Chloe menahan silau sinar matahari yang menyerang matanya dengan telapak tangannya. Ia terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang tidak benar. Ia turun ke lantai bawah dan melihat kalau dirinya sendirian, belum ada yang terbangun saat itu. Ia menengok ke arah jam dinding, pukul 3 pagi. Ia menguap sambil meneguk segelas air dari kulkas.
"... jam 3?" Chloe memijat matanya dan kembali menengok jam.
Jam 3 tepat, lalu sinar apa yang tadi ia lihat? Ia membuka pintu dan melihat langit masih gelap, tetapi sebuah asap yang tebal berwarna hitam mengepul ke atas. Chloe berlari menuju kamar Kazuto dan menggedor-gedor pintunya.
"Kazuto! Kazutoo!!" Chloe setengah berteriak dan terdengarlah suara dari dalam kamar.
Begitu Kazuto membuka pintunya, Chloe langsung menghela nafas dan menutup matanya. Kazuto membuka pintu hanya dengan menggunakan sebuah jeans panjang dan selebihnya, tak mengenakan apapun lagi, kecuali anting-anting yang selalu ia gunakan.
"Yes, princess?" Kazuto menyenderkan tubuhnya ke bagian dinding dan menyilangkan tangannya di depan dada.
"Goblok. Pakai bajumu! Ada masalah." Kata Chloe lalu pergi meninggalkan Kazuto begitu saja.
Kazuto lalu bermuka bingung dan juga kelelahan. Ia mengambil bajunya dan langsung mengenakannya. Chloe mengetuk kamar Oma Laine, lalu membukanya. Terlihat Omanya yang sudah terbangun dan mengikat rambutnya.
"Ayo!" Oma Laine menepuk pundak Chloe dan turun ke lantai bawah.
"Oma akan berangkat lebih dulu. Lokasinya dekat dengan gedung dewan. Kalian jaga diri. Dan susul aku secepatnya." Kata Oma Laine kepada Chloe dan Kazuto yang berdiri di sampingnya.
Lyra dan Reine keluar dari kamarnya bersamaan. Juga mengetahui apa yang terjadi. Lyra lalu membuka pintu kamar Gray dan melihat Gray tengah tertidur di bawah selimutnya dan bernafas dengan berat.
"Gray?" Lyra menyentuh kening Gray dan seketika Lyra terkejut.
"Kau demam?! Suhu tubuhmu tinggi sekali!" Lyra terkaget dan Gray membuka matanya.
"Lyra? Apa yang terjadi?" Tanya Gray dengan suara yang lemah.
"Kak Reine!" Leon memanggil dari luar kamar dan Reine melihat keadaan Gray.
"Astaga, aku baru tau kalau kau bisa demam tinggi seperti ini." Kata Reine sedikit terkekeh dan Gray sedikit mendecak kesal.
"Kalian pergilah, aku akan mengurus Gray disini." Kata Reine.
***
Frost mengelus seekor anjing kecil yang kini mengibas-ngibaskan ekornya yang juga kecil itu. Lidah menjulur keluar dan matanya berbinar. Frost lalu kembali berjalan menyusuri gang-gang kecil dan berhenti di depan sebuah rumah tua.
Dan diam-diam, Sarah dan Ervan mengikutinya dari belakang. Anjing yang baru saja Frost sentuh itu berubah wujud menjadi sebuah benang berwarna merah. Benang itu lalu Ervan berikan pada Sarah. Sarah memejamkan matanya dan berkonsentrasi.
Sarah, dalam pikiranya, ia melihat ribuan makhluk buatan dari besi dan menghancurkan seluruh kota. Dan ia juga melihat kalau seluruh benua akan mengalami perubahan akibat ledakan yang akan terjadi.
Sarah kembali membuka matanya, dan ia merasakan sakit di kepalanya. Ervan memegangi adiknya itu dan menenangkannya.
"Jadi?" Tanya Ervan.
"Kita akan temukan jawabannya sekarang." Jawab Sarah dengan matanya yang bersinar terang.
Mereka kembali mengikuti Frost yang kini memasuki rumah itu dengan wajah sumringah. Sarah menemukan seekor burung kecil dan menyihirnya dengan manipulasi pikiran. Burung itu terbang masuk ke dalam rumah dan hinggap tepat di dahan sebuah pohon yang ada di teras rumah itu. Frost duduk di kursi yang ada di teras itu dan seorang pria paruh baya keluar dari rumah, dan mereka mulai mengeluarkan kalimat dan kata.
Sarah berada di belakang rumah itu dan memfokuskan pikiran pada manipulasinya. Sarah lalu membuka matanya, dan menatap Ervan. Matanya yang sayu menunjukkan kekecewaan. Ervan tau, apa yang dimaksud Sarah.
***
"Oma! Apa yang terjadi?" Lyra, Leon, Kazuto, dan Chloe tiba di tempat dimana asap hitam itu mengepul. Beberapa orang berdiri disana mengelilingi. Sedangkan, sebuah rumah terbakar habis dan beberapa orang, tepatnya tubuh, tergeletak tak berdaya, tak bernyawa. Tatapan dari orang-orang mati itu membuat Kazuto merasa sedikit takut, tatapannya menunjukkan seperti mereka telah melihat sesuatu yang sangat mengerikan sebelum mereka mati.
"Ini ulah seseorang. Ini penyerangan, ia meledakkan tempat ini dan pergi tanpa meninggalkan jejak dan motif." Kata Oma Laine.
Matahari mulai menampakkan dirinya, dan tim medis juga keamanan yang ada disana segera membawa keempat mayat itu masuk ke dalam ambulans dan pergi begitu saja.
"Oma akan pergi ke istana. Aku akan mengkoordinasikan ini dengan raja." Kata Oma Laine lalu pergi meninggalkan mereka berempat saling bertatapan.
"Apa yang akan kita lakukan sekarang?"
***
"Gray, istirahatlah. Aku ada di lantai bawah. Berteriaklah sedikit kalau kau perlu sesuatu." Kata Reine setelah memberi kompres pada Gray, dan Gray mengangguk.
Reine lalu turun dan pergi menuju kamar mandi. Gray memejamkan matanya dan mencoba untuk tertidur kembali. Jendelanya yang terbuka membawa masuk angin pagi yang menyejukkan. Ia merasakan udaranya yang sangat menyegarkan dan membuatnya tenang. Suasananya sangat hening, bahkan Gray bisa mendengar suara orang-orang yang sedang bercanda ria di luar rumahnya.
Tiba-tiba, pintu depan terbuka, dan seseorang masuk ke dalam segera setelah menutup pintunya kembali. Gray segera menyadarinya, dan ia juga tau kalau kakaknya saat ini sedang mandi. Ia mendengar langkah kaki orang yang perlahan menaiki anak tangga satu persatu.
***
Lyra mengelilingi area ledakan yang membakar habis sebuah rumah itu, dan mulai menerka-nerka kemampuan dari orang yang mampu meledakkan sebuah rumah. Jika diberikan pertanyaan siapa yang pertama ia pikirkan, maka dengan cepat Lyra akan menjawab Frost.
Tapi, ia juga berani bertaruh bahwa ini merupakan sebuah ulah anak buah Frost. Tapi, ia tetap menenangkan diri.
"Lyra, menemukan sesuatu?" Tanya Chloe yang sedari tadi juga tampak berkeliling bertanya pada orang-orang.
Lyra menggeleng, "Kalau ini memang niat jahat. 90% aku berani bertaruh ini ulah Frost."
"Benar juga." Chloe berjongkok lalu mengelus puing-puing yang runtuh dari rumah itu.
"Kurasa, ini bukan hanya sebuah ledakan biasa. Ia tidak meledakkannya dari satu sisi." Kata Chloe.
"Segala sisi. Cukup jelas terlihat dari seluruh keadaan rumah ini." Kata Lyra.
BUM!!
Tanah bergetar dengan hebat, mereka berempat dan beberapa orang yang masih berada disana berusaha menahan keseimbangan. Sebuah cahaya yang sangat terang menyilaukan, lalu digantikan dengan asap berwarna hitam yang menyelimuti udara.
Chloe dan Lyra saling menoleh, Kazuto lalu menarik Leon. Chloe dengan langkah kilatnya, dan juga Lyra yang mampu untuk terbang dengan gesit langsung menuju arah ledakan. Kazuto membuat jalanan menjadi es dan berseluncur dengan cepat di atasnya. Leon yang mengikuti Kazuto terlihat sangat cemas.
Bisa dilihat dengan jelas, rumah Oma Laine-lah yang mengeluarkan asap berwarna hitam itu.
"Tidak, tidak, tidak... ini jebakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Witch and War 2 : The Cursed
خيال (فانتازيا)Para penyihir berpikir bahwa, jika E.N.D. telah berakhir, tak akan ada lagi masalah di dunia sihir. Salah besar. Mereka tak melihat apa yang ada di depan mereka saat ini. Mereka tak memikirkan dan mempersiapkan segalanya dengan matang. Sebuah perku...