Bagian 17

103 2 0
                                    

Lily POV

"Plis.. gue rasa lo harus kembali sama Keysha.."

Dia terdiam. Tapi kemudian menghela nafas.

"Gue udah ada perjanjian Ly. Gue gak bisa nemuin dia lagi." Jawabnya dengan lirih.

"Persetan sama perjanjian! Lo bener-bener harus ketemu dia!" Jawabku dengan membentaknya lagi.

Dia menatapku dengan tatapan terluka. O ow.. kayaknya aku salah omong nih..

"Kalo dia gak mau terus gimana Ly? Gue bisa apa?" Tanyanya dengan muka termelas sedunia... lain.

Eh gak deng, ini bener-bener muka melas sejagad raya.

Aku langsung tertawa. Bagaimana tidak? Jadi selama ini dia tidak mau menemui Keysha hanya karena ini?

Bodohnya Dhika..

Haha, dia memang Dhika, pangeran es yang membuat Keysha gila, menghambur-hamburkan uang hanya untuk menghindari cowok aneh kayak Dhika.

Dasar sejoli yang aneh..

"Hei, why are you laughing?" Tanya Dhika dengan wajah cemberutnya. Hahaha.. melihatnya seperti ini membuatku ingin tambah tertawa.

Tapi ku urungkan niatku. Takutnya nanti kalo aku tambah ketawa, nanti dia ngamuk lagi.

"Ya pasti Keysha mau lah Dhika.. Keysha itu bener-bener gila gara-gara lo. Dia gue suruh buat nemuin lo juga, tapi alasannya sama kayak lo. Hahaha.."

Dhika memasang ekspresi datarnya lagi. Tapi bisa kulihat dari matanya ia terlihat gembira.

Bahkan terlihat sangat gembira.

"Okay. Gue bakal pikirin itu nanti. Gue ada kerjaan di kantor. Btw, makasih buat infonya." Pamitnya dengan tersenyum. Astaga... senyumnya... bikin aku lemes aja nih anak..

"Gak usah mikirin gue. Pikirin aja si Ben cowok lo." Ucapnya lagi dengan senyum jahilnya.

"APAAN SIH LO! PERGI AJA SONO!!" Seruku sambil menahan malu. Dasar tu bocah, aku kan jadi malu gara-gara ketauan mikirin dia.

Tapi aku senang, rasanya tadi seperti senyuman seorang Dhika setelah bertahun-tahun lamanya tidak ditampilkan. Dan sifat jahilnya tadi, sepertinya memang hal itu yang Keysha suka dan rindukan dari Dhika, akal-akal jahil Dhika supaya Keysha bisa kesal sekaligus terhibur.

Tapi, bagaimana caranya aku dan Ben tau masalah ini? Intinya aku sama Ben pernah cerita-cerita masalah sahabat kami masing-masing. Aku menceritakan Keysha, dan Ben menceritakan Dhika. Nah, kami tersadar bahwa ternyata sahabat kami mempunyai masalah yang sama dan memang merekalah orangnya. Maksudku, aku selama ini mencari Dhika dan Ben mencari Keysha untuk memecahkan masalah ini, dan ternyata orang yang kami cari itu adalah sahabat kami.

Masih gak paham? Huft.. intinya seperti itu lah.. maafkan jika malah membuat kalian bingung.

Okelah, lebih baik aku balik ke apartemen biar Keysha gak curiga. Yang penting masalah Dhika udah selesai.

***
Ben POV

Setelah menenangkan Keysha, akhirnya Keysha tidak menangis lagi. Kali ini aku mencoba menanyakan hal ini pada Keysha.

"Key.. apa lo gak mau buat ketemu lagi sama Dhika?" Tanyaku sambil menatap Keysha.

Keysha meminum hot chocolate pesanannya lalu tertawa hambar.

"Gak semudah itu gue nemuin dia Ben, dia itu susah banget ditemuin." Katanya lalu tersenyum pedih. Dasar Dhika, bisa-bisanya kamu menyakiti perempuan seperti Keysha.

"Lagi pula kita berdua udah ada perjanjian buat gak bertemu lagi. Jadi gak mungkin hal itu terjadi." Lanjutnya.

Aku merasa kasihan pada Keysha. Tapi aku juga kasihan pada Dhika. Mereka saling menyakiti perasaan mereka.

"Tapi kalo suatu saat nanti kalian ketemu lagi bagaimana? Apa kamu mau menemuinya?" Tanyaku lagi.

"Jika memang ada waktu buat gue ketemu sama dia, tapi dia gak menghindar, gue gak bakal nyia-nyiain waktu itu." Jawabnya dengan tersenyum.

Dhika memang ada disini Key. Dhika ada di Paris sekarang. Kata batinku dalam hati.

Dhika memang pergi ke kota Paris ini untuk menghindari Keysha. Aku juga senpat repot karena aku yang adalah bawahannya sekaligus sahabatnya ikut pindah kemari. Untung ada kantor cabang disini. Jadi Dhika tidak kesulitan untuk memantau perusahaannya di New York.

Tapi suatu keajaiban lagi, Keysha juga ada disini, bersama Lily. Hahaha.. aku rasa mitos tentang kalung mereka memang terjadi pada diri mereka. Walaupun mereka berusaha menghindari, tapi pada akhirnya mereka akan bertemu lagi.

"Oke, lo mau pulang sekarang?" Tanyaku pada Keysha. Dia mengangguk lalu nyengir kuda. Jadi senang melihatnya kembali ceria. Karena sifatnya yang selalu ceria, membuatku sekarang menganggapnya sebagai adikku sendiri, walaupun kita baru kenal beberapa hari.

Aku langsung merangkulnya dan kami berdua masuk ke mobilku. Kemudian aku mulai menjalankan mobilku ke apartnya Lily.

***
Keysha POV

Rasanya setelah bercerita dengan Ben membuatku merasa sedikit lega. Dia sudah seperti kakakku sendiri. Walaupun kami baru kenal beberapa hari yang lalu.

Kami langsung masuk ke apart ketika kami sudah sampai. Terdengar suara berisik dari arah dapur.

Aku mengecek ada apa di dapur. Ternyata Lily yang sedang memasak untuk makan malam.

"Eh, curut. Lo tadi kemana sih? Lo mau bikin gue khawatir?" Tanyaku dengan jutek. Lily yang sedang asyik memasak langsung menatapku. Lalu dia nyengir kuda.

"Ciyeee.. Keysha perhatian banget sih sama gue.. tambah gemes deh gue.." Lily langsung mencubit pipiku dengan gemas. Aku hanya menatapnya horror. Kalian harusnya tau, aku paling tidak suka jika ada orang yang mencubit pipiku.

"Gue gak bakal ngasih jatah makan kalo lo marah sama gue" Ucap Lily saat aku ingin memarahinya. Huh, bikin kesal saja. Bisanya kok ngancem.

"Panggilin Ben kesini dong Key. Gue pengen ngomong sama dia bentar." Perintah Lily membuatku tambah cemberut.

"Ngomong aja lo mau pacaran sama Ben." Jawabku lalu berlalu dari dapur, lalu menuju ke ruang TV, dimana ada Ben yang sedang duduk disana.

"Ben, dipanggil cewek lo tuh." Ucapku dengan jutek. Ben hanya tersenyum kecil lalu mengacak-acak rambutku.

"Kalo gak suka liat orang pacaran itu makanya cepet cari pacar." Katanya sebelum ia pergi kedapur.

Huh, sejoli itu benar-benar merusak mood ku sekarang. Memang mereka benar-benar jodoh mungkin.

Saat aku ingin menguping apa yang mereka bicarakan, ternyata mereka sudah tidak ada di dapur, tetapi masakan yang dimasak Lily sudah matang. Hmm.. harumnya saja sudah membuat ingin makan, apalagi rasanya. Yummy..

"Eh, eh, eh.. mau ngapain lo?" Saat aku ingin melahapnya, Lily dan Ben datang. Lily dengan muka kesal, Ben malah terlihat menahan tawa.

"Kalo mau makan, bareng-bareng lah. Ayo sekarang kita makan!"  Ajak Lily lalu kami duduk di ruang makan, lalu makan bersama.

***
Sori kalo part ini gaje..

Give your vomment please..

Amor InvenietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang