11. Syarat Pertama

1.3K 243 63
                                    

“Menurutku, kamu bukanlah orang yang sempurna. Tapi anehnya kamu bisa membuatku luluh hanya dengan hal sederhana.”

                                     ●●●

      Datang terlalu pagi adalah suatu hal yang paling membosankan bagi Olivia. Sunyi. Hanya kata itulah yang menggambarkan suasana kelas saat ini. Kalau saja setiap hari ada perlombaan siapa yang datang paling pertama di setiap kelas, mungkin hari ini Olivia akan memenangkannya.

      karena merasa semakin bosan, ia beralih keluar dari kelas, menatap sekeliling lingkungan sekolah dari depan pintu. Tepat seperti dugaanya, hanya ada beberapa orang saja yang baru datang.

      Ia mendengus pelan. Sebenarnya ia datang sepagi ini bukan karena kesengajaan. Tetapi ia hanya terpaksa karena Ayahnya memiliki rapat mendadak yang mengharuskannya untuk datang lebih awal dari biasanya.

      Olivia tadinya menolak dan menyuruh Ayahnya untuk berangkat duluan saja. Lagipula ia bisa berangkat sendiri naik angkutan umum atau kendaraan yang lainnya. Namun Ayahnya itu tidak setuju. Terlalu khawatir untuk membiarkan anaknya berangkat sendiri. Jika mengandalkan Daffa, bisa-bisa Olivia justru akan terlambat.

      Kalau sudah begitu, Olivia tidak punya pilihan lain. Mungkin apa yang dikatakan Bundanya dengan mengandalkan pepatah juga benar. Lebih baik datang lebih awal dari pada datang terlambat.

"Jangan berdiri di depan pintu! Gue mau masuk."

      Sadar dengan keberadaanya yang masih berdiri di depan pintu. Olivia langsung memberi senyuman tanpa dosa. Mempersilahkan orang tersebut untuk masuk ke dalam kelas. Entah kenapa, ketika orang itu berlalu melewatinya, tiba-tiba suhu udara menjadi semakin dingin.

      Olivia memalingkan pandangannya ke arah yang berbeda. Ia mengeratkan jaket yang masih ia kenakan. Menghirup napas dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan. Udara di pagi hari ini betul-betul sangat sejuk. Beruntung sekali rasanya menempati kelas yang dekat dengan pepohonan hijau. Ia sangat menikmati udara di pagi hari ini. Matanya terpejam, sudut mulutnya  kemudian terangkat membentuk senyuman.

"Cewek aneh."

      Meskipun suara itu terdengar seperti sebuah bisikan. Namun Olivia dapat mendengar ucapan itu dengan jelas. Ia membuka matanya perlahan. Orang itu kini tepat berada di sampingnya dengan tangan yang sudah berada di saku celana abu-abu. Suhu udara tiba-tiba kembali dingin ketika ia mengetahui orang yang berada di sampingnya itu.

"Vino? Kok tumben dateng pagi?" Tanya Olivia asal. Membuat cowok yang ada di sampingnya menatapnya sekilas.

"Gue emang biasa datang pagi." Jawab Vino dengan nada sedatar-datarnya.

      Olivia hanya mengangguk pelan. Padahal di dalam hatinya ia sangat begitu malu karena sudah sangat sok tahu. Kemudian matanya beralih ke arah Vino yang kini sudah pergi meninggalkannya.

      Lagi-lagi Olivia mengikutinya, kali ini bukan seperti kemarin yang mengikuti secara sembunyi-sembunyi. Tapi Olivia mengikutinya secara terang-terangan. Ia sedikit berlari dengan mensejajarkan langkah Vino.

      Anehnya Vino tidak menghentikan langkahnya karena telah diikuti Olivia. Ia malah sengaja melambatkan langkahnya agar Olivia tidak perlu berlari untuk bisa mensejajarkan langkahnya.

      Olivia pikir, Vino akan ke tempat biasa yang selalu menjadi tempat favoritnya yaitu Perpustakaan. Tapi dugaannya itu ternyata salah. Vino malah menghentikan langkahnya di kamar mandi. Sedangkan Olivia menelan ludahnya berat ketika Vino menatapnya.

"Masih mau ngikutin?"

      Pertanyaan itu berhasil membuat Olivia berkeringat dingin. Dengan cepat, ia menggeleng pelan. Nafasnya ia hembuskan berat ketika Vino sudah masuk ke dalam kamar mandi. Olivia berdecak dan melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu. Berusaha sekuat mungkin agar rasa malunya segera hilang.

OLIVIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang