18. Problema hari Senin

1.1K 81 12
                                        

Lagi-lagi sang ketua kelas memberi pengumuman kepada teman-temannya yang berada di kelas. Awalnya mereka masih saja sibuk dengan kegiatan masing-masing. Efek kecapean sehabis melaksanakan kegiatan upacara. Namun ketika Bagas datang dan menyuruh teman-temannya untuk diam sebentar, mereka hanya menurut saja.

Kecuali seorang cewek yang masih saja bersuara bersama kedua rekannya. Disana terlihatah Selly bersama dengan Olivia dan Arini. Lantas pusat perhatian langsung terarah pada ketiga cewek itu. Untung saja ada Dewi yang cepat-cepat protes kepada Selly yang masih bersuara. Jadi Bagas tak perlu repot-repot untuk menyuruh Selly diam.

Setelah Dewi protes akan keberisikan Selly, semua orang langsung menyorakinya Selly. Membuat Bagas harus sabar lagi menunggu suasana kelas kembali hening.

Pandangannya langsung teralih pada sosok Vino yang baru datang ke kelas. Seragam yang dikenakan olehnya terlihat kotor. Di tangan kirinya pada bagian siku terdapat sebuah perban. Baru saja Bagas ingin bertanya, Vino sudah lebih dulu berjalan ke arah bangkunya tanpa sapaan atau basa-basi. Wajahnya datar seperti biasa. Membuat keinginan Bagas untuk bertanya menjadi terurung.

Bagas menarik napas panjang saat semua orang yang berada di kelas mulai diam. Untuk menyingkat waktu, akhirnya Bagas mulai bersuara.

"Oke, Langsung aja. Gue cuma mau kasih pengumuman penting sama kalian kalau Senin depan kelas kita kebagian jadwal untuk jadi petugas upacara. Sekarang gue mau minta saran sama kalian gimana baiknya untuk memilih para petugas. Mau gue yang pilih atau daftar sendiri nih?" tanya Bagas setelah menyampaikan pengumuman.

Tidak lama kemudian seorang wakil ketua kelas bernama Surya langsung mengacungkan tangan. Seketika, Surya menjadi pusat perhatian seisi kelas.

"Ya, Surya. punya usulan apa?" tanya Bagas kepada Surya.

"Gas. Kalau menurut gue sih mendingan di pilih aja deh. Lo tau sendiri kan anak-anak kaya gimana? Mereka pasti ngandelin yang udah sering jadi petugas."

Bagas mengangguk sekilas. Usulan dari Surya memang ada benarnya juga. Setiap kebagian jadwal petugas upacara pasti yang mendaftar orangnya itu-itu saja. Mayoritas adalah orang yang memiliki sikap kepercayaan diri yang tinggi.

"Usulan yang bagus," seru Bagas, "Gimana? kalian setuju atau enggak? Yang setuju coba angkat tangan! gue bakal voting dari sekarang. Kalau banyak yang setuju, pulang sekolah gue umumin lagi siapa aja yang akan jadi petugas. Kalau perlu gue tulis di papan info kelas."

Awalnya sama sekali tidak ada yang memberi respon. Pasti sangat berat menerima usulan dari Surya bagi anak-anak yang kurang percaya diri untuk menjadi seorang petugas upacara. Namun sebaliknya, bagi mereka yang sudah terbiasa menjadi petugas, sikapnya sangatlah santai. Tidak cemas sama sekali.

"Gue setuju."

Satu orang mengangkat tangan.

"Gue juga."

Dua orang menangkat tangan.

"Nggak masalah! gue juga setuju deh."
Dan hingga pada saat orang ketiga angkat tangan, sebagian yang lain juga ikut-ikutan mengangkat tangan. Membuat beberapa murid yang tergolong malas hanya bisa pasrah untuk mengangkat tangan juga.

Bagas akhirnya bernapas lega. Karena banyak yang menyetujui usulan dari Surya. Meskipun ada beberapa orang yang tidak angkat tangan. Bagas tidak peduli. Ia tetap mengambil keputusan bahwa petugas upacara akan ia pilihkan.

"Oke! Jadi keputusannya bakal gue pilih. Sekarang gue sama Surya mau nentuin para petugasnya. Tunggu hasilnya aja di papan info kelas."

Setelah Bagas mengucapkan kalimat itu, semua orang yang berada di kelas langsung sibuk dengan urusan masing-masing. Olivia menghembuskan napas beratnya. Mendadak perasaanya tidak enak. Tubuhnya tiba-tiba menjadi panas-dingin setelah mendengar pengumuman barusan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OLIVIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang