3. Rahasia Seorang Nerd

2.8K 1K 387
                                    

"Percayalah, ketika kau berbohong. Ada kalanya kebohonganmu akan terungkap. Ketika rencana tak dapat memihak, disitulah kau akan menyesal."

Sebelum pulang ke rumahnya, Olivia tertarik untuk sekedar mampir ke toko buku yang masih cukup ramai. Masih dengan seragam putih abu-abu miliknya, Olivia berniat untuk melihat novel remaja kesukaannya.

Sangat gemas rasanya ketika melihat novel-novel tersusun rapih di antara rak-rak bercat coklat itu. Mata Olivia membaca setiap rentetan judul novel dengan sangat teliti. Kemudian beralih untuk membaca sinopsis yang biasanya terdapat di sisi bagian belakang.

Novel yang berjudul 'Friendzone' itu langsung membuat Olivia tertarik untuk membaca sinopsisnya. entah, Tiba-tiba Olivia langsung teringat oleh Daffa. Diam-diam Olivia pernah menyukainya. Daffa yang dulu selalu tampil apa adanya, selalu ada ketika dibutuhkan, dan yang selalu membuat Olivia merasa aman jika sudah bersamanya. Tidak seperti Daffa yang sekarang. Yang selalu bersikap konyol, sok ganteng dan menyebalkan.

Dulu. Saat masih belum tahu betul apa arti cinta yang sesungguhnya. Olivia sudah menyatakan perasaannya kepada Daffa. Olivia ingin status mereka lebih dari sekedar sahabat.

Olivia saat itu sudah benar-benar yakin jika Daffa juga menyukainya. Feeling-nya itu tidak mungkin salah karena Daffa sangat perhatian terhadapnya.

Sampai pada saatnya, Olivia benar-benar menyatakan perasaannya kepada Daffa. Ia memang nekad. Saat itu Olivia benar-benar masih polos. tapi itu memang sudah terjadi. Hanya bermodal coklat yang ia berikan untuk Daffa, membuat Daffa terkejut atas apa yang Olivia lakukan.

"Olivia sayang sama Daffa, kalau Daffa sayang juga sama Oliv. Ambil coklat ini." Ucap gadis polos yang duduk di sebelah Daffa seraya menyerahkan coklat berlapis kacang yang sangat Daffa sukai.

Sementara aktivitas Daffa yang sedang sibuk menyalin PR Matematika dari buku Olivia mendadak terhenti.

Alisnya terpaut menandakan kebingungan. "Daffa juga sayang kok sama Oliv... tapi Daffa belum bisa terima Oliv. Kata mamah, anak kecil itu gak boleh pacaran." jawab Daffa tak kalah polosnya dengan Oliv.

Mereka saat itu masih duduk di bangku kelas 4 SD. Sementara teman-teman yang melihat mereka berdua hanya tertawa meledek. Olivia tidak suka! Daffa sudah menolaknya dan teman-temannya menertawakannya seperti sebuah lawakan.

Tidak ada yang tahu perasaan Olivia saat itu, hatinya bagaikan teriris pisau yang sangat tajam. Olivia meninggalkan kelas dan langsung menangis di dalam kamar mandi sekolah. Namun Daffa hanya diam tak peduli dan melanjutkan menyalin PR-nya.

Dan dari situlah sampai saat ini Olivia menyadari bahwa Daffa hanya menganggap Olivia sebagai Adik. Mungkin sejak saat itu dan untuk selamanya.

Mengingat masa kecilnya dengan Daffa. Sampai saat ini Olivia hanya bisa berharap bahwa Daffa tidak pernah mengingat kejadian memalukan itu.

Setelah cukup puas melihat-lihat novel, akhirnya Olivia membawa sebanyak 3 buah novel ke kasir untuk segera membayarnya.

Di kasir, Olivia harus sedikit sabar karena harus mengantri. Padahal sekarang sudah hampir menjelang maghrib. Namun pengunjung toko buku disini masih sangat ramai.

Selagi mengantri, mata Olivia tidak sengaja melihat seorang Pria yang sepertinya tidak asing. Lesung pipi itu sama seperti orang yang Olivia temui bersama Arini beberapa minggu yang lalu. Bahkan bentuk wajahnya pun terlihat sama. Apakah ia adalah orang yang sama atau hanya sebatas mirip saja?

Selang beberapa waktu, seorang wanita menghampirinya. Mereka terlihat sangat dekat. Sampai pada akhirnya mereka berdua keluar melalui pintu yang bertulis kata 'Dorong'.

"Mbak!"

Tanpa sadar Olivia sudah berada di antrian paling depan, dengan cepat Olivia menaruh novel-novel itu di atas meja kasir yang langsung di hitung menggunakan mesin kasir, setelah menyerahkan uang yang lebih. Petugas kasir itu akhirnya memberi kembalian Olivia dan kemudian Olivia keluar dari toko buku itu.

===========OLIVIANO============

Sudah pukul 6 sore tepat. Tapi nampaknya orang-orang itu sudah tidak peduli lagi dengan waktu.
Padahal ini jalanan umum. Tidak seharusnya mereka berkerumunan di tengah jalan dan membuat orang yang ingin lewat menjadi berputar arah mencari jalan lain.

Rumah Olivia masih berjarak beberapa puluh meter lagi. Namun jalan tersebut tertutup oleh banyaknya orang yang entah sedang melihat apa.

Akhirnya Olivia mendekat. Terlihat jelas deretan beberapa motor yang sudah berbaris apik. Disusul dengan orang yang kini menaikinya.

Oh, Jadi ini yang mereka lihat? Balapan liar.

Semua motor sudah ada yang menaiki, kecuali motor ninja merah yang terlihat masih baru itu. Olivia bukannya ingin menyaksikan acara balapan liar ini, tapi entah kenapa Olivia menjadi tertarik ketika melihat sosok pria yang menggunakan jaket merah yang kini menuju motor ninja merah yang belum dinaiki tadi.

Jaket itu sama seperti jaket yang dikenakan orang yang ia lihat di koridor sekolah sore lalu, dengan postur tubuh yang sama. Membuat Olivia Semakin penasaran. Itu tandanya peserta balapan liar ini adalah teman satu sekolahnya.

Tanpa ragu, Olivia mulai semakin mendekat ke arah pemakai jaket merah itu. Tepat saat Olivia sudah berada di dekatnya. Pria itu akhirnya membuka tudung jaketnya dan kacamata yang menutupi matanya untuk segera mengenakan helm.

"V-Vino?" gumam Olivia.

Dan pada saat itu juga, Olivia baru sadar. Bahwa selama ini dia sudah tertipu akan penampilan nerdnya..

===========
Bersambung...

Heyyy...
Gimana komentarnya buat chapter ini?
Jangan lupa vommentnya yaa

OLIVIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang