Bagian 16

101 2 0
                                    

Saat ini aku dan Ben ada di sebuah cafe ternama di Paris. Setelah berjam-jam kami berkeliling, akhirnya kami sampai disini.

"Key, kalung lo unik banget. Gue boleh pinjem gak?"

Pertanyaan Ben membuyarkan pikiranku. Membuatku tersentak.

"Eh? Boleh kok, nih" aku melepas kalungku dan memberikannya pada Ben. Beberapa saat Ben mengamati kalung itu. Melihat Ben membuatku berfikir, apa Ben pernah melihat kalung itu sebelumnya?

"Lo beli dimana nih? Sumpah ini keren banget!" Seru Ben sambil mengembalikan kalungku.

Aku tersenyum, "dikasih sama adik waktu itu, dan asal lo tau, ini punya mitos tapi gue sampai saat ini gak percaya sama mitos itu."

"Oohh.. ya gue sih cuma ngerasa pernah liat aja. Tapi gue juga ragu sih. Oh ya, btw nama lengkap lo siapa?"

"Keysha Elvira Arshellia"

"Ohh.."

"Kenapa nanya-nanya nama gue? Lo mau melet gue ya?" Tanyaku penuh selidik.

Ben tertawa. "Astaga, lo itu negative thinking banget sih, gak mungkin lah gue melet lo, bisa-bisa gue diamuk lagi sama Lily."

Aku hanya tersenyum simpul menanggapi Ben. Ya gak mungkin juga sih dia mau melet aku.

"Key, gue denger dari Lily lo pernah punya masa lalu yang bikin lo gak mau pacaran sampe sekarang ya? Emm.. sori sih sebelumnya, sebenernya gue kepo tentang masa lalu lo itu, lo mau cerita kan?" Tanya Ben dengan hati-hati, takut kalo aku marah mungkin.

Aku menghela nafas, lalu mulai bercerita, "Gini Ben, bokap gue itu punya temen, nah, anak dari temennya itu kebetulan nginep di rumah gue. Anaknya cowok, namanya Dhika. Gue emang sempet deket sama dia. Tapi saat itu gue masih punya pacar, namanya Dimas."

Aku terdiam sejenak. Menyebut nama mereka dan mengingat mereka membuat hatiku terluka lagi.

"Suatu ketika, Dhika pernah liat Dimas lagi jalan sama cewek, dan Dhika langsung bilang sama gue kalo Dimas dua'in gue. Gue saat itu gak percaya sama Dhika, gara-gara Dimas itu udah pacaran sama gue dari SMA, yah.. walaupun dia pernah ninggalin gue sebelumnya.."

"Dan setelah itu gue sama Dhika berantem, malah Dhika sekarang ninggalin gue.."

Tes.

Air mataku sekarang sudah menetes. Asal kalian tau, saat ini aku menyesal, aku lebih memilih Dimas yang dulu pernah ninggalin aku.

"Dan saat Dhika pergi.. Dimas bener-bener nyakitin gue saat itu.. gue baru sadar.. kalo Dhika itu gak bohong.. gue bener-bener gak ada harapan lagi Ben buat minta maaf sama dia.. hiks.."

Kini tangisku sudah tidak bisa ditahan lagi. Ben yang melihatku menangis langsung memelukku. Bodo amat sama Lily, aku memang butuh pelukan seseorang sekarang.

"Sori Key.. gue gak ada maksud bikin lo inget masalah itu.." Ucap Ben sambil menghapus air mataku. Aku hanya tersenyum kecil.

Biarkan menit-menit ini saja aku menangis untuknya. Tapi aku janji, setelah ini aku tak akan mengangisinya lagi.

***
Lily POV

"Halo? Okey, kita ketemuan di apartemennya Ben ya. Bye"

Aku langsung menghentikan taksi yang kebetulan lewat di depan apartemenku, kemudian aku memberitaukan tujuanku pada supir, yaitu apartemennya Ben.

Btw, tadi aku bilang sama Keysha kalo aku ada keperluan kan? Tapi jujur ini penting sekali. Sekali lagi, INI PENTING SEKALI.

Saking pentingnya, Keysha memang tidak boleh tau aku ngapain. Sampai-sampai kita ketemuan di apartemennya Ben. Kan bisa aja tuh, kalo ketemuan di tempat lain terus ketemu Keysha sama Ben

Amor InvenietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang