"Kau sudah bangun?"
Han Hye Soon terhenyak kaget mendapati sosok Kim Hyun Jin yang tengah berdiri di dekat jendela sembari menarik tirai ke arah kirinya, lalu membuka jendela dan membiarkan cahaya matahari masuk. Dia segera menyadari jika dirinya kini sedang berada di tempat asing. Terbangun di kamar yang bukan kamarnya, sementara dia mulai merasakan kepalanya berdenyut, pusing, pikirnya sambil mengedarkan pandangan matanya ke segala arah.
"Kepalaku sakit sekali." Han Hye Soon beringsut pelan di atas ranjang berukuran King yang ditidurinya sambil memegangi kepalanya, menatap tajam ke arah Kim Hyun Jin lalu beralih melihat ke sekelilingnya yang tampak asing dan berakhir memeriksa keadaan dirinya sendiri yang masih berselimut. "Ini dimana? Kau... Tidak... Maksudku semalam tak terjadi apa-apa, bukan?!"
"Memangnya apa yang kau harapkan!?" sahut Kim Hyun Jin yang dengan segera membalikkan tubuhnya, menatap Han Hye Soon datar. "Kau di kamarku sekarang dan kau telah membuat aroma kamar ini menjadi tidak sedap. Cepatlah bersihkan dirimu sana!"
"Oppa!" tiba-tiba saja terdengar suara perempuan yang cukup keras dari luar kamar, bahkan suara langkah kakinya juga terdengar semakin mendekat. "Oppa, kau di da... "
Brakkk!
"Hye Jin-ah!"
Seorang gadis berambut hitam panjang yang mengenakan baju atasan tanpa lengan berwarna peach yang dipadupadankan dengan celana pendek hitam mendadak membuka pintu kamar berseru riang seraya menerobos masuk ke kamar. Matanya melebar seketika dan raut wajah setengah terkejut seraya bertanya dengan alis terangkat, "Wanita ini... Siapa?"
"Kapan kau datang?" Kim Hyun Jin tak menjawab pertanyaan Kim Hye Jin dan segera berjalan keluar dari kamarnya dengan santainya.
Adiknya itu hanya mengernyitkan dahinya samar hingga beberapa saat kemudian dia tersenyum mengerti, "Jadi ini Kakak Iparku yang telah berhasil menundukkan Kakakku. Senang melihatmu, Eonni."
Han Hye Soon hanya bergeming, pikirannya masih belum sepenuhnya tersadar dan juga kepalanya yang masih terasa pusing, membuatnya berpikir lebih lambat dari biasanya. Ketika otaknya belum selesai memikirkan kenapa dirinya bisa berada di rumah Kim Hyun Jin, tiba-tiba saja dia sudah dikejutkan oleh kemunculan wanita asing yang baru saja dilihatnya yang menerobos masuk begitu saja. Sepertinya dia benar-benar sedang sial saat ini. Selain itu, dia yang selama ini tak pernah menyentuh alkohol sedikitpun seketika telah menjadi seorang pemabuk dan tak bisa mengingat apapun hanya dalam semalam. Bukankah itu aneh?!
"Kau siapa?" hanya pertanyaan itu yang terlontar dari bibir Han Hye Soon ketika dia sendiri tak tahu apa yang sedang terjadi padanya sekarang.
"Ah iya, aku lupa memperkenalkan diriku. Aku Hye Jin, adik Pria jelek yang baru saja keluar tadi. Baiklah, aku akan membiarkanmu membersihkan diri terlebih dulu, Kakak Ipar. Kau tampak sangat berantakan dengan pakaian jeleknya yang kebesaran itu. Aku yakin kalian telah menghabiskan waktu yang sangat indah semalaman sampai-sampai dia tak ingat untuk datang menjemputku di bandara kemarin," katanya panjang lebar sambil mengerlingkan matanya dan menyunggingkan senyumannya yang terlihat mencurigakan di mata Han Hye Soon hingga membuat bulu kuduknya meremang.
Benar saja, Han Hye Soon lantas terhenyak kaget begitu menyadari jika dirinya tak mengenakan pakaian miliknya dan malah mengenakan kaos abu-abu berbahan tipis yang tampak sangat kebesaran yang melekat di tubuhnya. Pakaiannya, entah kemana pakaian miliknya itu raib. Dan tentu saja otaknya segera dipaksa untuk berpikir dan mengingat semua yang telah dilakukannya semalam, hanya saja mabuknya yang sepertinya sangat berat semalam tidak bisa membuatnya mengingat semuanya.
Sementara itu di dapur, Kim Hyun Jin sedang bersama adiknya, Hye Jin, mengobrol ringan. Beruntung hari ini adalah akhir pekan, hari sabtu yang sangat cerah yang tak mengharuskannya untuk pergi ke kantor buru-buru sekali. Ia tentu tak bisa membiarkan Han Hye Soon terbangun sendirian di tempat asing yang baru pertama kali dilihatnya. Gadis itu tentu akan berpikir macam-macam tentangnya. Akan tetapi bukan hanya itu yang menjadi pertimbangannya. Ia ingin dia segera menandatangi kontrak perjanjian kerja sama yang telah selesai dibuatnya semalam, tentunya setelah Kim Hye Jin pulang, sekarang juga. Tapi sekali lagi ia berpikir mungkin hari ini bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakannya dengan gadis itu.
"Wah Oppa, sepertinya Wanita itu, maksudku Kakak Ipar telah berhasil mengubahmu menjadi seorang manusia rupanya! Luar biasa!" oceh Kim Hye Jin yang duduk di hadapan Kim Hyun Jin yang bahkan tak menolehkan pandangannya sedikitpun pada koran yang sedang dibacanya. "Jadi itu sebabnya kau memilih mengencaninya diam-diam lalu menikahinya tanpa memberitahuku!?"
"Pulanglah."
"Euh.. kau mengusirku pulang hanya agar bisa berduaan dengannya, bukan!? Dasar Pria, apa tidak cukup semalaman, huh!"
"Kau kesini hanya untuk mengoceh tak jelas seperti ini!?"
"Ah iya aku lupa, aku ini sedang kesal padamu karena kemarin kau tak datang menjemputku, kau tahu! Kau sudah tidak sayang lagi padaku huhuhu..."
"Berhentilah berakting. Kemarin aku sibuk dengan pekerjaanku. Lagipula kau sudah bukan anak usia sepuluh tahun lagi yang harus kujaga."
Kim Hye Jin memasang cengiran lebar di wajahnya. Kakak satu-satunya itu memang tak pandai di bohonginya, jadi dia tentu akan langsung saja mengatakan alasannya menemuinya dan setelah itu pulang. Ibunyalah yang memintanya kemari untuk membujuknya pulang ke rumah mereka. Katanya ada banyak hal yang harus dibicarakannya dengan Nenek. Dia sendiri sebenarnya sudah tahu Kakaknya bukanlah jenis Pria yang mudah dibujuk untuk berdamai dengan Nenek, hanya saja dia harus mencobanya demi impiannya untuk menjadi seorang penyanyi. Oleh karena itu dia bersedia pulang ke Korea disaat jatah liburnya yang hanya tinggal beberapa hari saja, untuk menjalankan misi dari Neneknya, yaitu mengubah pemikirannya.
"Aku 'kan merindukanmu, Oppa. Makanya aku langsung kemari begitu aku sampai ke Korea. Tapi kau tak menyambutku dengan baik, bahkan tak menawariku makan atau minum padaku yang baru saja mengalami jetlag seharian ini, jahat sekali!"
"Aku sudah tahu apa yang kau inginkan, Hye Jin-ah!" kata Kim Hyun Jin kemudian, sementara matanya tetap terfokus pada koran yang tak benar-benar sedang dibacanya. "Halmeoni dan Eomma pasti menyuruhmu untuk membujukku pulang, bukan!? Kau tak perlu repot-repot melakukannya! Aku akan melakukannya kalau aku mau. Jadi kau pulang jauh-jauh dari Amerika hanya untuk membujukku? Dasar anak bodoh!"
Koran yang dibacanya segera diletakkan Kim Hyun Jin di atas meja dan dia pun menyesap kopi hitam miliknya yang sudah tinggal setengah dan juga dingin. Matanya menatap penuh selidik ke arah adiknya yang balas menatapnya cuek. Sejak awal dia sudah mengira jika Neneknya pasti akan memperalatnya juga. Walau begitu dia tak lagi peduli pada apa yang akan dilakukan Neneknya itu karena dia pun akan melakukan hal yang sama dan berakting sebaik mungkin padanya.
"Bukankah aku sudah mengatakannya padamu kemarin saat aku menelponmu kalau Nenek telah mengijinkanku menjadi penyanyi? Jadi tentu saja bukan itu alasanku pulang ke Korea. Lagjpula kuliahku hanya tinggal beberapa bulan lagi dan aku akan kembali kemari, menetap selamanya, dan tak lagi berniat kabur dari Korea. Setelah itu kau tak perlu mengkhawatirkan keadaanku lagi. Bukankah itu yang selama ini kau inginkan, Oppa-ku sayang? Apa kau tak senang aku kembali ke Korea, huh!? Jadi kau benar-benar sudah tak menyayangiku lagi?!" celoteh Kim Hye Jin sambil menunjukkan ekspresi sedih sekaligus perasaan yang terluka dan mengerutkan bibirnya, berpura-pura ingin menangis.
"Aktingmu benar-benar buruk. Sudahlah, pulanglah sana! Bilang saja pada Nenek jika dia ingin aku dan Hye Soon tinggal di rumahnya, dia harus melakukan perjanjian dulu denganku!"
"Apa itunya? Beritahu aku!"
"Kau anak kecil tidak perlu tahu! Beritahukan saja seperti yang kukatakan padanya!"
"Kim Hyun Jin-ssi..."
Kim Hyun Jin segera menolehkan kepalanya ke arah sumber suara begitu mendengar namanya dipanggil, begitu pula dengan Kim Hye Jin yang juga ikut menolehkan kepalanya. Obrolannya dan adiknya langsung terpotong saat mereka berdua melihat Han Hye Soon yang sudah berdiri tak jauh dari tempat mereka duduk seraya menatap Kim Hyun Jin serius. Ia bisa melihat raut wajahnya yang tampak kebingungan. Dia juga masih belum membersihkan tubuhnya.
"Kau butuh sesuatu?" tanya Kim Hyun Jin datar.
"Bisakah kita bicara sebentar?" Han Hye Soon balik bertanya lalu segera membalikkan tubuhnya dan berjalan kembali menuju ke kamar yang lantas membuat Kim Hyun Jin segera beranjak dari tempat duduknya.
"Oppa, kalau begitu aku pulang saja. Ya baiklah, aku akan mengatakan padanya seperti yang kau katakan tadi. Kakak Ipar, jaga Kakakku baik-baik, ya! Jangan biarkan dia melirik Wanita-Wanita lagi mulai sekarang! Kuserahkan dia padamu! Sampai ketemu lagi!"
"Eh?"
"Pergi saja, tak perlu bicara ngawur seperti itu!" teriak Kim Hyun Jin jengkel, sedangkan Kim Hye Jin sudah menghilang dari hadapannya hingga terdengar suara pintu yang terbuka lalu tertutup selang beberapa detik kemudian.
"Mana pakaianku?!" berondong Han Hye Soon yang kembali melanjutkan kata-katanya, "Jelaskan padaku bagaimana aku bisa mengenakan pakaianmu?! Kau... tidak menggantikan pakaianku, kan!? Dasar mesum!"
"Kau memanggilku hanya untuk bertanya hal ini?" tanya Kim Hyun Jin seraya menyeringai lebar. "Memangnya kenapa, bukankah kita sudah resmi menjadi suami istri?"
"Kau!"
"Tenanglah, asisten rumah tanggaku yang melakukannya." jawabnya lagi dengan senyuman jahil yang masih terukir di bibirnya. "Cepatlah pergi mandi sana, kau benar-benar bau! Pakaian baru dan juga pakaian dalam untukmu sudah tersedia di kamar mandi. Jadi masuklah sana!" ujarnya seraya mendorong Han Hye Soon ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya.
Benar saja seperti yang dikatakan Kim Hyun Jin, sebuah gaun berlengan pendek sebatas lutut berwarna coklat muda yang memiliki lipatan di bagian pinggangnya serta sepasang pakaian dalam berwarna senada dengan gaunnya dan berenda, tergeletak rapi di atas wastafel. Hal itu tentu saja membuatnya terkejut sekaligus malu saat melihatnya. Namun yang lebih mengejutkan baginya adalah ukurannya yang sesuai dengannya.
"Maaf aku berbohong, Hye Soon-ssi. Semalam sudah terlalu larut, aku tak mungkin mengganggu Bibi Cha, jadi aku yang melakukannya." gumam Kim Hyun Jin pada dirinya sendiri sambil tersenyum begitu ia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang kerjanya.
Di atas meja kerja Kim Hyun Jin, tergeletak dua buah lembar kertas berisi perjanjian pernikahan mereka yang dibuatnya semalam. Ia kembali membacanya dengan seksama, memperhatikan tiap poin syarat yang tertulis di atas lembaran kertas tersebut yang menurutnya sudah cukup benar. Seperti yang Han Hye Soon minta, ia hanya mencantumkan waktu satu tahun ke dalamnya dan itu bukan waktu yang lama baginya. Jadi cukup melegakan.
Ketika lamunan Kim Hyun Jin sedang memenuhi seluruh ruang dalam pikirannya, ia tak menyadari jika Yang Hee Jin baru saja masuk ke dalam Apartmentnya dan menerobos masuk ke dalam kamarnya sambil memanggil-manggil namanya, "Jagiya, kau di dalam? Sedang mandi?"
Karena dirasa yang dipanggil tak juga menyahut panggilannya, gadis itu kembali memanggilnya dengan mengetuk-ngetuk pintunya, "Jagiya?"
Selang beberapa detik dan bersamaan dengan pintu kamar mandi terbuka yang memunculkan Han Hye Soon dari dalamnya, Kim Hyun Jin juga masuk ke dalam kamarnya, "Hee Jin-ah!"

YOU ARE READING
Exchange Bride (On Going)
RomanceGaun pengantin atau cincin yang tertukar mungkin tidak masalah. Tapi bagaimana bila calon pengantinnya yang tertukar. Benar-benar petaka! Itulah yang terjadi pada Han Hyesoon, gadis berusia 25 tahun yang terpaksa harus menikahi seorang pria yang tak...