12. Home

615 52 3
                                    

"UWAA!!" Gray terbangun dari tidurnya dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya. Ia memandangi sekitarnya, ruangan yang bersih dengan beberapa motif unik di dindingnya, suhu yang cukup dingin dan membuatnya nyaman. Ini ruangan rumah sakit Kazuto.

Gray lalu menengok ke arah ranjang dan Kazuto mengusap-usap rambutnya. Lampunya yang sudah dimatikan dan jam yang  menunjukkan pukul 1 tengah malam, membuat Gray bernafas semakin tenang.

"Gray? Kau kenapa? Ini masih malam dan kau ribut sekali!" Kata Kazuto menegakkan tubuhnya sambil menguap sesekali. Rambutnya yang berwarna biru tua dan acak-acakan membuat perasaan Gray lebih tenang.

Kazuto menatap Gray dengan bingung, air mata mengalir melalui pipi Gray dan terus mengalir. Kazuto terkesiap, "Gray?"

Gray menggenggam celananya dengan erat. Ia terisak, dan Kazuto semakin bingung dibuatnya. Kazuto lalu turun dari ranjang dan menyentuh pundak temannya itu. Gray memenundukkan kepalanya dengan tangannya yang menutupi wajahnya. Kazuto tanpa pikir panjang langsung menarik Gray dan memeluknya pelan.

"Mimpi buruk?" Tanya Kazuto yang  bisa merasakan anggukan Gray yang bertopang pada pundaknya.

"Kau tertidur dari tadi sore. Jadi Oma membiarkanmu di sini. Katanya, kasian kalau kau dibangunkan. Lagipula, kau bisa menjagaku disini. Mau ceritakan mimpinya?" Kata Kazuto setelah Gray lebih tenang.

Kazuto lalu melepaskan pelukannya dan duduk disamping Gray.

"Chloe dimana?" Tanya Gray masih sedikit terisak.

"Chloe tadi datang. Dan pulang bersama yang lain sekitar jam 11 malam tadi. Kau memimpikan Chloe?" Tanya Kazuto. Gray lalu termenung dan tidak menjawab Kazuto.

"Hei, Chloe tak apa-apa! Tak perlu mengkhawatirkannya, lagipula siapa sih yang bisa mengganggu ratu petir itu?" Kata Kazuto tertawa kecil.

Gray tersenyum sedikit, tapi di dalam hatinya, ia hanya bisa berkata kecil, 'Kazuto, justru kau yang harus dikhawatirkan.'

Kazuto lalu beranjak dan kembali ke ranjangnya, "Jangan sampai kau membangunkan orang sakit di kamar sebelah. Kita akan mendapat tambahan tagihan nanti. Tidurlah yang tenang."

Kazuto tertawa kecil lalu kembali menarik selimutnya, dan dalam sekejap, matanya sudah tertutup dan wajahnya sangat damai.

Gray menidurkan kepalanya kembali, berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja. Pikirannya masih cukup tak karuan. Mimpinya terlihat begitu nyata. Adegan itu, adegan yang memperlihatkan Kazuto yang perlahan terjatuh sangat teringat jelas dalam memori Gray.

***

"Sip!" Kazuto mengetuk-ketukkan kakinya dan sepatu yang ia pakai menimbulkan suara ketukan kecil.

Kazuto sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, dan ia dengan senang hati menyetujuinya. Kazuto berjalan sambil berpegangan tangan dengan Chloe menuruni tangga dan bertemu dengan Leon yang masih berbincang dengan resepsionis. Dan tak lama, mereka lalu menaiki mobil Oma dan melaju kencang menuju rumahnya.

Begitu Kazuto sampai di rumah Oma, ia sesegera mungkin menghirup udara segar dan berlari-lari seperti anak kecil di halaman Oma Laine. Yang lain hanya tertawa kecil melihat tingkah Kazuto yang kekanakkan.

"Kazuto! Ayo! Hari ini panas sekali!" Kata Lyra sambil membawa beberapa barang masuk ke dalam rumah. Kazuto dengan sebuah anggukan mengikuti Lyra masuk ke dalam rumah.

Kazuto menginjakkan kakinya lagi di dalam rumah Oma Laine, dan mulutnya berkata kecil, "Aku kembali."

Kazuto memasuki kamarnya, dan mengambil sebuah baju ganti lalu segera mengganti bajunya dengan baju kaos tak berlengan dan menatap dirinya sendiri di cermin. Ia tersenyum kecil dan Leon tiba-tiba membuka pintu.

"Ah, Sang Pangeran sedang membenahi wajahnya." Kata Leon tersenyum geli.

"Hahaha, lucu sekali, Leon." Kazuto tertawa bosan dan menengok kembali dirinya di cermin. Ia mengangkat rambutnya dan mengacak-acaknya. Rambutnya yang cukup panjang dan teracak sukses membuat wajahnya menjadi cukup aneh.

"Kenapa?" Tanya Leon memandangi Kazuto yang daritadi tidak puas dengan penampilannya.

"Tidak, hanya saja, aku seperti melihat orang lain di cermin ini." Kata Kazuto memelototkan matanya dan memandangi matanya sendiri.

"Rambutmu, matamu, dan tanda hitam itu. Kurasa kau memang terlihat seperti orang lain." Kata Leon.

Kazuto lalu berjalan menuju kasurnya dan menghempaskan tubuhnya, "Tuh, kan!"

"Ya walaupun begitu, kau tetap menjadi Kazuto yang selalu kuingat." Kata Reine masuk ke dalam kamar lalu duduk di sebelah Kazuto. Leon terlihat sedikit kaget begitu mendengar suara Reine yang memasuki kamarnya.

"Ayo bangun! Aku akan memperbaiki penampilanmu!" Kata Reine sambil menarik lengan Kazuto.

"Oh? Kak Reine bisa?" Tanya Leon.

"Hehe. Begini-begini, aku merupakan salah satu murid terpopuler di kampus dulu. Tak ada yang meremehkan kemampuan berpakaianku." Kata Reine membanggakan dirinya.

"Benarkah? Kalau begitu, kita ke mall! Aku bosan melihat bajuku yang hampir tak pernah kuganti." Kata Leon bersemangat.

"Mall?" Chloe dan Lyra menengok dari balik pintu kamar lalu merekahkan senyum.

"Ayooo!!" Gray berteriak dari luar jendela sambil tersenyum kecil.

***

Dan setelah mereka semua mendapat ijin dari Oma Laine, dan Reine melaju dengan mobil Oma Laine menuju mall yang terkenal di kota itu. Dan begitu mereka sampai di mall tersebut, Gray dan Kazuto saling  memandang satu sama lain dan tertawa terbahak-bahak.

Mereka teringat dengan kejadian yang menimpa mereka pada malam Gray ulang tahun. Bukan kejadian yang menyenangkan, tapi susah dilupakan. Mereka lalu masuk ke dalam mall, dan berpencar mencari apa yang mereka mau. Reine, Chloe, dan Lyra melihat-lihat di tempat pakaian. Gray mengelilingi tempat aksesoris, Kazuto dan Leon melihat berbagai jenis baju.

Dan begitu mereka sampai pada pilihannya masing-masing, mereka membayar apa yang mereka beli.

"Gray!"

"Hm?" Gray menengok ke arah Kazuto yang melambaikan tangan padanya dari kejauhan. Tangan Kazuto mengisyaratkan agar Gray menghampirinya.

"Ayo, semua sudah menunggu!" Kata Kazuto sambil menarik tangan Gray yang sedang memegang tas belanjaan mereka semua.

Kazuto dan Gray masuk ke sebuah salon, lalu duduk di tempat yang kosong. Leon dan Lyra sedang mencari makan di kafetaria, Chloe juga sedang menata rambutnya, begitu pula dengan Reine.

Seorang pegawai mendatangi mereka berdua, "Halo, apa yang bisa saya bantu?"

"Bisa rapikan rambutku?" Kata Kazuto dan pegawai itu mengangguk sembari berkata, "Tentu saja."

"Pesananku sama." Kata Gray memegangi rambutnya yang sudah sangat panjang.

"Dimengerti, mohon ditunggu sebentar." Pegawai itu lalu pergi dan datang membawa sebuah gunting dan sisir.

***

"Bahagia sekali." Frost menggumam kecil sambil melihat ke sebuah bola kaca yang menampilkan wajah Kazuto dan Gray.

"Nah, kepada kalian bertiga, kuberi kalian ijin untuk melakukan apapun yang kalian mau. Tapi, jangan membunuhnya." Kata Frost kepada ketiga orang yang berdiri di depan mejanya dan kini tengah tersenyum lebar.

Ketiga orang tersebut lalu melangkah keluar dari ruangan Frost, juga meninggalkan Sarah dan Ervan yang sedari tadi berdiri di pojok ruangan, mereka lalu melangkah mendekati Frost.

"Nah, mari kita saksikan keseruan ini!" Frost melebarkan tangannya, dan sebuah layar menampilkan ketiga orang yang baru tadi keluar.

Ketiga orang itu berlari dengan sangat cepat. Dan Frost tersenyum kecil. Sarah dan Ervan saling bertatapan dan bibirnya menyunggingkkan sebuah senyuman maut.

Witch and War 2 : The CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang