Bab 1 Part 2 - Pernikahan yang Gagal

277 7 5
                                    

Han Hye Soon melangkahkan kakinya lebar menyusuri jalanan Gyeonggi-do dan tampak repot dengan barang-barang bawaan di tangannya yang tak sedikit. Ia lalu memasuki sebuah butik dengan desain interior yang begitu menarik bila dilihat dari luar.
Papan nama besar bertuliskan Glory Ji terpampang di atas, tepat mengarah di bawah pintu masuk butik. Sementara itu sebuah lonceng sapi tergantung di atas pintu bagian dalam butik, sengaja dijadikan untuk mempermanis penampilan butik itu agar terkesan lebih klasik.
Si pemilik butik memang dikenal sangat menyukai gaya country alias pedesaan di negara Eropa-atau lebih tepatnya negara Switzerland. Itu karena dia terlahir dan menghabiskan masa kecilnya disana.
"Silhyehamnida~," seru Han Hye Soon begitu memasuki butik itu yang segera disambut oleh salah seorang perempuan muda yang merupakan penjaga toko yang muncul dengan tergopoh-gopoh dari dalam butik.
"Eoso oseyo..." ucap perempuan itu seraya tersenyum cerah selama beberapa detik sebelum akhirnya mengubah ekspresi wajahnya yang diikuti dengusan darinya. "Aish.. Eonni-ya, aku pikir siapa! Eun Ji Eonni sedang keluar saat ini bila kau kesini hanya untuk mencarinya."
"Apa!?" seru Han Hye Soon. "Jelas-jelas aku sudah memberitahunya bahwa aku akan mampir kesini satu jam lagi, dan dia malah pergi!"
"Dia harus menemui klien penting saat ini." jawab penjaga toko tersebut, Han Hye Soon sudah mengenalnya dengan baik yang memiliki nama Ahn Yoon Ha yang sudah berkerja cukup lama pada Kang Eun Ji, sahabatnya yang merupakan sang pemilik butik.
"Apa gaun pengantin pesananku sudah selesai? 3 hari lagi aku akan menikah, kenapa Eun Ji lebih memedulikan gaun pengantin orang lain daripada sahabatnya sendiri!" keluh Han Hye Soon setengah kesal dan mengomel panjang lebar pada Ahn Yoon Ha yang jelas-jelas tak besalah.
"Sudah selesai, kok!" kata gadis itu yang kemudian masuk ke ruang bagian dalam butik dan tak sampai 5 menit dia sudah kembali membawa kotak besar berwarna putih berhiaskan pita merah di atasnya yang didekapnya erat dengan tangan kanannya, sementara tangannya yang lain menenteng setelan jas yang terbungkus rapat plastik hitam milik kekasihnya, Park Ryung Soo. "Ini. Eun Ji Eonni sudah menyiapkannya dan berpesan padaku untuk memberikannya padamu bila kau datang. Makanya kau jangan langsung marah-marah dulu."
"Oh ternyata dia sudah mengerti rupanya. Haha.. terima kasih Yoon Ha-ya. Jangan lupa sampaikan terima kasihku juga padanya. Hari ini aku benar-benar sibuk, jadi aku harus segera pergi sekarang juga."
Setelah mengatakan hal itu Han Hye Soon segera bergegas meninggalkan butik Kang Eun Ji. Ada beberapa hal yang masih harus dikerjakannya. Ia juga harus mengantarkan setelan jas milik kekasihnya ke Apartmentnya. Pria itu seharian ini belum menghubunginya karena masih sibuk dengan pekerjaannya. Dia baru akan mengambil cuti sehari sebelum hari pernikahan mereka.
Sekalipun ini bukan pernikahan yang megah bagi Han Hye Soon, dimana pernikahannya hanya akan disaksikan oleh segelintir orang, yaitu: keluarga dan teman-teman dekatnya saja, ia tetap merasa perlu menyiapkan semuanya dengan baik. Menurutnya pernikahan tak harus selalu diadakan penuh kemewahan, kekhidmatan jauh lebih membuatnya nyaman.
Lagipula ia juga tak ingin membebankan kedua orang tuanya dengan biaya pernikahannya yang besar. Mereka sudah terlalu sulit dengan hidup mereka sendiri. Ia yang terlahir sebagai putri sulung mau tak mau ikut merasa bertanggung jawab atas keluarganya. Walaupun pekerjaannya yang hanya sebagai pegawai negeri sipil, itu sudah cukup disyukurinya.
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Perasaannya berubah menjadi campur aduk antara senang, cemas, takut dan sebagainya. Belum lagi detak jantungnya yang sejak awal ia membuka mata dari tidurnya terus berdebar tak karuan dan belum juga kembali normal. Han Hye Soon berulangkali menarik napas dan menghelakannya perlahan untuk mengusir rasa gugupnya yang luar biasa, rupanya tak juga mempan.
"Tenanglah. Sejak tadi kau terus saja menghela napas, bagaimana aku bisa menghias wajahmu dengan benar? Jangan salahkan aku bila make up-mu berantakan nantinya!" omel Kang Eun Ji yang didapuk oleh Han Hye Soon untuk menjadi penata riasnya juga, selain menjadi desainer gaun pengantinnya tentunya, mendengus kesal. "Yoon Ha-ya, tolong siapkan gaun dan tiaranya!"
Ahn Yoon Ha yang bekerja sebagai penjaga butik milik Kang Eun Ji, juga merupakan asisten kepercayaannya. Makanya tak heran bila perempuan muda yang masih berusia 23 tahun itu selalu berada di dekatnya, kecuali urusan penting yang hanya mengharuskannya pergi dan mengurusnya sendiri, Ahn Yoon Ha pasti hanya diminta untuk menjaga butiknya selama dia pergi.
"Ini." ucap Ahn Yoon Ha singkat seraya menyodorkan gaun putih panjang penuh dengan bordiran di bagian dada lengkap dengan penutup kepala transparan untuk digunakan di atas rambut dan juga tiara cantik berlapiskan batu intan putih di pinggirannya. Semua itu sesuai dengan permintaan Han Hye Soon yang menginginkan model gaun pengantin yang sederhana, namun tetap elegan.
"Aigoo, kenapa Oppa belum juga datang? Katanya hanya sebentar." gerutu Han Hye Soon yang menatap sebal pada layar ponselnya, seolah ponselnya itu bisa mengerti rasa cemasnya karena menunggu kabar Park Ryung Soo, calon suaminya yang ada urusan mendadak hingga membuatnya terpaksa pergi sekitar dua jam yang lalu.
"Tenanglah, acaranya masih lama. 1 jam lagi. Memangnya dia akan melarikan diri. Dia akan segera kembali. Lebih baik sekarang kau bersiap-siap, kenakan gaunmu terlebih dahulu." kata Kang Eun Ji yang baru saja selesai merias wajah Han Hye Soon dan sibuk merapikan peralatan make up miliknya yang berserakan di atas meja.
"Tolong pegang ponselku sebentar, Yoon Ha-ya." ujar Han Hye Soon yang menyerahkan ponsel miliknya pada Ahn Yoon Ha yang segera mengiyakan dan langsung menerima ponselnya, sebelum akhirnya ia melangkahkan kakinya cepat ke ruang ganti dengan menenteng gaun pengantinnya yang ia sampirkan di lengan kanannya.
Cantik. Kata itulah yang pertama muncul dalam otak Han Hye Soon pada bayangannya sendiri yang terpantul di cermin ruang ganti. Gaun pengantin yang di kenakannya begitu pas ditubuhnya. Walau sebenarnya ia sedikit kecewa dengan berat badannya yang tambah berisi belakangan ini karena stres menghadapi hari-hari menjelang pernikahan.
Beratnya naik 2 kilogram dalam jangka waktu sebulan dari bobotnya semula yang hanya 46 kilogram. Beruntung berat tubuhnya tak terus bertambah setelah gaun pengantinnya selesai dibuat oleh Kang Eun Ji. Jika itu sampai terjadi, ia pasti takkan bisa mengenakannya.
Saat ini perasaan Han Hye Soon menjadi campur aduk antara bahagia dan terharu. Ia tak menyangka mimpinya selama ini akan segera terwujud. Mimpinya untuk bisa bersanding di pelaminan bersama Pria yang sangat dicintanya, Park Ryung Soo akan segera menjadi kenyataan. Ia benar-benar sangat bahagia.
"Eun Ji-ah!" seru Han Hye Soon memanggil Kang Eun Ji dengan memasang ekspresi wajah murung begitu ia keluar dari ruang ganti dan sudah mengenakan gaun pengantinnya.
"Ada masalah?" tanya Kang Eun Ji yang seketika berubah panik. "Apa gaunnya tidak pas? Kau sih terlalu banyak makan!"
Tak berapa lama senyum Han Hye Soon merekah, "Tidak, bukan itu. Aku hanya terlalu senang akhirnya aku akan menikah dengan Ryung Soo Oppa."
Kang Eun Ji menghela napasnya ringan. Rasa cemasnya yang semula muncul karena khawatir gaun rancangannya bermasalah akhirnya berubah lega. Dia merasa bangga telah mendesain gaun pengantin terindah bagi pernikahan sahabatnya itu dan sengaja menjadikannya sebagai kado pernikahan baginya.
"Yoon Ha-ya, mana ponselku? Apa Oppa belum menelpon? Kenapa belum juga datang, sih!?" ucap Han Hye Soon yang mendecakkan lidahnya kesal begitu menerima ponselnya yang disodorkan oleh Ahn Yoon Ha dan segera mengecek ponselnya yang belum juga mengindikasikan adanya pesan masuk dari Park Ryung Soo lagi.
Kang Eun Ji dan Ahn Yoon Ha berusaha menghibur dengan mengatakan berbagai kemungkinan positif seperti Park Ryung Soo belum menyelesaikan urusan kantornya dan dia terjebak macet, hanya agar Han Hye Soon tak terlalu cemas. Namun nyatanya itu tak mengubah rasa cemasnya yang semakin menjadi-jadi, sementara waktu terus bergulir cepat.
Han Hye Soon memilih untuk menunggu dengan sabar hingga satu jam lagi karena ia percaya Park Ryung akan segera datang. Selama 3 tahun ia berpacaran dengannya, lelaki itu tak pernah mengecewakannya. Mereka berdua saling mencintai dan saling mempercayai satu sama lain.
"Aku dengar di ruangan sebelah juga digunakan sebagai acara pernikahan." cerita Kang Eun Ji yang berusaha mengalihkan pikiran Han Hye Soon yang mulai kembali bersikap rileks.
Han Hye Soon mulai lupa dengan rasa gugup dan cemasnya menunggu Park Ryung Soo yang belum juga datang. Ia dan kedua teman-temannya itu kemudian terlibat obrolan tentang pesta pernikahan yang juga akan digelar di gedung sebelah, bersamaan acara pernikahannya. Ibunya yang kemudian masuk ke ruang rias dan menanyakan perihal keabsenan calon menantunya, hanya dijawabnya singkat dengan mengatakan bahwa dia akan segera datang, lalu kembali mengobrol dengan Kang Eun Ji dan Ahn Yoon Ha.
Satu jam berlalu, waktu yang dijadwalkan dimulainya acara pernikahannya telah tiba. Ia hanya bisa meminta sang pastur yang akan menikahkan mereka berdua untuk menunggu sebentar lagi. Akan tetapi karena dia masih memiliki acara lain yang harus segera didatanginya, pastur itu kemudian memilih pergi. Tentunya Han Hye Soon dan keluarganya tak bisa memaksanya untuk menunggu walau sebentar.
Pernikahannya pun dibatalkan dan itu sangat melukai hati Han Hye Soon. Ia tak tahu harus berbuat apa lagi. Otaknya buntu, sementara Park Ryung Soo tak bisa dihubunginya hingga tanpa disadari air matanya sudah jatuh bergulir di pipinya. Ia pun memilih untuk pergi dari ruang tunggu dimana dirinya dan teman-temannya tengah menunggu selama acara belum dimulai.
Han Hye Soon berjalan keluar dari gedung pernikahannya dengan langkah lebar dan terburu-buru tanpa memedulikan teman-teman dan keluarganya memanggil-manggil namanya. Ia hanya merasa harus segera pergi dari tempat itu, tak peduli kemanapun kakinya akan membawanya pergi. Ia juga berpikir untuk tidak pulang ke rumah hingga malam tiba.
"Agashi, kenapa kau datang sangat terlambat?" celetuk seseorang yang langsung menahan lengan Han Hye Soon yang sedang berjalan dengan terburu-buru di koridor.
Seorang Nenek berusia sekitar 70 tahun atau lebih, ia sendiri tak tahu pasti, tengah menatap serius wajahnya dan Han Hye Soon menyahut, "Maaf?"
"Acaranya akan segera dimulai. Ayo kita masuk!" kata Nenek itu lagi seraya mengapit lengan Han Hye Soon dan menariknya untuk segera mengikuti langkahnya.
"Tunggu dulu, Halmeoni!" teriaknya yang tak dihiraukan sama sekali olehnya. "Namaku Han Hye Soon. Anda pasti salah orang!"
Han Hye Soon berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tangan si Nenek yang sedikit mengerat. Ia berpikir mungkin dia hanya salah paham. Namun pada akhirnya ia malah membiarkan dirinya dibawa pergi olehnya tanpa bersusah payah meronta atau berusaha melepaskan tangannya. Entah kenapa ada perasaan iba yang muncul di hatinya begitu melihat Nenek itu.
"Tuan Jo, tolong rapikan riasannya, ya!" katanya pada seorang Pria yang berpakaian nyentrik dan gerak tubuhnya yang gemulai begitu mereka memasuki sebuah ruangan. "Sepertinya dia habis menangis sehingga riasannya menjadi luntur."
Pria itu segera mengiyakan ucapan sang Nenek dan meminta Han Hye Soon untuk duduk di kursi di depan cermin. Ia berusaha menolak dan ingin pergi, tapi selalu dihalangi oleh perempuan-perempuan muda yang sepertinya bekerja untuknya yang tentunya membuat Han Hye Soon tak bisa berkutik. Setelah itu dia langsung bekerja, menggerakkan dengan cepat tangannya yang cekatan menggunakan berbagai macam alat make up miliknya.
Tak perlu waktu lama bagi Pria gemulai itu untuk merias wajahnya dan bertepatan dengan selesainya dia melakukan pekerjaannya, Nenek tadi kembali muncul. Dia memperlihatkan ekspresi wajah puas dan memuji hasil kerja si penata rias yang tersenyum senang karenanya.
"Ayo, kita pergi ke aula!" kata si Nenek yang kembali menyelipkan pergelangan tangannya pada lengan Han Hye Soon yang diikuti oleh beberapa Pria bertubuh tinggi besar seperti para penagih hutang dan berjas hitam yang berjalan di belakang.
Han Hye Soon berusaha keras untuk berpikir dan mencari cara agar ia bisa melepaskan diri dari si Nenek dengan mengatakan bahwa dirinya ingin buang air kecil, tetapi ternyata langsung ditolaknya. Katanya ia tak bisa beralasan lagi dan dia tahu kalau ia sedang mencoba berbohong padanya. Sepertinya ia benar-benar tak bisa melarikan diri darinya, pikirnya seraya menghela napas berat.
Salah seorang Pria berjas yang berjalan di belakang mereka kemudian membukakan pintu besar aula. Dia mendorongnya perlahan, lalu memberi jalan pada mereka berdua untuk memasuki ruangan. Tampak beberapa orang di dalam segera bangkit berdiri dan memandang ke arah mereka.
Ia sepertinya mulai memahami satu hal, yaitu: si Nenek yang mengira bahwa dirinya adalah calon pengantin yang sedang mereka tunggu. Ini adalah pernikahan dari keluarga lain yang berada di gedung sebelah yang sempat dibicarakannya bersama Kang Eun Ji dan Ahn Yoon Ha. Ia pun mulai panik, tapi genggaman tangan si Nenek di lengannya semakin mengerat.
Seorang Pria tampan dengan tubuh tinggi menjulang, mengenakan setelan jas berwarna putih tersenyum cerah ke arah Han Hye Soon yang mulai berjalan mendekat ke arahnya dan diiringi Nenek yang masih terus mengapit lengannya. Seketika itu wajah si Pria berubah sedikit terkejut dengan kedua alisnya yang mengernyit heran.
"Silahkan dimulai pembacaan ikrar pernikahannya, Pastur!" ujar si Nenek setelah mengantar Han Hye Soon ke depan altar.
"Apa!?" teriak Han Hye Soon, bersamaan dengan teriakan Pria yang juga berdiri di depan altar di hadapannya.

Exchange Bride (On Going)Where stories live. Discover now