Bab 3 Part 2 - MembawaPaksa = PENCULIKAN!!

146 9 3
                                    

Pandangan matanya segera beralih ke arah Kim Hyun Jin yang baru saja datang. Dari caranya menatapnya, ia tahu jika Wanita itu sedang bingung. Bukan hanya itu, dengan jelas Kim Hyun Jin menangkap sebuah kode "Tolong aku!" yang dia kirimkan padanya melalui tatapan matanya yang cemas dan bibirnya yang sedikit berkomat-kamit tak jelas itu.
Di hari minggu pagi yang seharusnya bisa Han Hye Soon habiskan dengan bersantai dan juga bermalas-malasan seperti biasanya, untuk kali ini bisa dikatakan sebagai sebuah petaka baginya. Selama seminggu ini Han Hye Soon berpikir hidupnya sudah kembali berjalan normal seperti biasanya. Bahkan ia sudah berbaikan kembali dengan Park Ryung Soo sekarang. Ia kemudian mengingat kembali hari itu, sehari setelah hari pernikahan mereka yang gagal.
Hari itu Park Ryung Soo menjelaskan semuanya ketika mereka bertemu di kafe T yang biasa mereka datangi. Dia menjelaskan alasannya kenapa dirinya tak kembali ke acara pernikahan mereka tepat waktu. Tunangannya itu juga mengatakan jika dirinya harus mengejar kliennya ke Busan, menjelaskan pada kliennya itu bila bawahannya telah melakukan suatu kesalahan yang mengakibatkan dokumen yang dibawanya telah tertukar dengan dokumennya yang lain, sedangkan baterai ponselnya yang habis membuatnya tak bisa mengabari Han Hye Soon. Meski pada awalnya Han Hye Soon tidak bisa menerima alasan Park Ryung Soo itu karena dia bisa saja meminjam ponsel seseorang di jalan sebentar, lalu dia menjelaskan kalau dirinya sudah kembali menyetir menuju Seoul ketika ponselnya tiba-tiba saja mati begitu dia hendak menghubunginya dan sayangnya dia tak menyimpan power banknya di dalam mobilnya.
"Aku seharusnya langsung datang saja ke rumahmu untuk menemui kedua orang tuamu." kata Park Ryung Soo seraya menatap serius Han Hye Soon, ekspresi cemas bercampur ragu terpancar di mata Park Ryung Soo, tertangkap oleh mata Han Hye Soon ketika sepasang mata mereka bertemu. "Aku ingin minta maaf pada mereka dan menjelaskan semuanya."
"Jangan sekarang. Nanti malam saja saat makan malam." saran Han Hye Soon dengan tangannya yang terulur meraih tangan Park Ryung Soo, menggenggamnya erat untuk menenangkan rasa cemasnya. "Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja."
"Ini pasti tidak akan mudah," sahut Park Ryung Soo membalas genggaman tangan Han Hye Soon seraya menghela napas panjang dan melirik sekilas ke arah saku jaketnya, mengetahui bila ponselnya yang disimpan di balik saku jaketnya itu bergetar.
Park Ryung Soo lantas segera melepaskan genggaman tangannya pada Han Hye Soon, merogoh saku jasnya, mengeluarkan ponselnya yang ternyata ada sebuah pesan yang masuk ke ponselnya itu yang segera dibukanya. Kedua matanya seketika tampak membulat dengan keningnya yang sedikit berkerut samar dan raut wajah yang sekilas tampak menegang. Hampir saja dia tak bisa mengendalikan emosinya begitu dia menyadari keberadaan Han Hye Soon yang duduk di hadapannya.
"Bagaimana dengan foto-foto yang kukirim kemarin, Oppa? Apa kau menyukainya? Aku senang kau tak jadi menikah karena jika sampai kau menikah, aku akan segera mengirimkan foto-foto kita pada tunanganmu itu!" berikut isi pesan yang diterima oleh Park Ryung Soo dari mantan adik kelasnya semasa mereka kuliah di Universitas yang sama.
Sebenarnya Park Ryung Soo sempat menjalin sebuah hubungan dengannya ketika mereka masih bersekolah dulu, tapi itu tak berlangsung lama dan mereka tak saling mengontak begitu lulus kuliah hingga akhirnya mereka bertemu kembali sebulan yang lalu. Memang tak bisa dipungkiri bila Park Ryung Soo masih menyimpan sedikit perasaan padanya, begitu pula dengan gadis itu yang masih menyukainya hingga saat ini dan hubungan mereka pun kembali dekat hanya dalam sekejap. Walau begitu rasa cintanya pada Han Hye Soon jauh lebih besar daripada perasaannya terhadap adik kelasnya itu.
Foto-foto yang dia kirimkan pada Park Ryung Soo adalah tak lain ketika mereka menghabiskan malam bersama 2 minggu sebelum hari pernikahannya dengan Han Hye Soon di rumah gadis itu, dalam keadaan mabuk berat dan tanpa busana. Itu suatu kesalahan yang besar yang Park Ryung Soo sendiri tak pernah ketahui bila mereka telah berfoto dengan ceria di atas ranjangnya seperti itu. Bahkan yang lebih buruk lagi dia sengaja menggunakan foto-foto itu untuk menghalangi Park Ryung Soo menikah dengan alasan masih sangat mencintainya.
Masalah pekerjaan yang telah dijelaskan Park Ryung Soo pada Han Hye Soon tadi sebenarnya hanya dijadikan sebuah alasan saja demi menutupi kebohongannya selama ini. Dia tak mungkin menjelaskan hal sebenarnya, mengenai hubungannya dengan adik kelasnya yang menggunakan foto mesra mereka berdua sebagai ancaman agar dia tak jadi menikah dengan Han Hye Soon. Gadis itu belum bisa menerima kenyataan bila Park Ryung Soo sudah tak lagi mencintainya dan kini telah sepenuhnya mencintai tunangannya itu yang menurutnya tak lebih baik dari dirinya.
"Ada apa, Oppa?" Han Hye Soon tampak sedikit bingung melihat perubahan ekspresi Park Ryung Soo yang tampak sedikit terkejut setelah dia membaca pesan singkat yang masuk ke ponselnya itu.
"Oh bukan apa-apa, hanya masalah pekerjaan. Tidak bisakah aku menemui kedua orang tuamu sekarang saja?" sahut Park Ryung Soo yang berusaha mengalihkan topik pembicaraan mereka dan dengan cepat segera memasukkan kembali ponselnya ke balik saku jasnya.
Han Hye Soon bisa mengerti Park Ryung Soo sudah cukup direpotkan dengan pekerjaannya dan kini dia juga mencemaskan bagaimana kedua orang tuanya akan bersikap kepadanya karena dia telah mengecewakan mereka. Kedua orang tuanya itu pasti tak hanya kecewa, tapi juga marah, sedih sekaligus merasa telah dipermalukan dihadapan banyak orang yang hadir pada hari itu. Lagipula bukan hanya mereka yang malu, Han Hye Soon juga. Orang-orang pasti membicarakannya, itu yang membuatnya tak ingin pergi bekerja selama beberapa hari hingga rasanya ia ingin menghilang saja dari Korea.
Namun nyatanya Han Hye Soon tak melakukan hal itu sama sekali dan tetap menjalani hari-harinya seperti biasanya selama seminggu ini, pergi bekerja dan juga bertemu orang-orang tanpa mempedulikan apapun yang mereka pikirkan tentangnya. Hingga tiba-tiba saja pagi tadi ia dikejutkan oleh beberapa Pria berjas hitam bertubuh tinggi besar yang datang ke rumahnya pagi-pagi sekali yang menyampaikan pesan bila Presiden Direktur Lee Sun Mi ingin bertemu dengannya dan memintanya untuk pergi bersama mereka ke rumahnya.
Ketika Han Hye Soon mengatakan jika dirinya tak mengenal nama itu dan menolak untuk pergi, mereka lantas membawanya paksa begitu saja. Sayangnya tak ada siapapun di rumahnya yang bisa dimintainya tolong. Kedua orang tua dan adiknya kebetulan sedang pergi mengunjungi kerabat mereka yang sedang sakit di Mapo dan baru akan kembali siang ini. Beruntung Han Hye Soon sempat berteriak meminta tolong pada Nyonya Cha Gong Sil, salah seorang tetangganya yang kebetulan lewat di depan rumahnya, menyebutkan nama Nyonya Lee Sun Mi telah menculiknya agar memberi tahu kedua orang tuanya begitu mereka datang. Ia berharap tetangganya itu menyampaikan pesannya pada orang tuanya.
"Bagaimana bulan madu kalian di New Zealand selama seminggu ini?" Han Hye Soon ingat siapa Nenek Lee Sun Mi yang mengerikan yang tiba-tiba saja muncul dari seberang ruangan, lalu duduk di hadapannya dengan senyum ramah di wajahnya itu dan langsung menanyainya pertanyaan yang ia sendiri tak mengerti apa maksudnya. "Kenapa tak ada kabar sama sekali dari kalian?"
Rasanya tak bisa dipercaya Han Hye Soon harus kembali berurusan dengan Nenek yang seperti bos mafia ini. Entah bagaimana dia bisa menemukannya dengan begitu mudahnya, itu yang membuat Han Hye Soon bergidik ngeri saat melihat wajahnya. Seharusnya tak ada yang perlu ia takutkan dari Nenek Lee tersebut karena memang Han Hye Soon tak melakukan kesalahan apapun padanya dan justru dialah yang telah menyuruh beberapa anak buahnya, membawanya pergi dengan paksa yang dengan kata lain bisa dikategorikan sebagai suatu tindak kejahatan atau sama saja dengan penculikan.
Tunggu dulu, bulan madu, pikir Han Hye Soon lagi ketika otaknya mulai kembali berpikir jernih. Nenek yang duduk di hadapannya tersebut tak sedang membicarakan pernikahannya dengan cucunya, bukan? Karena memang menurutnya semua itu hanya sebuah kesalah pahaman semata. Han Hye Soon sendiri mengira jika Nenek ini pasti sedang mengalami gangguan mental karena begitu ingin melihat cucunya menikah dan ia bisa memakluminya. Ia juga berpikir jika cucu si Nenek yang bernama Kim Hyun Jin itu pasti telah membereskan kesalah pahaman mengenai pernikahan mereka dan bukannya menjadi bertambah rumit seperti ini.
"Maaf Halmeoni, sebaiknya saya pergi sekarang. Saya harus segera pulang ke rumah." sahut Han Hye Soon tanpa ingin menjawab semua pertanyaan yang diajukan Nenek Lee Sun Mi dan segera bangkit berdiri dari sofa empuk yang didudukinya ketika pergelangan tangannya tiba-tiba dicengkeram pelan oleh si Nenek. "Ini juga rumahmu. Bukankah sekarang kita adalah keluarga?"
"Maaf?"
"Kau 'kan sudah menikah dengan Hyun Jin, jadi kau adalah cucu menantuku. Oleh karena itu sudah seharusnya kau tinggal bersama kami di rumah ini. Aku ingin kau tinggal disini."
"Apa?! Omoni memintanya untuk tinggal disini?!" terdengar suara seorang Wanita di belakang punggung Han Hye Soon, membuat kepalanya dengan spontan menoleh ke arah sumber suara dan mendapati seorang Wanita paruh baya yang ia kenali wajahnya sebagai Ibu dari Kim Hyun Jin tampak tengah menuruni anak tangga dengan tergesa dan segera duduk di seberangnya, bertanya dengan mata yang terbelalak terkejut. "Bagaimana bisa Omoni tidak meminta persetujuanku terlebih dahulu!?"
"Kenapa aku harus meminta persetujuanmu?! Ini rumahku! Lagipula dia bukan orang lain! Dia cucu menantuku dan dia juga menantumu!"
Kepala Han Hye Soon mendadak terasa seperti berdenyut saat mendengar Nenek Lee Sun Mi mengatakan semua itu dan sibuk berdebat dengan menantunya sendiri yang tak ia ketahui namanya. Sementara itu jantungnya berdegup kencang, diikuti perasaan cemas dan takut yang seketika mulai menyelimuti pikirannya. Ia ingin segera pergi dari rumah ini sekarang juga, harus, perintah otaknya yang mulai tidak sinkron dengan kakinya yang sepertinya mendadak menjadi kaku hingga membuatnya kembali terduduk di sofa. Nenek ini benar-benar sudah tidak waras, Han Hye Soon yakin itu.
"Eomma! Halmeoni!" Kim Hyun Jin, cucu si Nenek tiba-tiba saja muncul dengan tergopoh-gopoh dan wajah panik begitu memasuki rumah.
"Tak perlu berteriak seperti itu, aku disini!" sahut Neneknya tak kalah berteriak, mengomel dan mendengus kesal sambil menatap datar Kim Hyun Jin, lalu kembali melanjutkan kata-katanya dengan mendecakkan lidahnya dan memasang wajah tak senang. "Kau baru bisa muncul setelah aku membawa Istrimu kemari!"
Otak Han Hye Soon sepertinya tak bisa bekerja dengan baik saat ini. Ia hanya bisa menatap nanar ke arah Kim Hyun Jin, memperhatikan Pria itu yang tengah menatap sengit Neneknya. Nada suara Kim Hyun Jin yang meninggi dengan kata-katanya yang terdengar serius, dan juga ekspresi wajahnya yang terlihat marah ketika dia menanyakan bagaimana Neneknya itu bisa seenaknya saja membawa paksa Han Hye Soon ke rumah mereka. Kemudian tepat ketika Kim Hyun Jin selesai mengatakan itu, pandangan matanya beralih menatap ke arah Han Hye Soon, memperhatikannya dengan seksama dari atas hingga ke bawah.
Melihat Kim Hyun Jin menatapnya dengan sedikit mengernyitkan keningnya, Han Hye Soon kemudian menyadari jika Pria itu pasti memperhatikan penampilannya yang sangat kacau saat ini, mengingat ia baru saja bangun tidur dan langsung diseret pergi oleh beberapa anak buah Neneknya itu. Beruntung sesaat yang lalu Han Hye Soon sempat mengusap kedua sudut matanya bila saja ada kotoran matanya yang masih menempel ataupun kedua sudut bibirnya yang mungkin saja meninggalkan bekas liur yang entah ada di dagu maupun pipinya yang dirasa tak ada sedikitpun dan itu cukup membuatnya lega, hanya saja ia lupa untuk merapikan rambutnya ketika Nenek Lee Sun Mi sudah lebih dulu muncul di hadapannya.
Namun bukan itu yang seharusnya Han Hye Soon pikirkan saat ini, pikirnya berusaha mengingatkan dirinya sendiri seraya balas menatap Kim Hyun Jin serius. Hingga tanpa sadar mulutnya sudah berkomat-kamit, mencoba mengucapkan kalimat 'Tolong, bawa aku pergi dari sini!' melalui gerak bibirnya yang tanpa suara. Ia berharap Kim Hyun Jin mengerti kalimat yang diucapkan, akan tetapi Pria itu malah mengacuhkannya dan segera mengalihkan pandangannya, kembali menatap Neneknya serius.
"Halmeoni, aku pikir pernikahan kami waktu itu hanyalah sebuah kesalah pahaman. Tidak bisakah kita mengakhirinya sekarang juga!?" ujar Kim Hyun Jin yang memilih tetap berdiri, kali ini ekspresi wajahnya mulai melunak, begitu pula dengan nada suaranya yang berubah pelan. "Aku sudah tahu jika kau berusaha mengancam Hee Jin untuk segera meninggalkanku dan menghalanginya datang ke pernikahannya sendiri. Lalu bagaimana bisa kau melibatkan orang lain yang jelas-jelas adalah orang asing dan memaksanya menikah denganku? Itu sebuah pelanggaran hak asasi manusia. Aku pikir pernikahan ini tidak bisa dikatakan sah. Tidak secara hukum maupun agama karena dilandasi oleh sebuah paksaan. Tak ada yang bisa membuktikan jika kami telah menikah. Jadi berhentilah mengusik Wanita ini. Jika kau ingin mencoret namaku dari daftar ahli waris, tak lagi menganggapku sebagai cucumu, dan mengusirku pergi, lakukan saja! Aku akan mengembalikan semua asetmu, itu tak masalah buatku dan aku akan kembali ke London hari ini juga!"
"Hyun Jin-ah!" Ibunya membuka suara, merasa iba pada putranya.
Han Hye Soon bisa melihat ekspresi wajah yang sangat serius pada diri Kim Hyun Jin ketika dia mengatakan semua yang ada dalam hatinya itu panjang lebar. Meski ada sedikit perasaan kecewa dan sedih yang sekilas terpampang di wajahnya itu, dia benar-benar bisa menyembunyikannya dengan baik yang bahkan tak bisa dilihat oleh Neneknya yang memilih mengalihkan pandangannya ke arah lain tanpa menghiraukan ucapan Kim Hyun Jin sedikitpun.
"Bagaimana bisa pernikahan kalian tak sah jika aku telah mendaftarkannya ke Pengadilan dan aku juga sudah mendapatkan buku nikah kalian?!" tukas Nenek Lee dengan entengnya.
"Apa?!" seru Han Hye Soon dan Kim Hyun Jin serempak dengan mata yang sama-sama terbelalak kaget.

Exchange Bride (On Going)Where stories live. Discover now