Setelah sampai dirumah aku membereskan pakaianku ke lemari lemari lamaku, tiba tiba saja ponselku berdering ternyata aku mendapat panggilan masuk dari harris.
"Assalamualaikum" ucapku
"Waalaikumsalam" ucapnya
"Bagaimana kabarmu? Maaf aku tidak memberimu kabar waktu itu." unjarnya
"Alhamdulillah, ya tak apa" kataku singkat
"Bagaimana kabar your dad?" tanya harris
"Sudah agak baikkan" jawabku
"Alhamdulillah, kapan kau bisa pulang ke London?" tanya harris lagi
"Entah mungkin sampai dad benar benar pulih atau mungkin tidak sama sekali" jawabku yang membuat harris heran
"Apa maksudmu?" tanya harris bingung
"Aku takut saat aku pulang ke london lagi, dad akan jatuh sakit seperti ini. Dokter bilang dad hanya perlu bertemu dengan anaknya." jawabku menjelaskan
"Kau yakin al? Bagaimana dengan pertunangan kita?" tanya harris seperti tertekan
"Entahlah, mungkin kita tunda saja dulu" jawabku
"Bagaimana bisa al? Aku tidak ingin menundanya" unjar harris
"Mengapa kau menjadi egois seperti ini?" tanyaku
"Siapa yang egois? Aku tidak egois, hanya saja kecewa" jawabnya
"Kecewa dengan apa? Kecewa denganku? Seharusnya aku yang kecewa denganmu." ucapku marah
"Mengapa kau tidak bisa mengerti keadaanku? Kenapa?" lanjutku tegas
"Sudahlah aku tidak ingin berdebat denganmu lagi, wassalamualaikum" ucapku langsung mematikan panggilan dari harris.
Setelah aku mematikan telfon dari harris tiba tiba saja air mataku mengalir deras membasahi pipiku, aku tidak bisa berkata apapun dan aku hanya bisa bersandar dan memperhatikan ponselku yang sedari tadi mendapat panggilan masuk dari harris.
Jam sudah menunjukan pukul 8 malam aku berencana ingin berkeliling dan ingin menyantap secangkir coklat hangat di caffe yang sering ku kunjungi, setelah sampai di caffe tersebut aku memesan secangkir coklat hangat dan ternyata aku dibuat kaget oleh barista caffe tersebut yang ternyata adalah temanku dan temannya harris juga.
"Astaghfirullah allya? Its you?" tanya barista tersebut
"Assalamualaikum, yes its me! Ada apa hanum?!" jawabku bingung
"Nothing, kau berbeda setelah pulang dari london. Siapa yang membuatmu seperti ini?" tanya hanum
"Harris" jawabku singkat
"Apa? Kau bertemu dengan harris di london? Apakah dia berbeda dari sebelumnya?" tanya hanum lagi
"Ya dia berubah semenjak mempunyai kesibukan sendiri." jawabku
"Aku merindukannya" ucapnya yang membuatku sedikit terdesak.
Saat harris masih menetap di irlandia hanum bilang kepadaku bahwa dia mencintai harris, tapi entahlah sekarang.
"Apa kau masih mencintainya?" tanyaku dengan genangan air mata
"Ya hanya saja tidak seperti dahulu" jawabnya yang membuatku menjatuhkan air mata tanpa sadar.
Tiba tiba ponselku berdering ada panggilan masuk dari harris, tetapi aku sengaja mendiamkannya.
"Siapa pacarmu sekarang?" tanya hanum
"Akankah aku jawab pertanyaannya?" tanyaku dalam hati
"Allya jawablah, oiya aku sekarang menjalin hubungan dengan robin." ucap hanum
"Harris is my boyfriend" ucapku sedikit pelan
"Astaghfirullah, maafkan aku allya seharusnya aku tidak selancang ini kepadamu" ucapnya meminta maaf kepadaku
"Tidak apa apa, seharusnya lusa aku akan melaksanakan pertunangan kami hanya saja aku harus merawat dad, jadi sepertinya akan ditunda." ucapku jelas kepada hanum
"Aku yakin kau dan harris akan bertunangan secepatnya" ucapnya mendoakan
"Aamiin semoga saja" kataku mengaminkan doanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Friendship 2 [H.J]
Teen FictionIni lanjutan cerita dari "Love In Friendship" part pertama, buat kalian yang udah baca dan vote "Love In Friendship" makasih banyak yaa.