CHAPTER 1

1.5K 29 7
                                    

Halo Readers ^^

Dug-dug ser nih melepas chapter pertama ini. Hihihi.

Happy reading ^^v

Writer (POV)

Rasanya aneh bila taman yang biasanya ramai, malam ini justru nampak begitu sepi. Seolah-olah mengerti betul bahwa ada seseorang yang membutuhkan ketenangan ditempat itu melebihi siapa pun yang berada disana.

Seorang perempuan duduk termenung pada salah satu anak tangga yang ada ditaman itu. Matanya menerawang jauh, menatap hampa sebuah cahaya kekuningan diseberangnya. Pikirannya bekecamuk. Mengingat-ingat sebuah masa lalu yang begitu indah namun sekarang terasa begitu menyakitkan. Dalam diam dan tanpa ekspresi apapun, sungai kecil mengalir deras diwajah manisnya.

Sebuah suara langkah terdengar sayup, berjalan menghampiri dari arah belakang. Dia menoleh dan sudut matanya menangkap sepasang sepatu Doc. Mart yang dikenalnya dengan baik lalu kembali melengos.

"Kenapa mencintai seseorang harus menyakitkan seperti ini?"

***

2 hari sebelumnya.

Writer (POV)

Orang-orang nampak sibuk menata sebuah ruangan berukuran sedang dengan beragam furniture. Mereka semua berkerja secaara gesit begitu mendapat perintah dari seorang gadis yang berdiri tepat ditengah hiruk pikuk orang lalu lalang.

"Tolong taruh mannequin itu disana!" Perintahnya pada seorang lelaki muda berotot. Setelah mannequin ditaruh ditempat yang diinginkan, dia kembali mengamati seisi ruangan.

"Menurut aku lebih cocok ditempat semula." Sebuah suara pria mengejutkannya. Sontak dia memutar badannya kebelakang lalu tersenyum bahagia begitu matanya menangkap sebuket bunga matahari dan sekotak ice cream. "Selamat atas launching butiknya, Nadine." Ucap pria itu seraya tersenyum lebar.

***

Nadine (POV)

Dia disini! Dia disiniii! Ya Tuhaan, rasanya ingin langsung aku peluk dia. Aku rindu sekali padanya. Lelaki yang super sibuk itu ternyata bisa juga meluangkan waktunya untuk menemuiku ditengah jam kerja seperti ini.

"Selamat atas launching butiknya, Nadine."

Kupandangai sebuket bunga matahari dan sekotak es krim mahal favoritku. Sepertinya dia tidak lupa dengan moodboosterku.

"Makasiih ya, Mas Juna. Tumben, seorang dokter hebat seperti kamu bisa keluar siang bolong begini?"

Aku menerima semua pemberiannya dan langsung beranjak menghampiri sebuah meja, lalu mengganti bunga yang sudah layu dengan yang baru. Dia mengikutiku tanpa berkomentar.

"Untuk seseorang yang spesial kenapa ngga sih." Godanya. Aku hanya bisa tersenyum malu. Hal itu makin membuatnya tersenyum lebar.

"Tapi launchingnya kan masih lusa. Masih 2 hari lagi."

"Aku hanya ingin jadi orang pertama yang ngucapin sebuah pencapaian besar dalam hidup seseorang yang saaaaaangat spesial buat aku."

Kali ini aku tidak bisa tersenyum mendengar kata 'orang spesial' lebih dari sekali. Kalimat tolol itu seakan menamparku dengan keras. Karena kalimat itu ga lebih dari sekedar omong kosong dan harapan palsu belaka.

"Hmm eh Nad, besok kamu ada waktu ga? Aku mau ajak kamu makan malem."

Moodku yang sempat turun sesaat langsung naik lagi ke puncak. "Bisa! Bisa! Aku kosong kok besok! Tumben banget ngajakin aku makan malem. Dinner romantis ya?" God, Im soooo excited!

Abi & NadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang