CHAPTER 4

261 13 1
                                    

Semoga kalian suka kelanjutan di chapter 4 ini.
Happy reading ^^

NADINE (POV)

Nightmare.
Baru kali ini aku ngurusin orang mabok dan itu sangat menyebalkan. Tidak henti-hentinya dia mengoceh, menyanyi, tertawa, menangis, bahkan muntah. Astaga!! Hei sadarlah Nadine, seharusnya kau merasa senang. Ini kesempatan langka.

Tapi, nyatakah ini Tuhan? Karena ini terasa seperti mimpi.

Sekarang aku sudah berdiri didepan pintu apartmentnya. Ingin menjerit histeris tapi kutahan. Aaahhhh, jantungku berdegup kencang. Aku sangat excited untuk masuk unitnya. But, I have to stay cool. Jangan norak dan malu-maluin.

"Wow. Kunci pintunya canggih banget. Mirip di drama korea yang biasa gue tonton. Tapi ini kan pake pin. Berapa ya pinnya..."

"SINI BIAR GUE AJA YANG BUKA!!" Abi jalan sempoyongan. Menekan tombol-tombol angka itu dan pintu pun terbuka. Dia langsung masuk, sementara aku mengikutinya dari belakang.

Aku tercengang melihat isi unitnya. Seharusnya aku tidak berekspektasi tinggi membayangkan interiornya sehebat didrama korea. Bisa dibilang unitnya cukup luas dengan 2 kamar, interiornya tidak jelek, minimalis dominasi warma hitam dan putih, cuma sayang.... BERANTAKAN. Sampah, baju, piring, makanan, berserakan dimana-mana. Iyuuuuhhh.

"Astaga manusia macam apa yang tinggal ditempat begini. Ih!"

"SELAMAT DATANGGG DI ISTANAKUU!" Dia mulai berceloteh. Jalannya masih sempoyongan.

"Istana pantatmu! Ini bantar gebang bukan istana!." Aku berjalan mendekat, berusaha untuk membopongnya.

Kurebahkan dia diatas sofa panjang minimalis. Mengambil beberapa cushion dan meletakannya dibawah kepala Abi. Kini kulepaskkan sepatu yang dikenakannya, dan melepas kacamatanya. Setelah kurasa cukup, kupandangi wajahnya dalam diam.

Ya ini seperti mimpi. Melihatnya tertidur.

Ini seperti di drama, tapi ini kenyataan. Tuhan, Engkau maha baik. Terimakasih atas kesempatan ini.

Dalam diam aku berfikir.

Bagaimana selanjutnya? Aku harus bagaimana terhadapmu? Haruskah aku tetap memanfaatkanmu kembali setelah aku tau bagaimana perasaan Mas Juna yang sebenarnya? Ataukah aku harus maju untuk mendapatkanmu saja? Tapi kalau aku berusaha untuk mendapatkanmu, apakah ini hanya pelampiasan? Arrghhh!!

"Siapa yang peduli soal itu. Gak bisa milikin Juna bukan berarti aku ga bisa milikin kamu, benar kan Abi? Gimana pun caranya. Aku... ga mau kamu lepas semudah itu."

Well, mungkin itu terdengar sangat obsess. Tapi sungguh, aku ngga mau melepas Abi. Sekarang yang harus dipikirkan adalah caranya. Apakah aku harus berpura-pura menjadi wanita lemah dan rapuh dihadapannya? Atau wanita tegar kuat yang menginspirasi? Oh, Mungkin jadi wanita blak-blakan yang mengatakan dengan bangga kalau aku menyukainya bisa juga untuk dicoba. Ah yasudahlah! Nanti dipikiran kembali. Yang pasti aku harus merapikan bantar gebang ini terlebih dahulu. Bisa-bisanya dia tinggal ditempat penuh sampah seperti ini.

Sekitar 1.5 jam aku merapikan unit itu. Mulai dari mengambil sampah, membuangnya. Melipat pakaian, kaos kali, & sepatu yang berserakan. Menyapu, mengepel, mencuci dan terakhir memvacum seluruh ruangan.

"Muka boleh ganteng tapi joroknya minta ampun."

Kulihat jam. Sudah pukul 11.00 malam. Saatnya aku pulang. Kutaruh vacum ditempat semula.

"Much better!!" Ucapku bangga melihat hasil yang super bersih.

Kini kuhampiri Abi yang masih tertidur. Kupandangi dia untuk mengusir rasa lelahku.
Tanpa sadar tanganku merapikan rambut pomadenya yang sedikit keluar. Ya Tuhan, dia tampan maksimal.

Abi & NadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang