Prolog

3.1K 122 1
                                    

"Fuahhh!" Leon menghembuskan nafasnya dengan puas setelah ia meneguk minuman bersodanya beberapa kali. Ia memang sudah kehausan sejak daritadi.

Ia sekarang kembali bersekolah. Dan sekarang, ia sudah bersekolah di sebuah universitas, tahun pertama. Ia satu universitas dengan yang lainnya. Hanya Reine saja yang berbeda universitas.

Ia menikmati hidupnya yang seperti ini. Tenang, tak ada gangguan, tak memerlukan konsentrasi untuk sihir, dan tak perlu memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan dunia sihir, untuk saat ini.

Berbeda dengan Kazuto, menurutnya, ia tak terlalu senang dengan apa yang disebut belajar. Ia lebih senang menghancurkan sesuatu dan membekukan sesuatu. Semuanya lebih indah jika ia melakukan itu.

Kazuto bahkan hampir saja dipergoki salah seorang temannya saat ia sedang mendinginkan ruangan kelas yang panas, saat itu kelas sedang kosong, hanya ada dirinya, dan ia ingin mendinginkan kelas dan menggunakan sihir. Untungnya, hampir saja dipergoki. Bukan dipergoki. Tak bisa dibayangkan jika koran esok hari berisi berita bahwa seorang mahasiswa menggunakan sebuah sihir.

Lyra sedang mengikuti pelajaran saat ini. Ia adalah penyimak yang baik. Dikelas, ia adalah salah satu siswa favorit. Walau terkadang ia sering memandang keluar jendela dan merindukan kericuhan dunia sihir, ia tetap berusaha bertahan di dunia nyata dengan baik.

Chloe, sedang bersantai di kantin. Waktunya saat ini adalah istirahat. Dan ia mengambil beberapa camilan untuk ia makan saat pelajaran di kelas. Ia sudah biasa melakukan itu.

Gray satu kelas bersama Leon. Ia duduk dan mendengarkan musik melalui headsetnya, jaman sudah berubah. Yah, siapa sangka, ternyata satu tahun di dunia sihir sama dengan 5 tahun di dunia nyata. Dan entah berapa lama mereka melewatkan evolusi kehidupan dunia nyata.

Mereka sudah berada di dunia sihir selama 3 tahun. Jika dibandingkan dengan teman seangkatan mereka yang sekarang sudah menjadi pekerja, mereka beda jauh.

Sedangkan Reine sedang bersantai di rumah. Ia mengambil kelas malam. Dan saat ini bahkan belum sore.

Mereka berenam walaupun sibuk di dunia nyata, juga sebenarnya tetap berlatih di dunia sihir bersama Oma dan Khanz. Mereka berdua adalah pelatih tetapnya. Walau begitu, orang tua Leon, Kazuto, dan Chloe cukup sering mampir ke dunia sihir untuk sekedar menyapa dan menjadi selebritis.

Mereka semua menjadi terkenal-- sangat terkenal --sejak hancurnya bola kristal yang mengendalikan Kerajaan Drean.

***

Dan tak lama, hari sudah menjelang siang, mereka sudah pulang dan seperti biasa, mereka semua selalu beriringan. Biasanya, Kazuto membawa mobil yang cukup untuk mereka berlima. Dan terkadang, Reine menjemput dan mengajak mereka untuk sedikit bersenang-senang.

Dan kali ini, Reine sudah berjanji untuk menjemput mereka dan mengajak mereka berkunjung ke rumahnya. Setelah sekian lama, mereka akan berkunjung kembali.

Reine sudah menunggu di depan kampusnya dengan sebuah van milik ayahnya. Reine tersenyum melihat 5 orang yang ia sudah sebut sebagai saudara itu.

***

"Jadi, kenapa kakak setumbennya mengajak untuk datang ke rumah?" Tanya Leon setelah ia masuk ke mobil dan menutup pintunya.

"Ya... dengar saja nanti. Ayahku yang akan menjelaskan. Ceritanya panjang." Kata Reine melajukan mobilnya.

Setelah itu, mereka mulai bercerita hal-hal yang aneh, tetapi juga menyenangkan. Itu adalah kebiasaan mereka jika sudah berada dalam satu tempat bersama.

***

Kazuto menutup pagar rumah Khanz, dan dengan seksama melihat kembali rumah yang sudah sangat lama tidak ia datangi itu.

"Oh, kalian sudah datang!" Khanz menyambut semuanya yang keluar dari mobil miliknya.

"Hai, paman!" Kata Lyra yang langsung memeluk Khanz.

"Hei Lyra! Bagaimana kabar kalian semua?" Tanya Khanz pada yang lainnya lalu menyuruh mereka masuk dan menyuguhkan beberapa minuman.

"Kami semua sehat, dan cukup merindukan pertarungan seperti dulu." Kata Chloe mengusap tangannya yang entah kenapa seperti kegirangan.

Khanz lalu mengajak mereka untuk masuk ke ruangan sihir. Ruangan yang sudah lama tak dikunjungi oleh mereka berenam. Bahkan Reine dan Gray akhir-akhir ini jarang bertemu dengan ayahnya yang sibuk di dunia sihir.

"Perasaanku saja, atau ruangan ini semakin luas?" Kata Kazuto melirik keseluruh sudut ruangan.

"Tercat ulang." Kata Gray.

"Dingin seperti biasa." Lyra menekankan kata dingin tepat disebelah Gray yang langsung membuat Gray mendengus kesal.

"Kalian duduklah. Ada yang mau aku bicarakan." Kata Khanz duduk bersila di lantai beralaskan karpet berwarna biru tua yang menutupi seluruh permukaan lantai ruangan sihir itu.

Mereka semua lalu duduk melingkar dan mulai menyiapkan telinga mereka untuk apa yang akan Khanz katakan.

"Aku akan meminta bantuan."

Witch and War 2 : The CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang