuk pergi.

Batin jelas menolak untuk pergi, namun apa daya keadaan tidak menyenangkan itu memang harus segera diselesaikan.

Ketika Abi sedang berbincang serius dengan kedua orangtua Nadine, aku memisahkan diri. Diam-diam kembali ketempat itu. Mencuri dengar percakapan mereka (Juna & Nadine) dari balik tembok.

Aku terkejut mendengar pembicaraan mereka berdua. Apa yang mereka alami, terjadi juga kepadaku. Jelas sekali aku tahu soal perasaan Abi. Hanya saja, aku menyangkalnya. Berpura-pura tidak tahu.

Aku ingin dia selalu berada didekatku. Aku tidak mau kehilangannya. Apakah itu salah?

"Makasih atas jawabanmu, Mas. Aku pergi dulu."

Itu suara Nadine. Buru-buru aku bersembunyi.

Begitu dia keluar, aku langsung menghampiri Juna.

"Are you ok?" tanyaku dengan wajah cemas. Karena kulihat wajahnya pucat pasi.

"No." Jawabnya pelan namun tegas. "Maaf Risa, Masalah ini belum selesai. Aku harus mengejar Nadine. Maaf ya."

Juna langsung pergi tanpa menoleh sedikitpun. Tanpa pikir panjang aku langsung mengikutinya. Langkah kaki kami terhenti begitu melihat Abi menarik Nadine masuk kedalam pelukannya.

Terkejut? Ya, sudah pasti.

Aku gak habis fikir saja, sejak kapan mereka bisa langsung sedekat itu padahal baru kemarin mereka bertemu?

Aneh.

Kurasakan sesuatu yang aneh.

Aku merasakan sesuatu akan diambil dariku.

Dan aku tidak suka itu.

***

ABI (POV)

Kenapa mereka melihatku seperti itu?

Pandangan mereka membuatku merasa tidak nyaman.

Kulepaskan pelukanku. Kini kupegang wajah Nadine dengan kedua tanganku. Menghapus airmatanya. Sebelum akhirnya aku tertawa.

"Kok kamu ketawa?" tanyanya dengan wajah kebingungan.

"Asli lo jelek banget." Kucoba menahan tawa. "Mata bengep, idung meler, kantong mata udah kayak apaan tau."

"Bangke lo!" Dia mengumpat tapi terdengar lucu.

"Eh Nad, Juna ada dibelakang. Lagi ngeliatin kita. Gimana kalo kita pergi aja?"

Dengan cepat dia mengangguk. Tanpa perlu banyak bicara lagi, kami pun pergi.

*****

Writer (POV)

Rasanya aneh bila taman yang biasanya ramai, malam ini justru nampak begitu sepi. Seolah-olah mengerti betul bahwa ada seseorang yang membutuhkan ketenangan ditempat itu melebihi siapa pun yang berada disana.

Nadine duduk termenung pada salah satu anak tangga yang ada ditaman itu. Matanya menerawang jauh, menatap hampa sebuah cahaya kekuningan diseberangnya. Pikirannya bekecamuk. Mengingat-ingat sebuah masa lalu yang begitu indah namun sekarang terasa begitu menyakitkan. Dalam diam dan tanpa ekspresi apapun, sungai kecil mengalir deras diwajah manisnya.

Abi & NadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang