"Dunia sihir sedang dalam masalah. Orang-orang menjadi gila karena suatu hal. Banyak yang mengatakan kalau kiamat sudah dekat. Tak sedikit dari mereka yang kehilangan anggota keluarganya tanpa alasan." Kata Khanz.
"Suatu perkumpulan sedang memimpin. Perkumpulan yang terdiri dari berbagai macam orang dan berbagai macam sihir yang juga tidak dipergunakan untuk hal baik."
"Dan pada intinya, aku ingin kalian untuk memecahkan masalah di dunia sihir kembali." Kata Khanz.
Mereka berenam saling bertatapan dan tersenyum gembira.
"Tentu saja! Sudah lama sekali aku menahan kekuatanku!" Kata Lyra dan Kazuto bersemangat.
"Ini semua akan menjadi cerita yang bagus." Kata Chloe.
Khanz tersenyum dan mengucapkan terima kasih berkali-kali.
***
"Siap?" Tanya Khanz yang telah membuka portal menuju dunia sihir.
Yang lain saling berpandangan dan mengangguk bersamaan. Mereka lalu memasuki portal bersama dan portal itupun tertutup setelah mereka semua masuk ke dalamnya.
Di dunia sihir, tepatnya di depan rumah Oma Laine, sebuah portal terbuka dan ketujuh orang yang baru saja memasuki portal tadi langsung terlempar keluar dari dalam portal.
"Eghh, perutku tetap saja tak tahan dengan sensasi portal itu." Kata Gray memegangi perutnya sesaat.
Zrrss...
"Hujan?" Lyra memandang ke langit, begitu juga dengan yang lainnya. Dunua sihir memiliki beberapa musim, dan hujan merupakan hal terjarang yang ada di dunia sihir.
"Ya. 2 hari berturut-turut. Hujan, merupakan pertanda buruk bagi dunia sihir." Kata Khanz.
"Pantas saja udaranya tidak menyenangkan." Jawab Lyra berlari menuju teras rumah dan mengeringkan tubuhnya yang sedikit basah.
Mereka lalu masuk ke dalam rumah dan bertemu kembali dengan Oma Laine. Berbagai ucapan rindu dan sayang keluar dari mulut wanita paruh baya itu, dan cucu-cucunya memeluknya dengan sangat erat. Hampir lebih dari 1 tahun, mereka sudah tidak saling bertemu. Kalaupun bertemu, itu pasti tidak lama. Oma Laine merupakan salah satu Dewan Kerajaan Sihir saat ini. Sebuah komunitas untuk menegakkan keadilan.
Dan begitu hari sudah malam, hujan masih terus berlanjut. Mereka memutuskan untuk memasak hidangan hangat dan berkuah saat itu. Itu adalah hari tenang mereka di dunia sihir. Tak ada pertarungan, musuh dengan sihir yang aneh, ataupun perdebatan bodoh yang mereka mulai sendiri.
Dan mereka juga banyak menanyakan tentang rumah Oma Laine yang banyak diperbarui. Mulai dari meluasnya rumah, berbagai pohon baru yang berwarna-warni, dan ruangan bawah tanah pribadi.
Dan kini, mereka berenam memiliki kamar masing-masing di rumah Oma Laine. Tetapi, walaupun begitu, sebetulnya mereka berenam memilih untuk tidur seperti dulu. Mereka berkata akan tidur sendiri jika mereka memang sedang ingin.
Dan Oma Laine juga memperbolehkan mereka menggunakan ruangan bawah tanah untuk keperluan mereka masing-masing.
***
"Kalian berkelilinglah, tidak baik untuk berdiam diri saja di rumah." Kata Oma Laine kepada cucu-cucunya.
"Aku sudah mempersiapkan mantel untuk kalian. Bisakah kalian berkeliling dan mengadakan sedikit patroli." Kata Khanz.
Dan oleh karena perintah itu, Kazuto, Gray, dan Lyra, lalu Leon, Reine, dan Chloe berangkat menjadi dua kelompok. Kazuto menuju arah barat kota, dan Leon menuju arah timur kota. Walau hujan masih turun tanpa henti, mereka juga tak akan berhenti, lagipula sudah ada mantel yang melindungi mereka dari basah.
Mereka mulai berjalan. Orang-orang jarang keluar saat sedang hujan, sebagian besar menghindari kejadian buruk, dan sebagian memang tidak mau basah.
Cplak! Cplak!
Suara sepatu yang menghantam genangan air, hanya suara itu dan hujan deras saja yang mengiringi Kazuto, Lyra, dan Gray berjalan menuju arah barat kota. Mereka juga melewati mall yang sempat menjadi sebuah labirin oleh pertarungan Kazuto dan Gray melawan pasukan Kerajaan Drean.
"Hampir tak ada tanda-tanda seorangpun disini." Kata Lyra menahan angin dingin yang menerpa kulitnya.
"Mantelnya hanya bisa menahan hujan, tapi tak bisa menahan angin. Aku membeku disini." Kata Gray dengan uap beku yang keluar dari mulutnya saat ia berbicara.
"Aku tak merasa dingin sedikitpun." Kata Kazuto tersenyum jahil. Lyra dan Gray menatap Kazuto sinis.
"Gray, bakar saja dia." Kata Lyra dan Gray langsung memunculkan bola api di tangannya.
"Hahaha! Bercanda bercanda! Jangan dianggap serius! Kalian makin tua makin galak saja." Kazuto tertawa kecil dan kembali berjalan.
"Tapi benar-benar, ini seperti kota mati. Hampir tak ada seorangpun yang berani keluar dari kediaman mereka."
"Apa itu juga artinya, selama 3 hari berturut-turut, matahari tak bersinar di dunia sihir?" Kata Gray.
Kazuto lalu membuka tudung mantel yang daritadi menutupi kepalanya, dan membiarkan wajah dan kepalanya basah oleh air hujan. Sebuah senyuman terukir di bibirnya. Matanya menutup, seperti menikmati hujan.
"Oi, Kazuto! Kau akan terkena demam nanti!" Kata Lyra sedikit membentak.
"Oh ayolah, aku kan tahan terhadap dingin. Lagipula, sudah sangat lama, aku tak merasakan hujan seperti ini." Kata Kazuto.
"Benar, memang sudah lama hujan tak membasahiku." Kata Gray.
"Aku tak ta--" Ucapan Kazuto terpotong, Lyra menutup mulut Kazuto dan menaruh jari telunjuknya di depan bibir.
"Udaranya berubah."
Telinga Kazuto bergerak-gerak, "Ada yang datang."
"Penduduk?" Tanya Gray.
Lyra terdiam dan menggeleng kecil, "Udaranya memancarkan aura sihir yang kuat."
"Siapa? Di tengah-tengah hujan begini?" Kata Kazuto menajamkan matanya.
Mereka bertiga menunggu, dan suara itu semakin dekat. Gray menempelkan telinganya ke arah dinding sebuah rumah dan merasakan getaran tanah juga mendengar suara yang datang.
Kazuto menerbangkan beberapa bunga es sebagai perlindungan diri. Dan Lyra berkonsentrasi merasakan udara yang bergerak dengan tidak wajar.
Keheningan selama beberapa menit terjadi, dan Lyra menghela nafasnya, "Dia pergi."
Gray membuat sebuah bola api yang di atas bola itu, sebuah dinding es terbentuk agar hujan tak memadamkan api itu.
"Tetap saja, aku tak dapat melihat apapun." Kata Lyra.
Sementara itu, di atas atap sebuah rumah, berdiri seseorang yang memegang teropong dan memakai sebuah mantel.
"Hebat juga mereka, bisa menyadari keberadaanku." Kata orang itu.
Dari teropongnya, ia melihat Gray yang membuat semakin banyak bola api sebagai penerangan mereka. Dan Kazuto, dengan tiba-tiba menengok ke arah atap orang itu berdiri.
"Oops! Hampir ketahuan." Orang itu dengan cepat dan tiba-tiba berpindah tempat menuju bagian lain atap itu.
"Kalau begitu, serangan tiba-tiba mungkin lebih baik untuk mereka." Orang itu menyeringai dan membuka tudungnya, memperlihatkan seorang pria yang memiliki bekas luka di pipinya, mata yang sipit dan hidung yang mancung.
"Waktunya berburu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Witch and War 2 : The Cursed
FantasyPara penyihir berpikir bahwa, jika E.N.D. telah berakhir, tak akan ada lagi masalah di dunia sihir. Salah besar. Mereka tak melihat apa yang ada di depan mereka saat ini. Mereka tak memikirkan dan mempersiapkan segalanya dengan matang. Sebuah perku...