CHAPTER 9

233 12 9
                                    

Haaaaaiii!!! Maaf banget chapter 9 nya telat. Huhuhu karna satu dua hal jadi tertunda. Langsung aja yaaaa. Selamat membacaa 😊

WRITER (POV)

Abi dan Risa nampak asik bermain PS. Kadang mereka tertawa, saling tempeleng, bahkan bersiasat agar salah satu dari mereka kalah. Well, suasana yang akrab dan hangat menyelimuti mereka. Seolah pengakuan itu ngga pernah ada.

Telepon Risa berbunyi, dia pause permainan dan langsung mengangkatnya. Wajahnya mendadak serius dan hati-hati sambil sesekali melirik kearah Abi.

"Halo mas." Jawabnya dengan suara pelan.
"Kamu lagi apa?" Sebuah suara yang tak lain adalah Juna menyapa diseberang sana. Lagi-lagi Risa melirik Abi.
"Main game mas."
"Main game sama siapa? Ini udah malem looh. Bukannya tidur."
Dia makin gelagapan. Bingung harus menjawab apa.
"Ada sodara aku main kerumah. Kamu lagi apa mas?"

Abi terkekeh mendengar jawabannya. Antara percaya dan tidak tapi itu tarjadi. Tak lama telepon pun berakhir setelah Juna mengatakan dia ingin tidur lebih awal.

"Kenapa lo ga bilang terus terang aja kalo lagi sama gue?" Tanya Abi to the point. "Toh kita ngga ngapai-ngapain."

"Aku punya alasan sendiri, Bi."

Keheningan menyesapi mereka sebelum akhirnya deringan telepon Abi terdengar. Dia ambil ponsel yang tergeletak tak jauh darinya.

Telepon dari Nadine.
Namanya tertera dilayar ponsel.

Tanpa ragu Abi ignore panggilan itu dan kembali melanjutkan permainan.

Diujung telepon Nadine merasa kecewa.
Lagi-lagi teleponnya ditolak.
Sedih? Sudah pasti.
Kini dia pijit pelipisnya sambil terus memikirkan cara untuk mendekati Abi sebelum sebuah gedoran keras mengagetkannya. Membuat sekujur badannya kaku seketika.

NADINE (POV)

Lantai bawah sudah sangat gelap ketika aku berjalan perlahan menuruni tangga. Sial, sesaat aku menyesali keputusanku untuk ngga naro cctv didepan karena ternyata itu penting juga.

Gedoran itu terdengar lagi. "Nadine. Aku tau kamu didalam. Cepat keluar aku ingin bicara." Seseorang memanggil namaku. Seorang laki-laki.

Kini ku urungkan niatku dan kembali keatas.
Jantung berdebar kencang. Kakiku mendadak lemas. Ya Tuhan, siapa sih laki-laki itu? Ngapain juga malam-malam kesini? Asli yaaa dia sukses bikin aku ketakutan.

Suara handphone mengagetkanku. Sungguh rasanya seperti bermain dalam film thriller. Bunyi sedikit aja langsung paraniod.

Kini kuhampiri meja, mengambil ponsel.
Aku terpaku setelah melihat nama Mas Juna tertera dilayar. Mencoba beranikan diri untuk mengangkatnya.

"Halo?" Sapaku.
"Nad, aku ada dibawah. Kamu ga bakalan tega ngebiarin aku kedinginan tengah malem didepan store kamu kan?
"Mas Juna ada didepan?"
"Iya. Aku ingin ketemu kamu Nad. Please?"
"Oh oke."

Telepon pun ditutup.
Speachless. Aku ngga nyangka dia akan menghampiriku kesini setelah sms pertanyaannya 1 jam yang lalu.

Kamu dimana, Nad?

WRITER (POV)

Nadine membuka pintu store dan mendapati Juna berdiri didepannya. Badannya yang tinggi membuat Nadine harus mendongak.

"Ada apa mas kesini?" Tanya Nadine langsung tanpa ucapan 'hi' sedikitpun.

Kejadian itu cepat dan membuat Nadine terbengong sepersekian detik sebelum akhirnya dia sadar bahwa Juna sedang memeluknya. Dia meronta berusaha melepaskan diri namun pelukan Juna sangat erat membuatnya sulit bergerak.

Abi & NadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang