22. Problems

425 36 1
                                    

"Arco de arena, ejecutar!" Leon menahan kaki-kaki banteng itu dan membuat banteng itu terjatuh.

"Rebanador, veneno!" Reine memotong tubuh banteng itu menjadi dua bagian. Banteng itu lalu berteriak kesakitan dan darahnya bermuncratan ke seluruh arah. Banteng itu lalu menghilang bersama dengan seluruh darahnya yang tiba-tiba lenyap.

"Nice!" Reine menepuk-nepuk pundak Leon dan tersenyum. Leon menghela nafasnya dan ikut tersenyum.

Kazuto lalu berniat untuk menembakkan panahnya ke seluruh gelembung itu. Tapi, begitu gelembung-gelembung itu meledak, Kazuto terlempar karena angin ledakannya.

"Ukh! Ah! Alas sagradas!" Kazuto mengeraskan rahangnya, dan sepasang sayap yang terbuat dari es terbentuk di punggung Kazuto.

Kazuto lalu dengan cepat mengejar burung itu dan melapisi tangannya dengan es yang tebal. Burung itu lalu kembali melepas gelembung-gelembungnya, tapi Kazuto dengan mudah melewati gelembung-gelembung itu dengan sayapnya. Begitu Kazuto sudah cukup dekat dengan burung itu, Kazuto mengepalkan tangannya yang terlapisi es dan dengan keras menghantam burung itu.

Burung itu lalu terjatuh ke tanah dengan sangat keras dan burung itu langsung membeku dan sebuah bongkahan es yang besar langsung terbentuk.

"Hehe." Kazuto lalu kembali melesat dan menghancurkan seluruh gelembung itu sebelum sampai ke permukaan tanah.

Gray menyemburkan apinya ke kepala ular itu, dan dengan mudahnya, Gray mengalahkan ular itu hanya dengan sekali jurus.

Dan di saat yang bersamaan, Sarah dan Ervan berhasil membuat kucing yang daritadi hanya menjilati kaki-kakinya, terjatuh dan menghilang menjadi partikel-partikel kecil.

"Lyra!" Chloe mengaliri tangannya dengan listrik, dan ia menembakkan listrik itu kepada kalajengking musuhnya. Lyra memperkuat listrik Chloe dengan mengalirinya udara yang tipis, dan kalajengking itu menjadi terluka dan hancur menjadi asap.

Lyra tersenyum, tapi senyumannya hilang begitu melihat asap yang timbul karena kalajengking itu. Asapnya yang berwarna kuning kehijauan, membuat Lyra langsung membawa Chloe menjauh.

"Lyra? Aduh!" Chloe tertarik dan terjatuh di atas atap sebuah rumah.

"Asap itu... racun." Kata Lyra melihat ke sekeliling gumpalan asap itu yang kini semakin menyebar luas.

"RACUN?!" Suara Gray terdengar di dalam kepala Lyra, lewat telepati Sarah. Lyra langsung mengusap-usap telinganya karena suara Gray yang begitu kencang. Begitu juga dengan yang lain yang mendengar Gray.

"Racun ini... jika saja aku bisa menghentikannya... tidak, tunggu dulu, aku... bisa menghentikannya." Lyra langsung terbang melesat menuju gumpalan asap itu.

"Hei! Lyra!!" Chloe mencoba untuk berlari mengejar Lyra, tapi kakinya terkunci karena sihir dari Lyra.

"Chloe, kau lebih baik diam disana." Kata Lyra begitu ia masuk ke dalam asap itu.

"Lyra? Apa yang kau lakukan?" Suara Kazuto terdengar bertanya-tanya dari sana.

"Anulación de la absorción." Lyra merentangkan seluruh bagian tubuhnya. Seluruh asap itu lalu semakin mengecil dan mengecil, masuk ke dalam tubuh Lyra hingga tak satupun udara racun itu yang tersisa.

Lyra terjatuh, dan sihir yang menahan kaki Chloe menghilang. Chloe dengan sangat cepat menangkap tubuh Lyra yang hampir saja terjatuh membentur tanah.

"Lyra? Lyra!" Chloe menepuk-nepuk pipi Lyra yang tak kunjung sadar. Chloe mulai meneteskan air matanya, "Siapapun... tolong..."

Ervan, Sarah, dan Kazuto yang kebetulan tak jauh dari sana langsung datang dan melihat keadaan tubuh Lyra yang masih didekap Chloe.

"Kumohon..."

***

"Bukan! Oh ayolah, ibu dulu bermain jauh lebih baik dari ini!" Kata Chiaki.

"Diriku sudah semakin tua, kau sadar akan hal itu kan?" Kata Oma Laine yang menyeret sebuah pion catur ke arah Chiaki yang duduk berseberangan dengannya.

Tiba-tiba, sebuah portal terbuka, Oma Laine dan Chiaki sedikit terkejut lalu melihat Leon menengokkan kepala dan setengah badannya keluar dari portal.

"Oma... aku tidak..." Leon dengan basah kuyup, dan mata yang merah langsung membuat Oma Laine menghentikan permainannya.

"Chiaki, biasakan saja. Ingat untuk tidak terlalu membahasnya." Kata Oma Laine lalu Chiaki mengangguk.

Oma Laine memasuki portal, dan portal pun tertutup segera setelah Leon tersenyum kecil pada Chiaki.

"Apa yang terjadi?" Tanya Oma Laine melihat Reine yang terus berusaha menggunakan sihir penyembuhannya pada Lyra.

Sarah menceritakan seluruh kejadiannya, dan Oma Laine mengangguk mengerti.

"Racun ya, racun memiliki berbagai macam jenisnya. Kalau itu hanya racun kecil, Reine seharusnya bisa menyembuhkannya. Tapi dalam keadaan ini, racunnya bukanlah racun biasa." Kata Oma Laine.

"Berikan aku sampel darah Lyra, aku akan mencari tau jenis racun ini." Kata Oma Laine, Reine lalu mengambil setetes darah Lyra.

Reine masih berusaha untuk mengangkat racun yang Lyra ambil dan tiba-tiba saja, Oma Laine membuat sebuah lingkaran sihir di bawah kakinya, dan sebuah gulungan kertas berwujud hologram muncul di depannya. Ia menempelkan darah Lyra, dan beberapa kalimat langsung terbentuk di sana.

"Racun ini, akan sangat fatal akibatnya jika kita tidak memberikan penawarnya dalam 3 hari." Kata Oma Laine. Mereka semua langsung terkejut dan tertegun.

"Lalu... apa yang bisa kita lakukan, Oma?" Tanya Gray masih berusaha untuk tidak menyerah.

"Penawarnya, kita bisa mencari penawarnya. Dan penawarnya, ada di bagian selatan bumi ini. Air mata penguin bercorak putih dan biru." Kata Oma Laine.

Hujan turun makin deras, dan membuat telinga mereka semakin peka terhadap suara-suara kecil yang tersembunyi di balik hujan.

"Oma, aku akan mencarinya." Kata Chloe lalu membuka pintu depan rumahnya.

"Chloe! Apa kau pikir kau bisa sampai disana dengan cepat? Bahkan teleportasi tak akan sampai jarak sejauh itu." Kata Oma Laine.

"Bisa."

Mereka semua menengok pada Kazuto yang dengan mata tajamnya menatap ke luar sana.

"Selatan bumi, kutub? Aku bisa sampai disana dengan cepat." Kazuto keluar menuju teras, dan tiba-tiba, sebuah sayap es yang lebar terbentuk di punggung Kazuto.

"Chloe," Kazuto memberikan tangannya pada Chloe. Dan Chloe menyambut tangan Kazuto.

"Aku akan cepat." Kata Kazuto lalu menggenggam tangan Chloe dan mereka berdua melesat dengan sangat cepat. Oma Laine sedikit menganga melihat Kazuto, 'Sihir Kazuto, tidak seperti sihirnya yang dulu. Dia sudah berkembang sejauh itu?'

Kazuto mendekap tubuh Chloe yang juga mendekapnya erat. Kazuto mempercepat laju terbangnya, "Lyra, bertahanlah sebentar saja."

Dalam beberapa jam di atas langit, mereka berdua sampai di atas langit kutub selatan, dan Kazuto sudah hampir mencapai batasnya.

Ia mendarat pelan, dan Kazuto melapisi Chloe dengan sebuah selubung penetral suhu yang masuk ke tubuh Chloe. Sayap Kazuto pecah menjadi kepingan es, dan Kazuto terjatuh, tak bertenaga lagi.

"Kazuto? Kau baik-baik saja?" Tanya Chloe lalu mengusap punggung Kazuto yang jatuh tengkurap itu.

"Tak... hah... apa... carilah pena... warnya." Kata Kazuto bernafas tak teratur.

Chloe lalu pergi berlari mencari-cari, tapi, sejauh mata memandang, ia hanya melihat tumpukan salju dan es.
Kazuto mencoba kembali berdiri, tapi tenaganya benar-benar terkuras habis. Ia memutuskan untuk duduk sebentar sambil memulihkan tenaganya.

"Bersantai, pangeran?" Sebuah suara mengagetkan Kazuto yang langsung menengokkan kepalanya ke belakang.

CRAT!

Witch and War 2 : The CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang