Chapter 17

122 7 6
                                    

Haiiiii!!!!

Maaf yaa sudah membuat kalian lama menunggu.

Langsung saja yaaa buat yang penasarann. ^^v

NADINE (POV)

Tian berdiri gagah menatap cermin. Punggung tegapnya terlihat begitu lebar. Entah, apakah ini karena suits buatanku atau memang postur tubuhnya yang bagus? Intinya, dimataku dia tanpa celah.

Berjalan perlahan kearahnya sambil berharap bahwa seandainya aku bisa menyukai Tian seperti kata Abi. Bukankah itu lebih baik?

"Nice." Ucapku saat berdiri disampingnya. "You look amazing." Dia hanya tersenyum. Mungkin karena dia menyadari sejak awal bahwa apa yang kukatakan memang benar. "Kamu masuk nominasi apa?"

"Best young entrepreneur, sama 2 lagi aku lupa." Ucapnya datar. Aneh, bukankah itu hal yang luar biasa. Namun ekspresinya.... ah sudahlah.

"That's great! Tapi kamu kayak ga happy gitu sih?"

Lagi-lagi dia tersenyum. Kurasa mood Tian lagi ga bagus karna ekspresinya terlihat murung dan menjawabku seperlunya. "Ada sesuatu kah?"

"Nope! Besok kamu temani aku ya. Kita datang ke acara itu."

"Oke." Jawabku langsung tanpa pembantahan atau mikir panjang. Kurasa itu yang membuat matanya membesar lalu senyum lebar pun terlihat.


*****


ABI (POV)

Mobilku terparkir tidak jauh dari butik Nadine. Sudah sejam aku menunggu. Lebih tepatnya menunggu Tian keluar dari sana. Sejenak aku berfikir untuk menitrupsi masuk, namun aku teringat akan janjiku kemarin. Bahwa aku tidak akan ikut campur urusan mereka berdua.

Kuganti chanel radio dan sebuah lagu favorite Nadine terdengar. Risalah Hati by Dewa.

Alunan lagu membuatku teringat kembali pada malam itu. Malam diamana aku mengantarkannya pulang.

Keduamatanya menatap hampa keluar jendela. Langit malam tanpa bintang serta siluetnya yang timbul tenggelam. Aku bisa melihatnya. Alulan lagu itu sayup-sayup terdengar seirama bersama nyanyian samar Nadine.

Simpan mawar yang kuberi mungkin wanginya mengilhami.

Sudikah dirimu untuk kenali aku dulu.

Sebelum kau ludahi aku, sebelum kau robek hatiku.

Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta kepadaku.

Beri Sedikit waktu biar cinta datang karna telah terbiasa.

Lirik itu menohok tepat dijantung. Aku masih diam. Entah kenapa saat mendengarnya besenandung rasanya semakin lirih. "Aku menyukai lagu-lagumu. Tapi lagu ini selalu menjadi favoriteku." Ucapnya disela-sela lagu. "Tidak bisakah kamu memberiku kesempatan, Bi?"

Aku melihatnya sekilas. Cahaya temaram tidak bisa menutupi tatapan penuh harap darinya. Dan itu membuatku merasa bersalah.

"Maaf."

Hanya kata itu yang terucap. Aku sadar apa yang kulakukan pasti telah menyakitinya. Karena itu aku hanya bisa berkata 'maaf'.

Lalu apa yang kini kulakukan?

Menunggu diluar seperti orang bodoh. Terlebih setelah mengetahui fakta bahwa dulu aku tergila-gila padanya dan Tian menusuku dari belakang. Apa yang sebenarnya kuinginkan? Masa lalu kami membuatku penasaran.

Abi & NadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang