Teruntuk kamu....Siapkan hati. Mungkin kau akan merasakannya.
NADINE (POV)
Kami duduk berdampingan memandangi langit malam berbintang. Udara dingin yang kian menusuk kulit tak mengoyahkan kami untuk buru-buru memasuki tenda. Kobaran api melemparkan bulir-bulir debu ke udara. Suara desisan daging yang terpanggang masih menjadi backsound.
Abi diam setelah melontarkan pertanyaan. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Ujung mataku hanya menangkap gerak-gerik sekedarnya. Dia terus-terusan menenggak bir kaleng.
Didalam jeda keheningan ini, aku coba bersenandung kecil melantunkan sebuah lagu dari Elvis. Can't stop falling in love. Meski samar aku bisa mendengar dia mengikuti iramaku dan kami pun 'berduet'. Ini sangat menyenangkan.
"Nad," Abi bersuara namun menggantung. Lagi-lagi dia tenggak minumannya yang entah kenapa ngga habis-habis. "apa lo bener-bener ngga bisa ingat sesuatu?"
"Entahlah, aku berusaha tapi ngga bisa. Aku hanya bisa mengingat sesaat setelah aku lulus SMA. Banyak memori yang terhapus. Aku terbangun diusia 23 tapi aku hanya memiliki kenangan di usia 18. Saat itu aku bahkan masih berfikir untuk ikut test masuk universitas padahal situasi sudah banyak yang berubah."
"Pasti sulit."
"Ya. Lumayan. Anehnya, setelah kejadian itu kehidupan keluargaku jadi sedikit lebih baik. Aku dapat panggilan beasiswa sekolah mode, ibu mendapat suntikan uang untuk usaha kateringnya, ayah dapat pengobatan yang layak dan Ari pun dapat beasiswa."
"Itu semua dalam satu waktu?" Dia menyondongkan badannya kearahku. Cahaya kemerahan tak meluruhkan ketampanannya, malah membuatnya terlihat diatas rata-rata.
"Nope. Hal-hal baik datang seiring waktu. Ngga sekaligus. Kenapakah?"
"Ngga. Cuma penasaran. Oh iya, gimana hubunganmu dengan Tian?"
Pertanyaan itu membuat lidahku kelu, hatiku teriris dan otakku berfikir keras bagaimana menjawab pertanyaan itu. Pertanyaan yang sangat sulit kujawab. Terlebih dilontarkan oleh seseorang yang kusuka.
"Begitulah." jawabku singkat. "We are good. Why?"
Dia diam menatapku cukup lama. "Nothing." Ucapnya seraya meneguk kembali beernya.
"Dia melamarku... secara tidak langsung." sengaja kuucapkan kalimat itu. Aku ingin melihat reaksinya. Aku ingin mendengar pendapatnya. Meski aku tahu ini hanya akan melukaiku saja, namun aku membiarkannya.
"Biar gue tebak." kini dia berdiri dari duduknya berjalan mengelilingi api unggun. "Lo ngga menjawab apapun. Tidak menerima tidak juga menolak. Lalu dia memberikan lo waktu untuk berfikir. Bener ga?"
"Ya, kamu benar." Suaraku nyaris tak terdengar. Hatiku berdebar, menunggu kelanjutan kalimatnya.
"Dan hal yang membuat lo 'ngegantungin' Tian adalah gue. Karena lo masih belum bisa melupakan gue. Apa itu benar?"
"Ya, kamu benar."
Dia kembali diam. "Apa sih yang bikin lo 'jatuh cinta' sama gue Nad? Kenapa lo tetep bisa suka sama gue setelah apa yang udah gue lakuin ke elo?"
Hatiku terhantam. Sakitnya meluap. "Entahlah."
"Entahlah?"
Aku mengangguk. "Boleh aku bertanya sesuatu? Apa yang membuat kamu jatuh cinta pada Risa?" Kubalikan pertanyaan itu padanya. Berharap dia mengerti. Dan benar saja, dia tidak bisa menjawabnya. "Karena kita ngga butuh hal spesifik untuk mencintai seseorang. Ngga ada alasan khusus. Perasaan itu mengalir seperti air, Bi. Aku yakin kamu mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abi & Nadine
ChickLitNadine : Kalau tiba-tiba kamu dapet tiket buat jadi pacar seorang idola yang selama ini kamu gilai, apa yang akan kamu lakukan? Tapi disatu sisi kamu lagi mencintai seseorang. Mencintai seseorang yang begitu dekat denganmu, namun terasa saaaangat ja...