12. Hukuman

1.1K 185 23
                                    

Arga memberi kabar kalau hari ini ia tidak masuk karena terlambat. Pintu gerbang sudah ditutup oleh satpam sepuluh menit sebelum ia sampai. Sejak pergantian kepala sekolah tahun lalu, peraturan memang menjadi semakin ketat. Murid yang terlambat tidak diperbolehkan untuk masuk.

Jujur saja, sedari tadi Daffa menunggu kedatangan Arga untuk meminta sebuah contekan. Arga bilang, semua tugas sudah selesai dikerjakan dengan bantuan kakak pertamanya yang kebetulan adalah seorang Dosen.

Seperti biasa, Kalau urusan tugas Arga memang paling rajin dalam hal mengerjakan. Nilai yang didapatkan juga sudah tidak bisa diragukan lagi. Dan alasan itulah yang membuat Daffa selalu mengandalkan Arga untuk menyontek tugas.

Hari ini Daffa benar-benar terjebak dengan keadaan yang memaksakan untuk mengerjakan tugasnya sendiri dengan asal. Masa bodoh dengan nilai, yang penting ia tidak dihukum gara-gara tidak mengerjakan tugas.

Arga : Ada untungnya juga gue gak boleh masuk. Di rumah bisa bobo ganteng sambil menikmati cuaca yang mendung... Hehe

Chat tersebut hanya dibaca saja oleh Daffa. Ia langsung mematikan paket data ponselnya supaya Arga tidak mengusik mood-nya yang membuatnya semakin jenuh. Lalu kedua tangannya sudah berada di atas meja, wajahnya langsung ia benamkan.

Matanya terpejam karena rasa kantuk yang tiba-tiba saja datang. Hanya ada sebuah harapan yang Daffa inginkan. Semoga guru tidak masuk.

==============OLIVIANO=========

"Seriusan, Liv? Wihh... Ternyata Vino bisa romantis juga ya? pake acara ngasih cokelat segala. Kemajuan besar nihh."

Mendengar ucapan itu, Olivia langsung berdecak. Sebenarnya ia masih sedikit ragu untuk menceritakan kejadian tadi pagi kepada Arini. Tapi mau bagaimana pun juga, saat ini Olivia butuh Arini untuk berbagi cerita.

Setelah menceritakan semuanya, Arini malah semakin tidak percaya. Pasalnya Vino yang terkenal memiliki sifat tidak pedulian dan selalu bersikap dingin kepada semua orang justru hari ini sudah menolong Olivia dari ruangan yang bisa dikatakan seperti gudang. Yang lebih membuat Arini tidak percaya yaitu saat Olivia memberitahu tentang Vino yang memberikan cokelat kepada Olivia

"Romantis dari mana? Dia maksa gue buat makan cokelat! Lo tau sendiri kan gue benci cokelat? Jadi itu bukan tergolong romantis, tapi jatuhnya malah pemaksaan." Celetuk Olivia sedikit emosi. Karena pegal, Ia merubah posisi yang tadi hanya berjongkok menjadi duduk berselonjor.

Saat ini pelajaran olahraga sedang berlangsung, materi kali ini hanya pengambilan nilai memasukkan bola basket ke dalam ring sebanyak-banyaknya dalam waktu tiga puluh detik. Olivia hanya dapat memasukkan sebanyak lima kali, sedangkan Arini dapat memasukkan sebanyak empat kali. Beda tipis sih, tapi tetap saja masih jauh dari target.

Setelah pengambilan nilai selesai, Arini mengajak Olivia untuk menepi saja di sisi lapangan, padahal Pak Seno menyuruh murid-muridnya untuk memperdalam materi basket. Namun berhubung Pak Seno sedang ada urusan dengan guru olahraga yang lain, murid-murid menjadi bebas melakukan apa saja.

"Saran gue sih, anggap aja itu sebagai tantangan. Kalau lo anggap sebagai pemaksaan, gue yakin lo gak bakal kuat jalanin syarat itu."

Entah harus menyetujui perkataan Arini atau tidak. Olivia menjadi kebingungan sendiri. Matanya langsung meneliti dimana keberadaan orang yang sedang dibicarakan. Lapangan yang seharusnya menjadi tempat olahraga, malah beralih fungsi menjadi tempat bersantai bagi para cewek.

Di ujung lapangan, Olivia akhirnya menemukan sosok yang dicari. Ia tampak tenang dengan posisi berdiri tegap. Matanya tidak henti-hentinya menatap bola basket yang dimainkan oleh beberapa cowok disana.

OLIVIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang