Bab 9 Part 1 - Apa yang ada dalam pikirannya?

118 6 1
                                    

Han Hye Soon terbangun dari tidurnya, lalu mengerjapkan matanya beberapa kali. Meski matanya masih sedikit mengantuk, ia berusaha membukanya lebar - lebar sembari menatap langit - langit kamar dengan seksama. Semua tampak asing baginya, akan tetapi ia sepertinya mengenali kamar ini, pikirnya. Seketika itu pula ia menyadari jika ini bukanlah kamarnya. Samar - samar telinganya menangkap suara napas beraturan dan itu semakin membuatnya cemas. Dengan agak takut - takut ia lalu menolehkan kepalanya.
Betapa terkejutnya dirinya ketika mendapati seorang Pria dengan punggung telanjang yang membelakanginya, tengah berbaring di sampingnya. Dengan refleks Han Hye Soon pun segera mengecek keadaannya sendiri dan kembali dibuat terkejut bila dirinya saat ini hanya mengenakan kemeja putih kebesaran tanpa pakaian dalam. Barulah beberapa detik kemudian kilasan ingatannya tentang semalam berputar di otaknya dan yang bisa dilakukannya sekarang hanyalah menyalahkan dirinya sendiri karena begitu ceroboh.
Ini salahnya karena semalam mabuk. Salahnya juga yang tak bisa menahan diri dan menolak ketika Kim Hyun Jin menciumnya semalam. Semua itu salahnya, pikirnya lalu beringsut turun dari ranjang dengan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut sambil memunguti pakaian, tas, serta sepatu yang tergeletak sembarangan di lantai, sebelum kemudian keluar dari kamar dengan kaki berjingkat. Han Hye Soon tak ingin Kim Hyun Jin mengetahui jika ia pergi dari kamarnya diam - diam. Ia hanya terlalu malu untuk melihat wajah lelaki itu.
Hari masih terlalu pagi. Langit juga masih begitu gelap. Bahkan matahari juga belum menampakkan diri sedikitpun di ufuk timur. Han Hye Soon mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya dan menatap layarnya ketika dilihatnya waktu masih menunjukkan pukul 05.00 pagi. Pikirannya lantas kembali berputar mengingat kejadian semalam, kemudian ia memukul - mukul kepalanya, menjejak - jejakkan kakinya ke tanah hingga sepatu hak tingginya mengeluarkan suara sambil mengatai dirinya sendiri sebagai Wanita bodoh. Alkohol adalah musuh terbesarku sekarang, katanya seraya menghela napas panjang.
"Kim Hyun Jin. Lelaki itu benar - benar berbahaya! Aku tak ingin bertemu dengannya lagi!" serunya seraya bersungut - sungut dan mengomel sendiri. "Kenapa tidak ada satupun taksi yang lewat, sih!"
***
"Apa kau tidak akan pergi bekerja?! Pergi sana! Dan berhentilah berguling - guling dan teriak - teriak tidak jelas seperti itu!"
Kali ini Kang Eun Ji sudah kehilangan kesabarannya dan mengomeli Han Hye Soon yang sejak tadi hanya menghela napas, menjejak - jejakkan kakinya di atas kasurnya sambil berteriak - teriak sendiri. Ia masih dibuat bingung oleh sahabatnya itu yang tiba - tiba muncul di rumahnya, lalu uring - uringan tak jelas. Ketika ia bertanya, gadis itu hanya memasang wajah frustasi, lalu mengacak - acak rambutnya sendiri dan bersembunyi di balik selimut. Dia hanya semakin membuatnya bingung karena tak juga mengatakan apa yang membuatnya seperti itu.
"Aku tak mau pergi bekerja! Aku juga tak mau kembali ke rumah! Aku akan tinggal disini! Aku hanya akan bersembunyi disini! Jadi jangan katakan pada siapapun tentang keberadaanku, kau mengerti!?" teriaknya dari balik selimut.
Kang Eun Ji hanya bisa menghela napas mendengar ucapan sahabatnya itu. Entah apa yang sudah terjadi padanya saat ini hingga membuatnya tampak seperti orang gila. Ia tak pernah melihatnya seperti ini. Bahkan dulu, ketika dia patah hati dari orang yang sangat disukainya semasa SMA, dia tidak sampai bungkam begitu, pikirnya heran. Jadi kali ini tentu permasalahannya lebih pelik dari itu.
"Baiklah, tinggallah disini sesukamu. Aku takkan melarang. Lagipula aku sudah menghubungi kantormu dan mengatakan bahwa kau tak bisa masuk bekerja karena sakit. Tapi.. Apa kau tak ingin menelpon keluargamu agar mereka tak cemas?!"
"Tak perlu! Aku tak ingin mereka tahu! Kalau mereka tahu, dia juga pasti akan tahu!"
"Dia? Siapa maksudmu? Suamimu?"
"Dia bukan suamiku!"
"Ya baiklah terserah kau saja! Aku akan ke butik dulu. Kau diam saja disini. Aku akan membawakan pakaianmu sepulang kerja nanti. Jadi pakai saja punyaku. Aku pergi dulu."
Baru saja beberapa langkah Kang Eun Ji hendak melangkah keluar, tiba - tiba Han Hye Soon berkata, "Aku.. melakukan kesalahan besar semalam."
Kang Eun Ji segera menghentikan langkahnya sebelum akhirnya ia berbalik lalu menghampiri Han Hye Soon yang kini sudah duduk di pinggir ranjangnya. Ekspresinya kali ini jauh lebih sendu, sedangkan tatapan matanya hanya lurus ke depan, menatap tembok sambil menghela napas berat. Rasanya sangat tidak sabar menunggu kalimat berikutnya yang akan diucapkannya, tapi ia harus bersabar karena tahu sahabatnya itu hanya sedang memberi jeda pada dirinya sendiri.
"Ini semua gara - gara aku mabuk semalam. Aku pikir pelayan Baek Ji Hwan sengaja memberikanku alkohol. Atau..Baek Ji Hwan memang bersekongkol dengan playboy itu untuk membuatku mabuk agar dia dia bisa tidur denganku. Dasar brengsek!"
Kang Eun Ji hanya bisa terbengong - bengong mendengar kata - kata Han Hye Soon yang terdengar seperti kereta cepat, tanpa jeda bahkan tarikan napas sedikitpun. Begitulah kebiasaannya kalau sudah berbicara. Yang mengerti mungkin hanya dirinya sendiri, pikirnya seraya menggelengkan kepalanya, ikut dibuat frustasi oleh tingkahnya. Ia tentu tak bisa menyalahkannya karena memang dirinya juga seperti itu bila sudah tak sanggup mengontrol diri sendiri.
"Tunggu dulu! Jadi maksudmu adalah.. Semalam kau tidur dengannya?! Kau benar - benar melakukan "itu" dengannya?!" tanyanya sambil menekankan kata 'itu' pada kalimat terakhirnya.
Sepertinya Kang Eun Ji sudah lupa kalau dirinya harus segera berangkat kerja dan membuka butiknya. Namun yang dilakukannya saat ini justru segera duduk di samping Han Hye Soon dan mendengarkan ceritanya dengan penuh rasa penasaran sekaligus tak percaya. Biarlah pekerjaannya menunggunya sedikit lebih lama lagi, bukankah ia adalah bosnya, pikirnya dan kembali fokus pada curhatan sahabatnya itu yang tengah mengangguk - anggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaannya tadi.
"Omooo! Jadi sejak tadi kau uring - uringan hanya karena hal ini?!" tanyanya lagi.
Han Hye Soon kembali mengangguk dan berkata, "Aku harus bagaimana? Apa yang harus kulakukan? Itu benar - benar kesalahan! Aku tak ingin melihat wajahnya lagi! Aku benar - benar malu!"
Rasanya ia tak percaya dengan apa yang baru saja Han Hye Soon ucapkan padanya setelah beberapa jam lamanya yang dilakukannya hanyalah uring - uringan begitu dia datang ke rumahnya. Namun setidaknya Kang Eun Ji tahu gadis itu hanya sedang merasa malu karena telah berbuat ceroboh. Setelah itu dia tentu akan baik - baik saja seperti semula dan menganggap semua yang terjadi padanya tak pernah terjadi, seperti yang biasa dilakukannya setiap kali mendapat masalah.
"Hmm.. Mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi! Oh iya itu kan pertama kalinya buatmu, ya! Lalu.. Apa dia hebat di ranjang?"
"Yah!!! Kang Eun Ji!"
"Hahaha... Aku hanya penasaran. Hei, kenapa wajahmu jadi merah padam begitu?! Kau menyukainya, kan!?"
"Bukan begitu! Sudahlah! Pergi sana! Aku tak ingin membicarakan hal itu!"
"Ini kan rumahku! Kau tak bisa mengusirku dari rumahku sendiri, dasar bodoh! Kita akan membicarakannya lagi sepulang aku bekerja, aku sudah terlambat membuka tokoku!"
Sekilas Kang Eun Ji bisa melihat wajah Han Hye Soon yang merah merona karena menahan malu. Tapi bukan itu yang menjadi perhatiannya saat ini, melainkan sikap gadis itu yang bereaksi berlebihan ketika membicarakan Kim Hyun Jin. Ia memang tahu jika mereka menikah karena kesalahpahaman, meskipun begitu mereka tentu tidak akan tahu apa yang akan terjadi di masa depan, bukan, pikirnya seraya melangkah keluar, lalu menuruni anak tangga yang ada di rumah kontrakannya. Menurutnya, cinta selalu datang hanya pada saat dan waktu yang tepat, itu saja. Walau ia tak sepenuhnya percaya pada yang namanya cinta sejati, akan tetapi hal semacam itu selalu bisa terjadi kapanpun dan dimanapun.

Exchange Bride (On Going)Where stories live. Discover now