4. Temen Gokil

2.5K 904 235
                                    


============OLIVIANO===========

      Daffa masih saja menekan-nekan tombol remote TV yang berada di dalam kamarnya. Sedari tadi, ia sama sekali tidak menemukan Channel yang membuatnya terhibur dikala perasaanya yang saat ini sedang gelisah.

      Akhirnya ia memutuskan untuk mematikan TV saja. Pikirannya sedang tidak fokus untuk melakukan sesuatu.

      Daffa sendirian dirumah. Kedua orang tuanya sudah dua minggu berada di luar kota karena urusan pekerjaan. Mereka memang selalu sibuk.

      Namun bagaimanapun juga, ia sama sekali tidak ingin seperti anak lain yang menganggap bahwa kedua orang tuanya tidak memperdulikannya.

      Ia selalu berfikir positif kepada kedua orang tuanya meskipun kenyataanya Daffa benar-benar haus akan kasih sayang mereka.

      Karena itu, ia sering mengunjungi rumah Olivia untuk sekedar merasakan bagaimana rasanya diperhatikan oleh kedua orang tua.

      Di depan Olivia, Daffa selalu bersikap tegar. Padahal jiwanya sangat rapuh. Ia sangat iri akan keharmonisan keluarga Olivia. Seandainya jika ia bisa memilih, ia ingin sekali tinggal selamanya di rumah Olivia. Dengan begitu ia tidak akan lagi merasakan kesepian seperti sekarang ini.

      Namun nyatanya hal tersebut hanya sebuah khayalan yang tidak pernah bisa dicapai. Tidak apa-apa, Daffa sudah cukup kebal dengan kenyataan yang pahit ini.

      Setidaknya ada Olivia yang selalu membuat Daffa merasa tidak kesepian lagi.

      Entah kenapa tiba-tiba Perasaan gelisah itu muncul lagi. Daffa benar-benar memikirkan bagaimana keadaan Olivia saat ini. Ia khawatir. Sejak tadi Olivia tidak mengangkat telponnya atau sekedar membalas pesan-pesannya.

      Tiba-tiba terdengar suara bel pintu ditekan. Membuat Daffa yang sedang gelisah itu langsung keluar kamar dengan malas dan menghampiri pintu yang belnya meraung-raung minta di bukakan.

"Iya sebentar." Teriak Daffa sambil membuka pintu dengan kunci. Setelah pintu benar-benar sudah terbuka, terlihatlah Arga yang berdiri dengan tampilan wajah yang tidak pernah berubah. Konyol dan menyebalkan.

"Ehh, Arga. Ngapain lo kesini?" Tanya Daffa akhirnya. Membuat Arga yang sedang menguap menjadi terganggu.

Arga maju selangkah. Mengintip keadaan rumah yang tampak sepi, "seharusnya lo nyuruh gue masuk dulu!" ucap Arga polos dengan raut wajah yang mengundang minta dijitak.

      Daffa menghela nafas, ini sudah malam. Apakah saat ini yang berada di hadapannya adalah iblis yang menyamar sebagai seorang Arga? Tampaknya kali ini ia harus benar-benar waspada.

"Masuk." Ucap Daffa singkat, tanpa Ba-Bi-Bu, Arga langsung nyelonong masuk seperti bocah ingusan yang melihat sebuah permainan taman kanak-kanak. Daffa sudah terbiasa dengan kelakuan teman sebangkunya ini. Arga memang sangat konyol. Daffa berharap sifat Arga tidak menular pada Dirinya.

"Ada makanan gak?" Tanya Arga yang saat ini sudah tiduran di atas sofa berwarna merah yang berada di ruang tamu.

"Gak ada." Ucap Daffa singkat.

Arga yang sedang tiduran menikmati empuknya sofa di rumah Daffa langsung berdecak. "Bonget lo Daff!"

Daffa sedikit bingung dengan perkataan Arga barusan. Karna tidak mengerti apa arti kata 'Bonget' akhirnya Daffa bertanya. "Apaan tuh bonget?"

"Boong-banget." Pekik Arga dengan penekanan disetiap kata, lalu diakhiri dengan tawanya yang menggelegah.

     Daffa hanya menggeleng-geleng dengan sifat tidak jelas dari seorang Arga. Sementara Arga yang tadinya berbaring menjadi terduduk karena teringat sesuatu.

"Sini Daff Duduk!" ucap Arga sambil menepuk-nepuk sofa di sebelahnya. Seakan-akan Arga-lah yang menjadi seorang tuan rumah disini.

      Daffa menurut saja, perasaannya masih gelisah memikirkan keadaan Olivia. Dia benar-benar menyesal karena penyakit pikun-nya selalu kambuh.

"Jadi gini," Arga akhirnya bicara ketika daffa sudah duduk di sebelahnya. Tapi Daffa benar-benar tidak tertarik. Biasanya Arga hanya berbicara Omong kosong saja. Yang sama sekali tidak bermanfaat untuk Daffa. Entah bercerita tentang kucing tetangganya yang meninggal karena tersedak kecoak-lah sampai kesombongannya memamerkan kaos kaki yang katanya sangat mahal.

Sepertinya Berteman dengan Arga membuat Daffa harus mempunyai kesabaran tingkat dewa.

"Lo pasti gak percaya karna Barusan gua habis nganterin Olivia pulang."

      Daffa terbelalak kaget ketika mendengar satu nama yang menjadi alasan kegelisahannya malam ini. Hanya dengan perkataan Arga yang berkategori singkat itu berhasil membuat Daffa terkejut.

"Kok bisa?" Tanya Daffa penasaran.

"Bisa dong, Arga gitu loh." Arga mulai menyombongkan diri dengan wajah yang menjengkelkan lagi. Tapi Daffa tidak peduli. Daffa hanya ingin penjelasan, bukan candaan.

"Coba jelasin biar gua bisa percaya sama ucapan lo barusan." Perintah Daffa serius.

      Sebelum mendengarkan penjelasan. Daffa memang termasuk orang yang tidak gampang percaya. Apalagi Daffa baru beberapa hari mengenalkan Olivia dengan Arga, jadi tidak mungkin mereka bisa langsung akrab seperti ini. Kecuali mereka memang sudah pernah mengenal satu sama lain.

"Sebenernya gue males kalo cerita terus gak ada makanan kaya gini... Tapi karna gue itu orangnya baik, tidak sombong, rajin menabung, rajin sholat, rajin menga-"

"Langsung ke intinya aja bisa gak? Urusan makanan nanti gue bakalan kasih." Ucap Daffa setelah memotong pembicaraan Arga yang berbelit-belit itu.

      Arga malah kegirangan karena akhirnya Daffa akan memberinya makanan. Dengan senang hati akhirnya Arga mulai menjelaskannya.
Dengan berprinsip 'Lebih cepat menjelaskan, lebih cepat dapat makanan.'

"Tadi gua ketemu Olivia sendirian di jalan. Mukanya kaya orang yang lagi kebingungan banget. pas gue tanya dia kenapa, Dia malah kelihatan tambah bingung. Mungkin dia lupa sama gua. It's Okay! Terus gua langsung bilang kalau gua ini Arga, temen sekelasnya Daffa yang waktu itu Daffa kenalin. Untungnya Dia langsung inget. Abis itu gua langsung nawarin dia pulang. Pertamanya dia nolak karena takut ngerepotin, tapi pas gua bilang gua gak merasa direpotin akhirnya dia mau gua anterin pulang. Dan dia pulang dengan selamat."

      Setelah Arga selesai menjelaskan, Daffa langsung sedikit lega. Kegelisahannya malam ini sudah sedikit hilang. Setidaknya Olivia sudah pulang kerumah dengan selamat. Meskipun ada rasa penyesalan yang masih teramat dalam. Yang penting Olivia tidak apa-apa.

"Mana janjinya?" Tagih Arga.

"Yaudah, lo tunggu disini, biar gue ambilin makanan." Daffa beralih ke dapur mengambil beberapa Snack Yang ia beli kemarin sore Sebagai tanda terima kasih atas kebaikannya yang sudah mengantarkan Olivia pulang kerumah dengan selamat.

      Sementara Arga hanya merespon dengan anggukan sebelum akhirnya Arga kembali berbaring di sofa empuk berwarna merah milik Daffa.

Sungguh malam yang penuh drama.

===========
Bersambung...

Heyyy...
Gimana komentarnya buat chapter ini?
Jangan lupa vommentnya yaa

OLIVIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang