Bagian 3

150 6 0
                                    

Huh, kesal. Sangaaaatt kesal padanya!! Aku kesal pada pangeran es!! Kenapa? Kejadian tadi siang sangat menyebalkan!! Mau tau? Oke, akan kuceritakan kejadian tadi siang saat Dhika mengantarku pulang.

Flashback on

Setelah jam kuliahku selesai, aku mencari sosok Dhika di sekeliling gedungku. Tadi katanya aku disuruh menunggunya di depan kelasku.

Kulihat Dhika berjalan dengan santai di antara kerumunan mahasiswa disini. Tapi tampang wajahnya sangatlah ramah, tidak seperti saat bertemu denganku yang sangatlah dingin.

"Hai" Ucapnya dingin saat dia sudah sampai di hadapanku. Bisa kulihat tatapan sinis dari para mahasiswi yang iri padaku.

"Oh, hai" Jawabku sambil menyunggingkan senyum. Dhika masih dengan wajah dinginnya.

"Ayo pulang" Ucapnya lalu menarik tanganku. Aku langsung menepiskan tanganku dan menatapnya datar.

Dhika tampak bingung dengan reaksiku, "Ada apa?" Huh, ingin ku acak-acak mukanya yang dingin itu. Aahh.. gatal sekali tanganku!!

"Heh, terus motor gue gimana? Motor kesayangan gue tuh!" Jawabku sinis dengan mata menatapnya tajam. Dia hanya memutar matanya dan menghela nafas.

"Jawab woy! Kalo lo gak jawab, gue pulang sendiri nih!" Ancamku. Dhika tampak berpikir sejenak lalu menatapku datar.

"Kata bokap lo sih motor lo mau diservis gitu, gue gak terlalu tau. Gue kan cuma ngelaksanain perintah bokap lo" Jawabnya lalu menarik tanganku lagi. "Sekarang kita pulang" Ucapnya lagi.

Aku hanya menunduk pasrah. Iya juga sih, aku pernah meminta papa untuk memodif motorku, tapi kan gak harus kali ini juga kan? -_-

Sampailah aku di mobil Dhika. Aku hanya masuk dengan diam, begitupula Dhika.

Aku langsung memasang earphone di telingaku dan mendengarkan musik yang dimainkan di HP ku. Dhika hanya diam dan fokus menyetir.

Tiba-tiba saja HP Dhika bergetar. Dhika langsung mengangkat telfon dari seseorang.

"Halo?" Tanya Dhika.

"..... Oh iya om, Keysha lagi sama saya. Ada apa om?" Hahh?? Papa telfon Dhika? Wah, jadi penasaran nih..

"Oh, begitu. Tapi disini jalannya macet om. Dan kayaknya ini udah jauh dari kampus om" Dhika melirik sejenak kearahku. Aku melihat ke depan. Yang benar saja, jalanan sangat macet! Duh duh, Jakarta memang tak bisa lepas dari kemacetan..

"Beneran gak apa-apa om?" Huh, sebenarnya Dhika sama papa ngomongin apa sih?

"Oke om." Dhika langsung memutuskan sambungan telfon, kemudian ia melirikku dan tersenyum sinis.

"Ada apaan sih? Kenapa lo liat gue kayak gitu?" Tanyaku juga tak kalah sinis darinya.

"Heh, bokap lo tadi bilang sama gue kalo motor lo gak jadi diservis gara-gara montirnya gak bisa dateng. Jadi lo balik lagi ke kampus." What? Sumpah ini gak lucu. Udah sejauh ini aku harus ke kampus lagi?

Aku langsung menggeleng cepat, "Gak mau, lo harus anterin gue."

"Keysha, liat noh, jalan tu macet, gimana bisa putar balik sih? Lo aneh banget" Hmm, bener juga apa katanya.

Aku langsung memakai tasku lagi dan melepaskan seat belt lalu membuka pintu. Tanpa berpamitan atau apapun aku langsung berlari menuju ke kampus.

Sesampainya di kampus aku langsung menuju ke tempat parkir. Lah, dimana motorku? Aku mencari-cari motorku disekitar parkir yang sangat luas ini.

Amor InvenietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang