Chapter 18

84 9 3
                                    

Untuk kamu yang masih setia dengan Abi dan Nadine, selamat membaca. ^^v



NADINE (POV)

Semalam aku tidak bisa tidur. Ciuman itu terus terlintas, dan semakin jelas saat aku memejamkan mata. Menangis hingga kedua mata ini sembab. Perasaanku benar-benar berantakan. 

Siang ini Jakarta sangat panas. Matahari terlalu terik untuk membuatku bertahan berada dibawahnya. Sambil membawa dua kantong besar bahan, aku menunggu taksi online dipinggir jalan. Hari ini aku berusaha menyibukan diri. Kejadian kemarin membuatku trauma. Melihat seseorang yang dicintai mencium wanita lain dan entah apakah mereka berdua jadian setelahnya. Meski aku tahu mas Juna akan tersakiti tapi aku tetap tidak mau terlibat urusan mereka walau mulut ini rasanya gatal sekali ingin mengadu. 

Abi kembali mengirimku pesan. Ini pesan ke-4. Dia terus menanyakan keberadaanku meski tak satupun pesannya kubalas. Aku harus bisa menahan diri.

"Bisa gue bantu bawain? Kayaknya berat."

Dia disini. Mengejutkan? Sudah pasti. "Kok lo bisa disini?" tanyaku sedatar mungkin.

"Instastory." dia berjalan mendekat lalu mengambil dua kantong besar itu sekaligus. Wajahnya memang tertutup masker, namun aku bisa melihat dengan jelas bahwa itu Abi. "Kenapa mengabaikan semua pesan gue?"

"Terserah gue mau dibales atau ngga."

Dia terdiam. "Sepertinya lo beneran marah."

"Kenapa gue harus marah? Sini! Balikin belanjaan gue!"

"Gue minta maaf, Nad. Karena gue lo banyak tersakiti. Gue sadar gue keterlaluan sama lo, karna itu gue tulus minta maaf. Maafin gue ya, Nad."

Akhirnya dia mengucapkan hal yang ingin 'kudengar'. 

"Saat ini, aku hanya ingin sendiri. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri dan menghilangkan perasaan ini. Tolong bantu aku melupakanmu, Abi. Aku janji ngga akan mengusik kamu lagi. Jadi tolong, jangan muncul dihadapanku seperti ini lagi."

"Apa?" dia bertanya pelan. "Apa ini berlaku selamanya?"

"Aku akan menemuimu saat perasaan ini sudah benar-benar hilang. Kurasa saat itu kita akan baik-baik saja. Kita, bisa benar-benar berteman." 

Apakah aku bodoh? Apa yang saat ini sedang kulakukan? Berpura-pura tegar? Apakah ini yang benar-benar kuinginkan? Aku seperti sedang merangkai banyak kebohongan. Hatiku sakit. Setiap kata yang ku ucapkan semakin melukaiku.

"Jadi..." akhirnya dia bersuara setelah terdiam cukup lama. "kita berpisah disini?"

Berpisah? Sebuah kata yang lucu. Seakan-akan kita pernah bersama.

"Ya. Kita berpisah disini. Bye, Abi."

Kuambil 2 kantong belanjaanku tanpa perlawanan darinya. 

Aku berjalan menjauh darinya tanpa berniat untuk berbalik menoleh sedikitpun. Aku menangis. Ya aku tahu, yang kulakukan ini hanya akan melukaiku akan tetapi aku tak bisa terus didekatnya. Selamat tinggal Abi. Sampai bertemu lagi, pada rasa yang lain.


******


WRITER (POV)

Risa berjalan perlahan menuju sebuah meja yang sudah dipesan sebelumnya. Dari kejauhan dia sudah melihat seorang pria berjas duduk membelakanginya. Jantungnya berdebar seiring jarak yang semakin dekat.

Abi & NadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang