5. Sebuah Janji

2.3K 707 330
                                    

"Karena mengenal dirimu adalah kesalahan terindah di dalam hidupku."

----------------------OLIVIANO----------------------

Entah sudah berapa lembar novel yang Olivia baca untuk menghilangkan rasa kejenuhannya saat ini.
Sejak tadi, Olivia hanya terduduk dengan novel barunya karena merasa tidak ada hal lain yang membuatnya tertarik.

Padahal bel istirahat sudah berbunyi. Namun Olivia tetap saja melanjutkan lembaran demi lembaran novel yang selalu setia menemaninya. Tidak seperti Arini yang tega meninggalkannya karena latihan ekskul mendadak.

Sesekali mata Olivia melirik ke arah tempat duduk seorang pria aneh yang kemarin berhasil membuatnya terkejut dengan apa yang sudah ia lakukan.

Bagus! hari ini dia memang tidak masuk. Sepertinya ia sedang merayakan kemenangan dari balapan liarnya itu.

Vino benar-benar orang yang sangat pintar menutupi kebohongan di depan semua orang. Bahkan ketika sering di bully saja ia sama sekali tidak pernah melawan atau sekedar menghindar. Kebohongan besarnya itu sangat berhasil untuk menipu semua orang.

Mungkin hanya Olivia saja yang baru mengetahui sifat seorang Vino yang menyamar menjadi seorang pria paling nerd di Sekolah. Entah Olivia harus memberitahu kepada semua orang atau tidak. Perasaanya masih labil untuk mengungkap kebenaran dari sifat Vino.

Olivia harus berfikir dua kali sebelum membongar rahasianya. Karena dia belum begitu mengenal sifat asli Vino yang sesungguhnya. Olivia sangat tidak ingin jika nantinya Vino akan marah dan akan melakukan hal buruk terhadapnya. Tentunya hal tersebut akan membahayakan Olivia.

Terkadang semua itu ada prosesnya. Sebelum membongkar rahasia Vino, yang harus Olivia lakukan terlebih dahulu adalah menyelidiki sifat asli Vino dan mengetahui apa tujuan dari penyamaran murahannya itu.

"Ehh kamu! iya kamu yang lagi baca novel sambil ngelamun."

Olivia merasa terkejut mendengar suara itu. Merasa bahwa dirinya-lah yang dimaksud. Tentu saja, karena hanya Olivia yang saat ini sedang membaca novel. Matanya sudah menemukan orang yang tadi memanggilnya. Yang memanggil langsung melambaikan tangan dengan seulas senyuman yang terlihat begitu ceria.

Berbagai macam jeritan heboh para wanita kini membuat suasana kelas menjadi sangat berisik. Tentunya setelah kedatangan Daffa bersama temannya yang tengah berdiri di depan papan tulis sambil membawa gitar.

Entah apa yang akan dilakukan Daffa kali ini. Olivia hanya memasang wajah bingung disaat teman-teman sekelasnya mulai berkomentar tentang penampilan Daffa yang semakin hari semakin mempesona.

"Permisi... mohon perhatiannya sebentar!" Suara Daffa menggema. Mencuri perhatian para penghuni kelas. Banyak sekali tatapan heran dari kaum laki-laki. Sementara kaum perempuan sibuk memandang wajah Daffa tanpa berkedip. "Gue kesini mau nyanyiin sebuah lagu untuk orang yang kemarin udah gue kecewain."

Olivia sama sekali tidak bisa menahan malunya saat ini. Teman-teman sekelasnya sudah pasti tahu siapa yang dimaksud Daffa. Seketika wajahnya ia sembunyikan di sebuah novel yang sedang dibaca untuk menutupi perubahan warna wajah yang mendadak bersemu kemerahan.


Teman yang sedang berada di sebelah Daffa kini mulai memainkan gitar. Tanpa Olivia sadari Daffa kini sedang memperhatikan Olivia yang sedang menutupi wajahnya dengan novel.

OLIVIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang