Sebuah kilauan cahaya mentari menyelinap masuk melalui jendela yang tampaknya semalaman tidak tertutup. Cahaya itu berhasil menyilaukan kedua mata Olivia seakan memberi isyarat agar gadis itu segera beranjak dari kasurnya. Mata Olivia menerjap beberapa saat sebelum ia benar-benar menyadari bahwa ini memang sudah pagi.Diliriknya jam dinding bertema Doraemon yang kini sudah menunjuk pukul 06.30 pagi. Ia tidak ingin menunda waktu lagi. Ini sudah benar-benar terlambat.
Olivia langsung beralih menuju kamar mandi. Perasaan was-wasnya yang takut terlambat itu selalu saja menghantui pikirannya.
Setelah selesai dan siap menuju sekolah, ia langsung turun kebawah untuk mencari sosok wanita paruh baya yang sangat dicintainya. Seharusnya wanita itu membangunkan anaknya agar tidak telat seperti ini bukan? Lalu kenapa hari ini keadaan rumah tampat terasa sepi?
"Non Oliv udah bangun? Maaf ya tadi Bibi gak sempet bangunin... soalnya disuruh ngeracik obat sama Ibu," ucap Bi Yani, ketika berpapasan dengan Olivia di bawah tangga. Warna jari-jari tangannya saat ini berwarna kuning seperti habis memegang salah satu bumbu dapur yang bernama kunyit itu.
"Lohh... siapa yang lagi sakit, Bi?" tanya Olivia. Raut wajahnya mendadak berubah memperlihatkan ekspresi ketika seseorang sedang panik.
"Mas Daffa, Non."
Olivia langsung kaget. Ia baru saja mengingat kejadian semalam, yang malah tertidur di ruang Tv akibat mati lampu. Daffa sudah menjahilinya dengan merebut senter dari tangannya. Saat itu, wajah Daffa memang terlihat pucat saat senter tersebut menyorot pada wajah Daffa. Kemudian Olivia tidak ingat apa-apa lagi karena ia ketiduran.
"Sekarang dia dimana, Bi?" tanya Olivia.
"Di kamar tamu, ada Ibu juga disana."
Olivia langsung menuju kamar tamu, mata Olivia langsung menangkap sosok laki-laki yang kini terbaring di atas kasur dengan sebuah kompresan di dahinya.
"DAFFA? ASTAGA... LO BISA SAKIT?" ucap Olivia panik ketika melihat keadaan Daffa yang saat ini begitu lemah ditambah wajahnya terlihat pucat.
Ratna yang sibuk mengompres dahi si pemilik alis tebal itu langsung mengisyaratkan agar anaknya tidak berbicara keras-keras supaya Daffa tidak terbangun.
"Daffa demam Liv! Udah kamu berangkat sekolah aja gih... biar Bunda sama bibi yang urus," ucap Ratna dengan nada pelan. Ia meyakinkan Olivia agar segera berangkat ke sekolah.
"Tapi itu beneran Daffa, kan?" Olivia masih belum percaya, Daffa yang sekarang dilihatnya sangat begitu lemah. Padahal semalam Daffa masih mengajaknya bercanda.
"Kamu mau terlambat? Udah sana berangkat!" Ratna terlihat sangat geram menyikapi Olivia yang masih saja menanyakan hal yang tidak penting. Sudah jelas-jelas Daffa, masih saja di tanya.
"Yaudah Oliv berangkat dulu ya, Bun," ucap Olivia, ia beralih menyalami tangan Bundanya. Matanya melirik wajah Daffa sebentar. Baru kali ini, Olivia melihat kondisi Daffa yang lemah.
===========OLIVIANO============
Olivia datang lima menit sebelum bel masuk berbunyi. Ia sangat begitu lega, akhirnya ia terbebas dari kata terlambat.
Seperti biasanya, suasana kelas masih tampak ricuh saat guru yang mengajar belum datang. Murid-murid di kelas banyak yang masih sibuk berbincang dengan murid lainnya. Itu memang sudah biasa. Yang tak biasa adalah ketika menatap seseorang yang menyendiri di bangku pojok sambil membaca buku.
Matanya seakan menari-nari diiringi dengan jari telunjuk ketika membaca kata demi kata buku yang dibacanya.
Dia Vino, sosok pria yang katanya nerd tapi sebenarnya adalah seorang pria yang nakal. Hari ini dia masuk, katanya sih kemarin dia sakit hingga tidak bisa mengikuti pelajaran. Tapi Olivia tidak percaya, bisa jadi ia sengaja membolos untuk merayakan kemenangan balapan motor yang ia ikuti lusa kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLIVIANO
RomanceLeonard Alviano. Atau yang sering di panggil Vino adalah seorang murid baru yang berpenampilan sederhana. Hari-harinya tidak terlepas dari buku-buku tebal yang selalu ia bawa. Dia memiliki tatapan yang tajam dan memiliki sifat dingin yang membuat si...