Han Hye Soon merasa sedikit curiga ketika Kim Hyun Jin mengatakan kalau Ibunya ingin bertemu dengannya dan dia diminta untuk tidak mengatakan apapun padanya. Itu terdengar seperti Ibunya sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Selain itu yang lebih buruk lagi Kim Hyun Jin berkata jika Ibunya memanggilnya menantu. Bukankah itu berarti Ibunya mengetahui siapa Kim Hyun Jin, pikir Han Hye Soon, yang terdiam dengan kening berkerut samar. Tentu saja hal itu membuatnya semakin penasaran. Ia harus tahu semuanya dan menyelidikinya sendiri.
Ketika Han Hye Soon kembali bersuara, menanyakan pada Kim Hyun Jin kenapa Ibunya ingin bertemu dengannya, lelaki itu hanya mengedikkan bahunya, sementara ia terus memikirkan kenapa Ibunya sampai ingin bertemu dengannya. Hingga selang beberapa detik kemudian Kim Hyun Jin kembali berkata jika mereka akan bertemu besok di sebuah kedai kopi yang ada di dekat kantornya sekitar jam makan siang dan setelah itu dia tak menjelaskan apa-apa lagi. Tapi yang membuat Han Hye Soon semakin curiga pada Ibunya adalah ketika dirinya menelpon balik dan menanyakan kenapa Ibunya menelponnya tadi, dia hanya menjawab tak ada apa-apa dan bukan hal yang penting.
"Kalau begitu aku pergi dulu, Hyun Jin-ssi. Sampai jumpa!" tiba-tiba saja Han Hye Soon segera bangkit dari tempat duduknya dengan menenteng tasnya di tangan kirinya dan beranjak pergi begitu saja.
Dalam otaknya, Han Hye Soon berpikir ia harus segera menemui Ibunya, berniat menuntutnya sebuah jawaban. Ia merasa jika masalah pernikahannya seperti benang kusut yang sulit untuk diuraikan. Begitu banyak hal yang mengejutkannya hari ini, mulai dari fakta bila ternyata passportnya yang telah digunakan untuk mendaftarkan pernikahannya, lalu bukti-bukti berupa foto-foto yang memperlihatkan Ibunya sedang bersama dengan Nenek Lee dan yang terakhir Ibunya ingin menemui Kim Hyun Jin tanpa sepengetahuannya. Semua itu cukup membuat otaknya serasa ingin meledak saat ini juga.
"Aku pulang," seru Han Hye Soon dengan suara lemah begitu sesampainya ia di rumah, tapi tak ada seorangpun yang menjawab seruannya. "Ayah! Ibu! Tae Yang! Sepi sekali!"
Sepertinya Ibunya yang dicarinya sedang tidak ada di rumah dan itu membuat Han Hye Soon kecewa. Begitu pula dengan Ayah dan adiknya yang juga tidak ada di rumah. Mereka pasti masih berada di toko. Rasanya terlalu malas baginya untuk menghubungi toko setelah kepalanya mendadak terasa berdenyut dan sedikit pusing karena memikirkan masalahnya. Saat ini ia hanya ingin pergi tidur lebih awal, setidaknya hingga sakit kepalanya lenyap sambil menunggu kedua orang tuanya pulang.
Han Hye Soon segera pergi menuju kamarnya, membiarkan sepatu heelsnya tetap digunakan hingga ke kamar. Ia pun menutup pintu kamarnya perlahan, menguncinya dari dalam, melepas sepatu dan melemparkan tasnya asal, lalu merebahkan tubuhnya dengan kasar di atas kasurnya. Dipejamkannya matanya, sementara tangannya memijit pelan pelipisnya yang masih terasa berdenyut.
Baru saja Han Hye Soon memejamkan matanya selama kurang dari 30 menit dan hampir jatuh tertidur, tiba-tiba terdengar suara berisik dari kedua orang tuanya yang baru saja pulang, lalu Ibunya berkata "Ayah, beruntung sekali kita ini mendapatkan menantu dan besan dari keluarga kaya raya!"
"Apa tidak keterlaluan Ibu mengambil passport milik Hye Soon begitu saja tanpa sepengetahuannya setelah Nenek Lee meminta kartu identitas Hye Soon padamu?" kali ini Ayahnya yang menyahut.
"Tidak apa-apa. Bukankah dia bilang kalau dia mencari cucu menantu yang baik untuk cucu lelaki satu-satunya itu. Lagipula Kim Hyun Jin itu juga sudah mapan dan memiliki wajah yang tampan. Aku lebih setuju Hye Soon menikahi cucu Nenek Lee itu, daripada dia bersama Park Ryung Soo. Nenek itu tak hanya berhasil membuat Park Ryung Soo tak datang di pernikahannya sendiri, tapi juga memaksa untuk menikahkan Hye Soon dengan cucunya!"
Mendengar semua kata-kata yang diucapkan Ibunya bersama Ayahnya di ruang tamu, membuat hati Han Hye Soon terasa sangat sedih sekaligus kecewa. Ia merasa kasihan pada dirinya sendiri yang terlihat begitu menyedihkan saat ini karena merasa dibohongi oleh kedua orang tuanya yang ternyata sudah bersekongkol dengan Nenek Lee. Selain itu ia juga seolah telah dijual oleh keluarganya sendiri pada keluarga kaya. Seketika Han Hye Soon merasa dadanya seperti tertohok oleh benda tumpul yang membuatnya sesak napas, sementara amarahnya tak bisa meluap keluar dari dadanya.
"Apa maksud kalian?!" Han Hye Soon sudah berdiri mematung di ambang pintu kamarnya yang terbuka tanpa kedua orang tuanya tahu kapan ia sudah berada disitu.
"Ah... He.. He.. len! Kau sudah pulang, nak!?" sahut Ibunya dengan sedikit tergagap, sedangkan wajahnya tampak langsung terkejut dan juga gugup.
"Jangan memanggilku dengan nama itu!" teriak Han Hye Soon marah, tidak menangis sama sekali, tetapi tubuhnya tampak sedikit bergetar dengan kedua tangannya yang terkepal di sisi tubuhnya. "Jelaskan maksud dari semua perkataan kalian!"
"Yang mana? Ibu tak mengerti, ya, kan, Ayah!?" Ibunya malah balik bertanya pada Ayahnya yang tampak sama gugupnya dengan wajah pucat pasi sambil mengangguk-anggukkan kepalanya spontan.
"Kalian mengenal Nenek Lee itu, kan!? Jadi dia yang telah membuat pernikahanku gagal!?"
"Iya.. Tidak.." Ayah Ibunya menjawab dengan bebarengan, tapi dengan jawaban yang berbeda, lalu Ibunya terlihat mencubit pinggang Ayahnya hingga dia mengaduh kesakitan.
"Jangan bohong lagi padaku!"
"Tidak bukan seperti itu Hye Soon. Nenek itu sendiri yang meminta agar kau tak sampai menikah dengan Pria lain selain dengan Kim Hyun Jin, cucunya!" kata Ibunya lagi seraya menatapnya gugup yang walau begitu bisa terlihat kejujuran dari ekspresi wajahnya.
"Kenapa begitu?"
"Untuk hal itu sebaiknya kau tanyakan sendiri pada Nenek Lee."
Ini aneh, pikir Han Hye Soon yang segera membalikkan tubuhnya, lalu masuk ke kamarnya dan beberapa detik kemudian kembali muncul sudah mengenakan sepatu flatnya sambil menggenggam dompet di tangan kirinya dan ponsel di tangan lainnya. Ia tak memedulikan pertanyaan Ibunya yang bertanya ia mau kemana, sedangkan Ayahnya terus berseru memanggil namanya. Sementara itu Tae Yang, adiknya yang baru saja sampai dan masuk ke rumah bertanya ada apa dengan wajah bingung, tapi hanya dijawab bukan apa-apa oleh Ayahnya. Han Hye Soon segera keluar dari rumahnya sambil berjalan dengan tergesa. Yang ada di pikirannya cuma satu, yaitu menemui Nenek Lee Sun Mi.
"Halo. Kim Hyun Jin-ssi, ini aku. Bisa tolong kau beritahukan alamat rumahmu, maksudku rumah nenekmu sekarang juga!" ujar Han Hye Soon panjang lebar yang segera menghubungi Kim Hyun Jin begitu ia keluar dari rumahnya, sementara suara lelaki itu terdengar sedikit kebingungan di seberang telepon sana dengan menanyakan keberadaannya. "Cepat smskan alamatnya!"
Han Hye Soon sedikit kesal karena Kim Hyun Jin tak langsung menjawab pertanyaan dan ia pun segera memutuskan sambungan teleponnya begitu saja. Pikirannya saat ini sedang kalut. Darahnya mendidih dengan amarah yang bercampur rasa sedih, teraduk-aduk dalam hatinya. Menunggu lelaki itu mengirimkan alamat rumahnya yang tak kunjung diterimanya, hanya membuat emosinya semakin memuncak. Karena tak tahu apa yang harus dilakukan, ia lalu menghentikan sebuah taksi di tengah jalan dan meminta sang supir mengantarnya ke restoran sahabat lelaki itu yang siang tadi baru didatanginya untuk menanyakan keberadaan Kim Hyun Jin padanya.
Baek Ji Hwan menyambutnya dengan baik ketika Han Hye Soon datang ke tempatnya. Bahkan mempersilahkannya menunggu di ruangannya sementara dia menghubungi Kim Hyun Jin. Sebenarnya dalam hatinya ia sangat ingin menemui Park Ryung Soo. Ia selalu bisa mengadu apapun padanya bila dirinya sedang sedih dan lelaki itu pasti akan langsung menghiburnya. Tapi untuk masalah ini ia tentu tak bisa menemuinya, apalagi menceritakan permasalahannya. Hingga kemudian terpikirkan olehnya untuk menghubungi sahabatnya Eun Ji.
"Ah, tidak.. tidak.. Aku juga tidak bisa cerita pada Eun Ji!" ucap Han Hye Soon, berbicara pada dirinya sendiri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Apa yang harus kulakukan!?"
Di atas meja, Han Hye Soon menemukan segelas air putih yang tergeletak. Kebetulan tenggorokannya memang sedang haus. Ia berpikir itu mungkin air minumnya Baek Ji Hwan. Lelaki itu tentu takkan keberatan bila ia meminum airnya karena ia sedang kehausan. Maka dengan sekali teguk Han Hye Soon pun menghabiskannya dan ketika ia menemukan air lain di dalam botol minuman kaleng berbentuk kotak, tanpa pikir panjang ia juga menghabiskannya. Anehnya begitu ia habis meminum air putih itu, perasaannya menjadi sedikit lebih lega seolah ia bisa meluapkan semua emosinya yang terpendam.
"Han Hye Soon-ssi!" tiba-tiba saja Kim Hyun Jin sudah muncul di hadapannya bersama Baek Ji Hwan, tapi Han Hye Soon tak begitu mempedulikan kehadiran mereka dan malah mengoceh tak jelas.
"Mungkin aku memang terlahir sebagai wanita yang tak beruntung. Aku gagal menikah dengan pria yang kucintai, tapi aku malah menikah dengan orang asing yang baru pertama kali kulihat!"
"Ji Hwan, kau beri dia apa?"
"Tidak, aku tak memberinya apa-apa. Aku hanya menyuruhnya menunggu!" jawab Baek Ji Hwan sebelum kemudian matanya tertuju pada botol minuman miliknya. "Astaga, sepertinya dia menghabiskan anggur putih milikku di botol ini! Sebaiknya kau antar dia pulang saja!"
"Hei, Hye Soon-ssi, kau bisa berdiri, kan? Ayo kuantar kau pulang!" kata Kim Hyun Jin yang langsung membantu Han Hye Soon untuk berdiri dan memapahnya berjalan keluar dari restoran.
Han Hye Soon terus-menerus meronta dan berteriak tak ingin pulang ke rumahnya, tapi harus menemui Neneknya terlebih dahulu. Kim Hyun Jin tentu pun menjadi kewalahan saat memapahnya berjalan. Dia tidak mungkin menuruti kemauannya, melihat keadaannya yang sudah sangat mabuk berat dan juga setengah tidak sadarkan diri. Selain itu saat ini dia sendiri sedang dipusingkan oleh pekerjaannya yang harus diselesaikannya malam ini. Oleh karena itu dengan terpaksa dia membawanya pulang ke apartmentnya dengan susah payah.
"Kau sepertinya sudah sangat mabuk. Berhentilah mengoceh dan pergilah tidur!" omel Kim Hyun Jin sambil merebahkan tubuh Han Hye Soon ke atas kasur begitu mereka sampai di apartmentnya, tapi gadis itu masih terus saja meracau meminta menemui Neneknya.
Han Hye Soon lalu balik mengomeli Kim Hyun Jin, "Mulutmu itu yang berisik, benar-benar cerewet! Kemarilah, akan kusumpal mulutmu itu! Ah aku benci Nenek itu! Aku ingin menculiknya, lalu membuangnya ke pasar ikan!"
Kim Hyun Jin hanya tertawa melihat kelakuan Han Hye Soon yang terus mengomel dan marah-marah tak jelas dengan mengumpati Neneknya. Lucunya, begitu selesai marah-marah, gadis itu lantas langsung tertidur dengan pulasnya. Dalam tidurnya ia mengigau, sedangkan bibirnya berkedut-kedut seolah ingin menangis sambil memohon agar dirinya dibebaskan. Hingga tanpa sadar begitu terbangun dari tidurnya, ternyata pagi sudah menjelang.
"Kau sudah bangun?"
YOU ARE READING
Exchange Bride (On Going)
RomanceGaun pengantin atau cincin yang tertukar mungkin tidak masalah. Tapi bagaimana bila calon pengantinnya yang tertukar. Benar-benar petaka! Itulah yang terjadi pada Han Hyesoon, gadis berusia 25 tahun yang terpaksa harus menikahi seorang pria yang tak...