8. Decisions

679 64 5
                                    

"Lyra!" Kazuto memeluk tubuh Lyra dengan sangat erat, lalu melepasnya dan memandang Lyra dengan wajah yang sangat bahagia. Tapi senyum Kazuto redup begitu melihat Lyra malah terlihat bingung.

"Maaf, anda siapa?" Kata Lyra.

Kazuto terkejut, "Ini aku, Kazuto. Masa kau tak mengingatku?"

"Lyra? Siapa di depan?" Reine datang masih mengenakan apron dan juga terlihat bingung.

"Astaga, apa kau tak apa? Kau terlihat terluka parah! Sini kubantu kau." Reine lalu mempersilahkan Kazuto masuk dan menyuruhnya duduk di sofa.

"Tahan sedikit ya. Siapa namamu tadi?" Kata Reine sambil mengompres luka Kazuto.

Kazuto menatap Reine dengan tatapan kecewa juga takut, "Kak, kau tak mengenaliku?"

Reine melanjutkan teknik penyembuhannya dan luka-luka Kazuto terlihat membaik dan tulang Kazuto yang remuk sudah Reine balut.

"Maaf, tapi aku tak merasa pernah mengenalmu." Kata Reine.

"Ah, apa Chloe, Gray, dan Oma Laine ada di rumah?" Kata Kazuto.

Reine terlihat sangat terkejut, "Darimana kau tau nama kami semua?" Reine berdiri dan Kazuto pun ikut berdiri.

"Kalian tidak mengenalku?" Kazuto mulai berkaca-kaca.

Gray turun dari lantai atas dan langsung bertatapan dengan Kazuto. Tatapannya sinis dan terlihat acuh. Kazuto menunduk.

"Maafkan aku. Sepertinya aku salah alamat. Terima kasih untuk semuanya." Kazuto lalu pergi meninggalkan rumah dan Reine yang masih terlihat bingung.

Dari jendela atas, Sarah menatap punggung Kazuto yang berjalan menjauh sambil tersenyum jahat.

Kazuto terus berjalan tanpa henti, dan ia sampai di sebuah taman dan duduk di bawah sebuah pohon yang besar. Kazuto menjatuhkan tubuhnya dan terbaring di atas rumput-rumput yang kasar sekaligus hangat. Ia menutup kedua matanya dengan lengan kanannya.

Kazuto menangis. Ini pertama kalinya ia menangis dengan sangat sedih setelah kepergian Vianna. Belum pernah terlihat sisi Kazuto yang begitu lemah dan rapuh. Taman itu masih sepi dan hampir tak ada orang yang mengelilinginya. Kazuto terus menangis tanpa henti, menyembunyikan air matanya dengan tangannya. Menahan isak yang keluar.

Aura dingin keluar dari tubuh Kazuto, dan tak terasa, rumput yang ada disekitarnya membeku dan hancur.

Kazuto membuka matanya, dan Frost sudah berdiri di depannya dan mencengkram wajah Kazuto.

***

Sarah berlari bersama Ervan kembali menuju tempat mereka, gedung milik Frost. Lyra, Gray, Chloe, Leon, Reine, dan Oma Laine sebelumnya telah terkena manipulasi pikiran dari Sarah. Hingga mereka tak lagi mengenali Kazuto sedikitpun.

Di ruang bawah tanah, Kazuto kembali terikat dengan rantai anti sihir milik Frost. Dan kali ini, Kazuto diikat dari tangan dan kakinya. Frost membawa sebuah cambuk dan pedang bersamanya. Lalu mencambuk tubuh Kazuto dengan sangat keras hingga terluka berkali-kali. Tapi Kazuto terdiam, menahan rasa sakit.

"Kenapa kau melarikan diri?" Tanya Frost sambil terus memukul Kazuto.

"Kenapa mereka tak mengenaliku?" Kata Kazuto menatap Frost dengan tajam.

Frost menghentikan amukannya, lalu menghela nafas.

CRAT!

Pedang milik Frost menyayat mata kiri Kazuto dan Kazuto berteriak dengan sangat kencang sambil menggeliat tetapi rantai masih menahannya.

"Kau pikir pada siapa kau bertanya, hah?" Frost mendekatkan wajahnya pada wajah Kazuto dan menatap Kazuto dengan tatapan yang sangat serius dan kejam.

Kazuto masih berteriak kesakitan, ia tak bisa lagi membuka mata kirinya. Sayatannya yang melintang dari pipinya hingga atas alis kirinya. Darah mengucur dari sayatan juga dari luka cambukan yang Frost lakukan padanya tadi.

Frost terlihat sangat kesal, ia lalu pergi meninggalkan Kazuto sendirian.

Dan tak lama kemudian, Sarah datang membawa handuk basah juga sebuah pembersih luka.

"Aduh, aku berani taruhan itu terasa sangat menyakitkan." Sarah mengambil pembersih lukanya dan mulai membersihkan luka di tubuh  Kazuto.

"Aku tak ingin kau terinfeksi dan malah terbunuh gara-gara luka ini. Jangan salah sangka." Kata Sarah.

Sarah perlahan membersihkan darah dan luka Kazuto. Lalu membalut mata kiri Kazuto dengan perban panjang dan mengikatnya.

"Kuperingatkan kau. Jangan lakukan yang aneh-aneh. Tuanku saat ini sedang kesal dan kau menggandakan kekesalannya dengan pergi tiba-tiba." Sarah lalu nenyandarkan punggungnya pada dinding di sebelah pintu, "Kau mau bercerita apa yang terjadi? Kenapa kau tidak pulang ke rumahmu?" Sarah mencoba menjadi orang yang bisa menenangkan Kazuto.

Pada awalnya Kazuto terdiam tak mengeluarkan satu suara. Tapi begitu Sarah hendak pergi dan membawa handuknya, Kazuto membuka mulutnya.

"Mereka, tak mengenaliku." Kata Kazuto menundukkan kepalanya, Sarah kembali mengalihkan pandangannya dan menatap Kazuto.

"Tak mengenalimu? Maksudmu bagaimana?" Kata Sarah. Dan Kazuto mulai menceritakan bagaimana awal ia bertemu dengan Lyra yang menatapnya bingung hingga ia berjalan di taman.

"Ah, maafkan aku. Kazuto, mungkin aku seharusnya tak menceritakan ini. Tapi, kurasa kau berhak mengetahui yang sebenarnya." Kata Sarah dan Kazuto menatapnya dengan tatapannya yang biasa, ramah dan lembut, sedikit merasa sedih.

"Jadi... sebenarnya, temanmu dan Omamu itu, sudah mengetahui tentang suatu ramalan bahwa kau akan kami bawa kesini. Dan begitu mereka mendengarnya, Oma Lainemu, segera datang kemari dan mengancam Tuan Frost." Kata Sarah dan Kazuto masih mendengarkan.

"Tapi, Tuan Frost sebaliknya membuat suatu perjanjian dengan Omamu. Dan entah bagaimana caranya, Oma Lainemu setuju dengan perjanjian itu. Aku tak tau apa yang dijanjikan. Tapi, asal kau tau," Sarah menatap Kazuto dengan tatapan tajamnya.

"Omamu, juga teman-temanmu sudah menyetujui pada Tuan Frost bahwa kau bisa kami culik dan kami kurung di tempat ini."

Kazuto, seperti tersambar petir, seketika itu juga merasa sangat terkejut dan kecewa.

"Maafkan aku. Kami semua sudah bekerja sama dan menyusun rencana bagaimana kami akan menculikmu agar mereka semua, temanmu tidak terlihat kalau mereka sebenarnya sudah rela menyerahkan dirimu pada Tuan Frost. Dan mungkin, mereka bertindak tidak mengenalmu karena mereka sudah terikat dengan perjanjian dengan Tuan Frost." Sarah menatap Kazuto dengan iba.

"Mungkin kau merasa, kalau kata-kataku ini bukanlah yang sebenarnya. Mungkin kau merasa bahwa aku hanya bersandiwara. Tapi aku berani bersumpah bahwa itulah yang sedang terjadi." Kata Sarah.

Perasaan Kazuto tidak beraturan. Kesal, kecewa, marah, bingung, kaget, semua bercampur menjadi satu. Ia terlihat sangat lemas dan hampir terjatuh jika rantai-rantai itu tidak mengikatnya. Sarah lalu keluar dan menutup pintu, tersenyum kecil.

"Tak mungkin kan? Chloe, Gray, kalian tak mungkin akan melakukan itu, ya kan? Tak... mungkin... sial!" Kazuto tertidur dengan perasaan yang tidak tenang dan hancur.

***

Chloe terbangun di atas atap, panas matahari membuat tubuhnya berkeringat. Dan Leon berada di sampingnya masih tertidur.

Gray terbangun di dekat meja makan, begitu juga dengan Lyra dan Reine. Mereka saling menatap satu sama lain. Mereka kebingungan dengan apa yang terjadi. Semua yang mereka ingat adalah, Sarah memasuki rumahnya dan merusak acara bangun tidur mereka. Dan mereka memiliki satu mimpi yang sama.

Kematian Kazuto.

Witch and War 2 : The CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang