CHAPTER 14

315 16 13
                                    


WRITER (POV)

Wisnu menunggu kedatangan Nadine sambil menikmati secangkor kopi pahit kesukaannya. Hari ini adalah hari penandatangan kontrak. 

30 menit berselang dari waktu yang dijanjikan, Nadine tak kunjung tiba. Sesaat terbesit pemikiran bahwa Nadine berubah pikiran. Namun buru-buru dia tepis pikiran itu. Mengubahnya menjadi sebuah pemikiran positif. Terlebih apa yang dia tawarkan pada Nadine sangat menggiurkan, hanya orang bodoh yang menolaknya. Dia yakin Nadine pasti datang dan dia tidak akan melepaskan kesempatan emas ini.

Tubuhnya mendadak sigap saat seseorang memasuki ruangan dan guratan kekecewaan langsung terlihat diwajah orientalnya kala Abi memasuki ruangan, bukan Nadine.

"Dia belum dateng?" Ucap Abi berjalan perlahan mendekati meja kerja Wisnu.

"As you see. Tumben kemari. Ada apa?"

"Lo serius ngajak Nadine join?" Abi kembali menanyakan sesuatu yang dia sendiri tahu jawabannya. "Gue udah baca kontraknya. Kok lebih banyak plus di dia daripada gue. Pertama kenapa dia harus ikut kemanapun gue show? Kedua, feenya apa ngga kebesaran? Dan yang ketiga, kenapa gue harus promote line clothnya? Itukan ilegal. Harusnya dia bayar gue. Ga biasanya rules kita begitu. Yang gue tau, siapa pun yang jadi stylish gue ga boleh promosiin apapun, apapun dibadan gue."

"Rules bisa aja berubah. Tergantung tujuannya. Pertama, ga semua show Nadine harus ikut. Gue masih berperan apakah Nadine harus incharge atau ngga di show lo itu. Ke dua, fee Nadine udah sesuai dengan kepopuleran namanya sekarang. Memangnya lo belum tau?" Wisnu mengambil beberapa majalah, mencari sebuah halaman di masing-masing majalah fashion ternama dan memberikan satu per satu pada Abi. "Dia udah dibicarakan bahkan sebelum dia mulai line clothingnya. Ketiga, sebagai designer Nadine akan rancang baju khusus buat lo. Jadi wajar dong lo promote. Bukannya biasanya begitu? Lagipula sekarang dia temen deket lo kan? Masa itungan sama temen sendiri."

Ucapan Wisnu terdengar ketus. Dia kesal karena dari kemarin Abi terus menolak Nadine untuk masuk kedalam teamnya.

"Dia bukan temen gue. Kami ngga sedeket itu."

"Lo kenapa sih sebenernya? Baru kali ini lo bawel banget. Biasanya lo nurut-nurut aja gue kasih stylish. Kenapa?"

"Gue gak suka dia." Jawab Abi tegas.

"Gimana bisa lo narik kesimpulan secepat itu? Dia aja belum kerja sama lo." Wisnu ngga kalah serius. Dia membenci kalimat Abi yang dinilainya terlalu kekanakan.

***

NADINE (POV)

Aku mendengarnya.

Percakapan mereka aku bisa mendengarnya dengan jelas. Udara menyebarkan frekuensi suara melalui celah pintu yang tak tertutup rapat.

Kalimat terakhir Abi membuat hatiku perih. Sebegitunyakah dia tidak menyukaiku? Tidak, maksudku, apakah dia ngga bisa menyukaiku?

"Ini bukan masalah kerjaan. Dia itu obses sama gue. Lo tau apa yang dia bilang? Dia bilang dia akan bikin gue jatuh cinta sama dia. Kan gila! Mana ada cewek kayak gitu. Dia obses sama gue, bro. Lama-lama bisa saiko tu orang."

Ya Tuhan, ucapannya.

Dadaku sesak. Mataku sudah mulai memanas. Harga diriku. Seperti itukah pemikiran dia yang sebenarnya tentangku?

Kuputuskan untuk membuka pintu. Masuk perlahan, menitrupsi percakapan mereka. Kak Wisnu tersikap sementara Abi terus saja mengoceh. Dia tidak tahu aku sudah berdiri dibelakangnya.

"Ternyata seperti itu."

Kucoba untuk tersenyum saat dia berbalik kearahku. Kedua bolamatanya melebar. Terkejut atau marah? entahlah.

Abi & NadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang