Kraush!
Kazuto mengunyah apel merah yang Omanya berikan. Matanya mengikuti Leon yang berjalan kesana kemari mengitari ruangan Kazuto dan ruang tamu di kamar rumah sakit bernomor 210 itu. Kazuto sesekali tersenyum cekikikan melihat Leon.
"Kau ngapain?" Tanya Kazuto setelah menelan apelnya.
"Bosan." Jawab Leon singkat.
Kazuto mengambil sebuah apel lagi dan juga sebuah pisau lalu melemparkan apel itu pada Leon, juga menyodorkan pisaunya.
"Kupaskan!" Kazuto tertawa kecil dan Gray yang baru saja masuk ke kamar Kazuto langsung tersenyum tipis.
Leon hanya mendengus kecil lalu mengupaskan apel itu.
"Nah, bagaimana keadaanmu?" Tanya Gray menaruh sebuah tas kecil di meja sebelah ranjang Kazuto.
"Membaik. Tak separah kemarin." Kata Kazuto.
"Matamu?" Tanya Gray.
"Hm, kata dokter, ini tidak bisa disembuhkan lagi dengan mudah. Sayatannya terlalu dalam dan merusak sel-sel didalamnya." Kata Kazuto.
"Mana yang lain?" Tanya Kazuto sambil membuka tas yang Gray bawa tadi.
"Tadi sedang membersihkan rumah. Debunya banyak sekali." Kata Gray duduk di sofa dan melepas jaketnya.
"Ya kalau begitu, kurasa aku akan membersihkan diri dulu." Kazuto beranjak dari ranjangnya lalu pergi ke kamar mandi dengan membawa tas tadi.
"Butuh bantuan?" Tanya Leon.
"Darimu? Tidak, aku sudah cukup melihatmu telanjang, dan kini aku tak mau mempermalukan diriku." Kata Kazuto.
Cklik!
Suara pintu terkunci terdengar, Gray dan Leon saling memandang.
"Bukankah dia sehat?" Kata Gray.
"Dia menikmati ini." Jawab Leon sambil membuang kulit apel yang tadi ia kupas.
***
Ervan dan Sarah berdiri di tengah ruangan. Frost duduk di kursinya sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di meja. Mukanya terlihat sedikit marah. Mata Sarah berubah menjadi berwarna hijau terang dan kembali lagi menjadi biru.
Ervan melihatnya dan menghela nafas. Sarah menggeleng kecil.
"Jadi, kenapa aku panggil kalian kesini? Untuk saat ini, seperti biasa kita akan mencari bahan yang diperlukan. Mengerti? Aku sudah memberikan peta lokasinya pada Gian." Kata Frost berpangku dagu pada tangannya.
"Ya, Tuanku." Mereka berdua membungkuk lalu pergi meninggalkan ruangan Frost.
Ervan dan Sarah mempercepat langkahnya.
"Sedikit." Sarah berkata.
"Apa?" Ervan menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Sarah.
"Aku membaca sebuah kata dan mencoba merangkainya." Kata Sarah kembali berjalan.
***
Crsss..
Air hangat membasahi tubuh Kazuto. Ia terdiam di bawah pancuran air itu sudah hampir 15 menit lamanya. Ia mengusap-usap lengan kirinya yang terukir dengan garis hitam yang melintasi seluruh tangan kirinya. Ia mematikan kran airnya, lalu mengambil handuk.
Kazuto keluar dari kamar mandi mengenakan sebuah kaos putih dan celana pendek. Gray dan Leon memandangnya. Handuk Kazuto masih tergantung di kepalanya mengeringkan rambutnya.
Kazuto terdiam sambil membalas pandang Leon dan Gray yang kini saling berpandangan.
Kazuto menaikkan kedua pundaknya, "Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Witch and War 2 : The Cursed
FantasiPara penyihir berpikir bahwa, jika E.N.D. telah berakhir, tak akan ada lagi masalah di dunia sihir. Salah besar. Mereka tak melihat apa yang ada di depan mereka saat ini. Mereka tak memikirkan dan mempersiapkan segalanya dengan matang. Sebuah perku...