10. Returns

646 66 4
                                    

"Deep dre-"

Sarah menghentikan Kazuto dan mengendalikan pikirannya tepat sebelum Kazuto kehilangan kendalinya. Sarah bernafas tak teratur, ia terdengar berlari dari suara sepatunya tadi. Ervan bernafas lega kembali, dan Leon masih tetap siaga dan memundurkan langkahnya.

"Oh tidak tidak. Aku tak ingin... fuh, melukaimu. Tadi itu menegangkan." Kata Ervan mengelus-elus dadanya.

Kazuto terjatuh dan tertidur, tubuhnya yang sebenarnya sangat lemah terlihat sungguh tak berdaya. Leon yang melihatnya merasa sangat iba dan segera menggendongnya.

"Dengar, aku juga merasa kasihan padanya. Tapi, Tuan Frost kurasa tak akan memberikan Kazuto semudah itu padamu." Kata Sarah begitu Leon hendak membawa Kazuto pergi.

Leon tak bergeming, ia tetap menyeret Kazuto dan masuk ke dalam lubang tikusnya. Ervan dan Sarah menghela nafas.

"Sarah, apa masih belum bisa?" Tanya Ervan menatap Sarah dengan serius.

Sarah menggelengkan kepalanya, "Ia tetap mengunci isi pikirannya."

"Sampai kapan?" Kata Ervan menyilangkan tangannya di depan dada.

"Entahlah, tapi setiap orang akan selalu membuka pikirannya cepat atau lambat." Kata Sarah.

"Ya, 2 tahun kita sudah berdiri di sini." Ervan memejamkan matanya, mengingat memori-memori kelam masa lalunya.

"Aku harap, ia tidak seperti yang kita duga." Kata Sarah, Ervan menganggukkan kepalanya seraya berjalan keluar menaiki tangga.

***

Mereka berenam pergi dengan membawa Kazuto dan Oma Laine sudah memasangkan suatu penghalang deteksi di luar gedung Frost.

Begitu mereka sampai di rumah, Leon langsung membaringkan Kazuto di sofa dan Reine menyembuhkannya. Detak jantung Kazuto masih sangat lemah, dan nafasnya terlihat sangat berat. Luka-luka Kazuto sudah mulai menutup, dan mata kirinya yang terluka sudah tak bisa melihat kembali. Sayatannya sangat dalam dan Reine tak bisa menyembuhkan sepenuhnya.

Kazuto perlahan sudah membuka matanya, memperlihatkan iris matanya yang berwarna sangat terang. Tapi tiba-tiba, dari sisi kanan mulut Kazuto, keluar darah dan Kazuto bernafas dengan sangat berat.

Mereka langsung panik, dan Oma menyarankan untuk membawa Kazuto ke rumah sakit yang ada.

"Ini bukanlah hal yang bisa kita tangani. Rumah sakit memiliki kemampuan untuk menyembuhkan sihir abnormal." Oma Laine menjelaskan sambil membawa Kazuto masuk ke dalam mobilnya.

Oma Laine, Chloe, dan Leon lalu pergi meninggalkan mereka yang tersisa di rumah Oma Laine.

Kazuto langsung di bawa ke dalam ruang darurat dan ditangani oleh ahli medis yang sudah berjaga di sana. Kazuto disembuhkan secara lanjut dan dibawa ke dalam ruang yang bertuliskan 'MEDIS D4'.

Chloe dan Leon menengok dari luar pintu kaca. Kazuto ditidurkan di tengah ruangan. Dan seorang dokter berdiri di ujung kaki Kazuto. Tangannya dibuka lebar, dan mulutnya mengucapkan kata-kata. Tiba-tiba, huruf-huruf dari berbagai macam bahasa keluar dari lantai dan terbang mengelilingi seluruh ruangan.

Kazuto sedikit mengerang, huruf-huruf itu membentuk lingkaran sihir di bawah tubuh Kazuto. Dan sinar berwarna merah bersinar tinggi mengurung Kazuto.

Chloe mengusap-usap lengannya menahan tangis. Sedangkan Leon hanya bisa memeluk Chloe dan menahan Chloe agar tidak terjatuh.

***

Gray membuka kulkas dan mengambil segelas air minum.  Ia membuka jendela dapur dan menengokkan kepalanya ke luar. Anginnya menyejukkan, terdapat beberapa kupu-kupu yang beterbangan. Tapi, awan gelap berjalan mendekati lingkungannya.

Dan tak lama setelah Gray memasukkan kembali kepalanya, hujan turun dengan cukup deras. Lyra turun dari lantai atas dan sebuah burung merpati turun menuju jendela dan hinggap tepat di luar kaca jendela. Lyra membuka kaca jendela dan burung itu hinggap di pundak Lyra. Paruhnya mendekati telinga Lyra dan membisikkan sesuatu.

Dan begitu selesai, burung itu terbang kembali keluar menerjang derasnya hujan.

"Apa itu?" Tanya Gray yang daritadi memperhatikan Lyra.

Reine yang melihat dari sofa memiliki muka yang juga penasaran.

"Mata-mata kerajaan. Orang-orang Frost sedang menyiapkan sesuatu, sesuatu yang besar." Kata Lyra menirukan bisikan yang tadi ia dengar.

"Berbagai hal tidak baik mulai menguji kita... lagi." Kata Reine.

"Aku harap Kazuto baik-baik saja." Kata Gray.

Hujan turun makin deras dan airnya menggenangi halaman rumah Oma Laine.

***

Oma Laine dan Leon terduduk di sofa ruangan Kazuto dirawat. Dan Chloe duduk di kursi yang ia tarik ke sebelah kasur Kazuto dan mengusap-usap tangan Kazuto dengan lembut. Matanya menunjukkan kesedihan yang mendalam.

Dan pada malam hari, Oma Laine dan Leon kembali ke rumah. Sedangkan Chloe bersikeras untuk diam di ruangan Kazuto dan menungguinya. Walaupun berat hati, Oma Laine menyetujuinya.

Chloe menidurkan kepalanya di sisi ranjang Kazuto sambil memegangi tangannya dibawah sinar bulan yang sangat terang menerangi gelapnya ruangan Kazuto. Dan Kazuto, tersadar sedikit dan mulai membuka matanya. Ia melihat Chloe di sebelah kanan ranjangnya, dan Kazuto tersenyum tipis. Ia duduk dan menegakkan tubuhnya.

"Aku tau yang mana yang akan kupercayai." Gumam Kazuto kecil sambil mengusap kepala Chloe.

Chloe yang masih terjaga lalu menegakkan kembali kepalanya dan menatap Kazuto dalam-dalam. Mata Chloe berkaca-kaca. Dan ia langsung mendekap Kazuto dengan sangat erat.

Kazuto terpejam, kehangatan dari Chloe sangat membuatnya nyaman. Chloe sedikit terisak, dan Kazuto membalas pelukan Chloe.

"Kazuto! Maafkan aku! Maafkan aku! Maaf! Maaf!" Chloe tak henti-hentinya mengucapkan maaf pada Kazuto.

Kazuto mengusap punggung Chloe dan mengangguk kecil.

"Chloe?" Kazuto melepas pelukan Chloe dan Chloe menatap Kazuto dalam.

"Kau tau? Aku... menjatuhkan perasaanku padamu." Kata Kazuto membalas tatapan Chloe dengan tegas.

Chloe memerah, tubuhnya terasa seakan ingin terjatuh. Jantungnya berdegup dengan kencang. Ia tersenyum dengan sangat tulus.

"Kazuto, aku juga, padamu." Kata Chloe. Kazuto tersenyum dengan sangat manis.

Tangan mereka saling menggenggam, dan wajah mereka semakin mendekat. Mereka bisa saling merasakan hembusan nafas masing-masing dengan jarak dari wajah mereka yang hanya beberapa centimeter. Bibir Kazuto perlahan bersentuhan dengan bibir Chloe. Ini merupakan suatu momen yang tak akan mereka lupakan seumur hidup mereka.

Chloe merasakan perasaannya sangat senang, juga nyaman. Begitu juga dengan Kazuto yang terlihat begitu hangat.

Mereka tertidur dengan Chloe yang tertidur di sisi ranjang menggenggam erat lengan Kazuto, dan Kazuto meletakkan tangannya di atas kepala Chloe, sesekali mengusapnya.

***

Matahari mulai menampakkan dirinya. Dan Chloe terbangun, wajahnya memerah seperti tomat dan asap mengepul dari kepalanya jika ia mengingat kembali apa yang ia lakukan kemarin malam dengan Kazuto. Ia menampar pipinya sendiri dan sesekali menghela nafas.

Kazuto lalu terbangun dan Chloe menengoknya.

"Maaf, apa aku membangunkanmu?" Chloe membawakan Kazuto segelas air.

"Mm-hm." Kazuto meneguk air yang Chloe berikan.

"Sedikit." Sambung Kazuto dan Chloe tertawa kecil.

Tok! Tok!

"Chloe!" Gray datang mengetuk pintu bersama Reine, Lyra, Leon, dan juga Oma Laine.

Mereka langsung memeluk Kazuto yang sudah sadar dan sebanyak mungkin meminta maaf pada Kazuto.

Kazuto tertawa, ia kembali merasakan kehangatan di keluarganya ini.

'Ini yang terbaik.'

Witch and War 2 : The CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang