Holla!!
Maaf lama menunggu dan Makasih banyak untuk komen dan list for readingnya yaaa.
It's mean alot for me. Wohoooo!!
Bikin semangat lagi buat nulisnya :D
Ini dia chapter ke-2 nya!
Enjoy and happy reading, teman ^^v
*************
ABI (POV)
Aku terperangah. Ya! Siapa yang ngga terperangah ngeliat adegan bak sinetron barusan?! Entah harus seneng atau ngga karena karna tau hal ini.
"Lo ci- cinta sama Juna? Gue ga salah denger, kan?"
Pertanyaanku seperti bom waktu yang akhirnya meledak. Dia terkejut luar biasa. Mungkin karena keberadaanku dikamarnya. Dia terkekeh.
"Iya. Aku cinta dia. Kenapa? Apa itu salah? Kamu akan bilang ke dia kalau aku cinta sama dia?"
"Bolehkah gue begitu?"
Dia tertawa.
Lagi-lagi tertawa miris lalu mengagguk mantap. "Silakan. Bilang aja." Keadaan hening sejenak. Dia mentapku nanar. "Kamu tahu, Bi. Sakit ini, aku udah ga bisa menahannya lagi. Cinta sepihak. Terlaluuu... nyakitin. Menyedihkan ya? Hahaha..."
Lagi-lagi dia tertawa. Tapi, dua sungai kecil itu tak henti-hentinya mengalir.
Ngga ada yang bisa kuperbuat selain berdiri terpaku melihatnya menangis. Ingin mendekat namun sungkan.
Wait!
Aku seperti melihat diriku sendiri saat melihanya. Mungkin, bila aku seorang perempuan, aku sudah menangis sepertinya.
*************
NADINE (POV)
Aku merasa malu pada Abi. Dia sudah memegang kartu AS-ku. Ditambah soal poster dan beberapa fotoku bersamanya yang buanyaknya bukan main. Aaaarrghhh!! Rasanya mau memasukan kepalaku kedalam plastik kalau ketemu dengannya. Dia pasti mengira aku cewek freak yang sangat terobsesi padanya. Well, aku memang pernah 'terobsesi' padanya. Tapi itu dulu. Masa remaja yang labil. Mungkinkah dia akan takut padaku karena hal itu? Ah sudahlah! Masa bodoh dengan anggapannya padaku. Yang penting semalam dia berjanji tidak akan mengatakan soal perasaanku pada Juna ataupun Risa. Ku anggap dia sebagi manusia yang bisa dipegang omongannya. Walau sebenarnya aku ingin dia mengatakan soal perasaanku pada Juna.
"Kayaknya beban hidup makin berat nih."
Suara khas itu bikin aku terlonjak. Baru saja dipikirkan, orang itu sudah ada didepan mataku. Gayanya tengil. Nyengir-nyengir gak jelas.
"Ka-kamu ngapain disini?"
"Gue denger lo opening hari ini. So, that's why Im here."
Dia mulai berkeliling. Melihat-lihat tiap pakaian yang ada. "Not bad." Komentarnya.
"Heh Bi, acaranya nanti malem. Ini masih pagi."
"Gue ga suka rame-rame. Terlalu beresiko. Tanpa perlu gue jelasin 'kenapa' lo pasti ngerti doong." Dia ngeloyor begitu saja tanpa memandangku. Melihat tiap helai pakaian yang digantung.
Yayayaya aku mengerti. Dasar artis!
"Yang ini. Bisa dicoba?" Dia angkat jas resmi motif marble berwarna hitam, putih, dan maroon ditambah garis merah maroon pada kerahnya tepat didepan wajahku. Langsung saja ku ambil jas itu, melepaskan hanger, dan.... menurunkan gulugan kemejanya. Meski dia agak terkejut karena aku tiba-tiba memegang lengannya, tapi toh dia pasrah juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abi & Nadine
ChickLitNadine : Kalau tiba-tiba kamu dapet tiket buat jadi pacar seorang idola yang selama ini kamu gilai, apa yang akan kamu lakukan? Tapi disatu sisi kamu lagi mencintai seseorang. Mencintai seseorang yang begitu dekat denganmu, namun terasa saaaangat ja...