Bagian 18

113 5 0
                                    

"Keysha curut! Jangan ninggalin gue kali!" Omel Lily sambil berlari mengejarku. Aku hanya tertawa konyol melihat cara berlari Lily yang terlihat kewalahan mengejarku. Rasain saja, salah sendiri tadi dia bikin aku nyasar pas mau masuk kelas.

"Lo itu jangan suka bales dendam sama orang lain dong, Key! Gue tadi kan cuma bercanda!!" Seru Lily lagi. Namun sekarang ia berhenti dihadapanku sambil mengatur nafas.

"Lo tu kalo lari gak usah pake ngomong kali! Akhirnya ngos-ngosan kan?" Aku memberikan sebotol air minum untuknya tanpa menghiraukan ucapannya tadi.

"Abisnya lo nyebelin!" Ucap Lily setelah meneguk air minum yang aku berikan.

"Ye.. kan lo duluan yang nyebelin, pake ngerjain gue segala" Ucapku tak mau kalah.

Lily hanya cengengesan sambil mengacungkan 2 jarinya membentuk huruf 'V' yang artinya 'peace'.

"Yaudah, gue minta maaf deh. Jarang-jarang lho gue mau minta maaf sama lo" Ucap Lily sambil memelukku. Aku juga membalas pelukannya, layaknya teletubies.

"Gue mau jalan sama Ben nih Key. Lo pulang sendiri gak apa-apa kan?" Tanya Lily.

"Lah, Ben kagak kerja?" Tanyaku. Pasalnya yang aku tau Ben sudah bekerja di salah satu perusahaan.

"Iya sih, tapi ini jam makan siang. Jadi gue mau makan sama dia. Berdua." Ucap Lily dengan menekankan kata 'Berdua'. Aku mendengus kesal.

"Ya udah lah, emang nasib seorang jomblo pulang sendiri, yang punya pacar pulang sama pacarnya. Ya kan?" Ucapku dengan nada sewot lalu meninggalkan Lily.

"Bye, bye Keyshaa!!" Teriak Lily yang aku jawab, "Iyaa!! Bye, bye Lilyyyy!!!"

Fuh, oke, memang nasibku sekarang. Aku sama sekali gak tau jalanan disini! Walaupun sudah diberitahu Ben kemarin, tetap saja aku lupa!

Apalah dayaku, aku harus mencari halte bis disekitar sini. Sial banget aku hari ini!

"Baru pulang ya neng?" Tanya seseorang.

"Iye bang. Pulang kuliah" Jawabku.

"Ohh.."




Tunggu..




Barusan yang ngomong sama aku pake bahasa Indonesia kan? Malah bahasa Betawi kayaknya ya?

Aku langsung menengok kesamping melihat siapa yang ada disana.

Terlihat Dhika dengan senyuman lembutnya menatapku.

Dhika?

Iya, serius, ini Dhika. Dhika Arya Putra. Yang akhir-akhir ini membuatku gila.

Saat aku akan pergi, Dhika lebih dulu mencekal lenganku. Menahanku untuk pergi.

Kejadiannya begitu cepat. Tiba-tiba saja aku sudah ada dipelukan Dhika.

Ya Tuhan, jika ini mimpi, jangan buat aku terbangun dari mimpi ini.

Aku benar-benar kaget, bingung, senang, aaahh.. pokoknya banyak banget yang aku rasain sekarang.

"Gue kangen lo" Ucap Dhika tepat ditelingaku.

3 kata yang sekarang bikin aku tambah terkejut sekaligus senang. Ternyata gak cuma aku yang kangen.

"Gue juga kangen sama lo Dhika.." ucapku sambil membalas pelukan Dhika.

Setelah berpelukan, Dhika mengajakku masuk ke mobil.

"Makan dulu ya, gue laper" Ucap Dhika tanpa melirikku sedikitpun. Aku cuma bisa mengangguk dan melihat pemandangan kota Paris dari jendela mobil.

Ternyata Dhika mengajakku ke sebuah cafe di Paris, dan kami menuju ke meja yang berada di sudut ruangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Amor InvenietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang