Chapter 10 - Keadaan Gawat!

3.4K 194 12
                                    

Sivia berdiri di depan bangku Ify dengan marah. Seharian ia tidak mendapat kabar dari sahabatnya itu. Aaah ralat! Sehari lebih jika dihitung dari saat Ify meninggalkannya di taman Divisi Anak. "Kemarin lusa lo ngilang kemana? Terus kemarin lo juga kemana?" cecar Sivia.

"Ada urusan," jawab Ify singkat sambil mengeluarkan buku pelajarannya.

"Ada yang lo rahasiain?" selidik Sivia. Ify menggeleng.

"Liar!" teriak Sivia. Refleks membuat Ify dan beberapa temannya menatap Sivia dengan tajam. Bahkan Rio yang sedari tadi berada dalam posisi tidur, kini menegakkan badannya dan menatap Sivia.

"Apa lo?!" tanya Sivia ke Rio. Rio hanya melengos dan kembali tidur.

Sivia kembali menatap Ify. "Tapi nggak papa deh. Gantinya ... gue ditemenin Alvin sampai selesai," kata Sivia.

"Ngomong-ngomong di mana Alvin?" tanya Ify. Walau sebenarnya, ia tahu kemana Alvin pergi dan untuk alasan apa.

"Ijin. Ke Singapura," jawab Sivia. Ify mengangguk-angguk tanda mengerti.

"Drrrt drrrt drrrt!" Getar ponsel Rio mengalihkan perhatian Sivia dan Ify. Rio menegakkan badannya dan mengambil ponsel di depannya.

"Ya, Oma," sapa Rio.

"_____"

"Sekarang?" tanya Rio.

"_____"

"Ta-tapi Oma—" Ucapan Rio terpotong.

"_____"

"Ba-baiklah."

"Ada apa?" tanya Ify ketika Rio selesai menelepon. Rio menoleh dan tersenyum tipis.

"Aku harus pulang sekarang," kata Rio. Ify mengangguk dengan ragu. Sivia hanya menatap dua insan itu dengan heran. Sejak kapan Rio memakai sapaan "aku-kamu"?

Rio membereskan buku-bukunya dan berdiri. "See you," pamitnya.

#

Sivia dan Ify menyusuri pertokoan di Jalan Vogue. Sebuah jalan di salah satu sudut kota Jakarta yang mengadaptasi suasana Paris. Sepulang sekolah, Sivia memaksa Ify untuk menemaninya berbelanja. Beberapa butik terkenal memang berdiri sepanjang jalan ini. Sivia menarik Ify masuk ke sebuah butik bernama "Midnight Beauty".

"Fy, tunggu ya? Gue nggak akan lama," kata Sivia sambil masuk ke ruang fitting baju.

"Gue taruhan lo bisa nyampe tiga jam di dalam sana," gumam Ify menatap pintu yang baru saja tertutup setelah Sivia melewatinya.

Selang dua jam, Sivia masih belum keluar. Sedangkan Ify sudah menghabiskan beberapa majalah untuk sekedar cuci mata. Rasa kantuk sudah menyergapnya. Hampir saja ia tertidur jika sebuah suara yang ia kenal tidak mampir ke telinganya. Ify berdiri dan bersembunyi di balik dinding penyekat. Menguping setiap perbincangan yang dilakukan oleh dua orang yang ia kenal baik, Rio dan Shilla.

"Lo mau bikin gaun atau pakai yang udah ada?" Rio berdiri di sebelah Shilla yang tengah memilih-milih baju di depannya.

"Terserah lo," jawab Shilla dingin.

Rio menghela napas mendengar jawaban dingin Shilla. "Shil, please! Lo pikir cuma lo yang lelah dengan semua ini?" tanya Rio.

"Ya. Karena lo seneng bisa tunangan sama gue." Jantung Ify seakan berhenti berdetak mendengar kata "pertunangan" yang terlontar dari mulut Shilla.

"Jangan bikin gue marah!"

"Silakan marah! Marah lo nggak akan bikin pertunangan kita batal." Shilla beralih ke deretan baju yang lainnya.

Velvet Love (Completed) -- RevisedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang