"Leon, pengguna sihir tanah, penyuka binatang, memiliki senjata suci. Gray, pengguna sihir api, penyuka laut, memiliki senjata suci. Informasi ini sepertinya cukup membantu." Kata Trish pada Gray dan Leon di tengah padang pasir yang sangat luas. Angin berhembus dengan sangat kencang, dan pasir-pasir membuat mata menjadi terganggu.
"Sihir dimensi teleportasi dan topografi." Kata Gray lalu Trish bertepuk tangan.
"Tebakan yang bagus!"
"Jadi, di mana ini?" Tanya Leon.
"Dunia dimensiku." Trish lalu mengangkat kedua tangannya, dan tiba-tiba, ribuan pohon muncul dari dalam tanah dan menjulang tinggi hingga menyentuh langit.
"Mari bermain sebuah permainan." Trish lalu menyentuh salah satu pohon dan ia terserap ke dalamnya.
Tiba-tiba, pohon-pohon itu bergerak dan menyerang Leon dan Gray. Gray lalu dengan spontan menyemburkan apinya ke pohon itu, tapi tak satupun pohon itu yang terbakar ataupun menjadi hitam.
"Tormenta de arena!" Pasir-pasir itu lalu menyelimuti para pohon itu dan mematahkan seluruh pohon itu. Tapi, pohon itu kembali tegak dan tidak terjatuh.
"Argh, dimensi pribadi memang merepotkan!" Leon mengacak-acak rambutnya sendiri karena kesal.
***
Kazuto yang masih berada di dalam peti mati, membuat Chloe susah mengeluarkan suara dari mulutnya. Ia tertegun cukup lama, dan tiba-tiba saja, Kazuto yang berada di peti itu melangkah keluar dan perlahan membuka matanya, menunjukkan kedua iris matanya yang berwarna merah terang.
Krit! DUAR!
Tepat di belakang musuh Chloe, sebuah ledakan besar terjadi, dan Chloe melihat wujud Khanz dari kejauhan. Khanz lalu berlari mendekat dan berdiri di sisi Chloe.
"Fuh, hai Chloe! Bagaimana keadaanmu?" Tanya Khanz tak mengalihkan pandangan dari musuhnya.
Chloe menjawab dengan anggukan kecil.
"Tenanglah. Kazuto sudah kubawa ke dimensiku. Yang ada di depanmu ini bukanlah Kazuto. Hanya replikanya saja." Kata Khanz, dan kata-kata itu membuat Chloe menjadi tertegun dan kembali percaya diri.
"Ceritakanlah padaku nanti. Untuk saat ini, kita harus menjatuhkan si tengkorak ini."
***
Gray membakar seluruh pohon dan pohon-pohon itu tetap berdiri tegak, tidak menghitam sedikitpun. Pohon-pohon itu tiba-tiba mengeluarkan akarnya sendiri dari dalam tanah dan menghantam Gray, layaknya pohon itu hidup. Leon lalu membuat lubang dan menenggelamkan pohon itu.
Lalu tiba-tiba, semuanya berubah, mereka berdiri tepat di bibir kawah gunung merapi yang aktif dengan laharnya yang mendidih. Gray terlihat cukup tenang, sedangkan Leon sudah berkeringat banyak walaupun mereka berdiri di sana belum satu menit.
"Elemen tanah itu lemah terhadap api. Apa aku benar?" Kata Trish berdiri di seberang mereka dan Gray langsung mengarahkan aumannya pada Trish walaupun di jaraknya yang jauh itu.
Trish menghindar dengan pelan, ia lalu menggerakkan kedua tangannya dengan ritme dan tiba-tiba saja, seluruh lahar yang berada di kawah gunung itu terangkat di udara, dan berubah menjadi butiran-butiran kecil, dan Trish menyerang mereka berdua layaknya lahar itu adalah sebuah hujan.
Gray menatap seluruh lahar yang berada di atasnya, dan Leon yang tidak bisa menggunakan sihirnya secara maksimal hanya bisa menghadang dengan kedua tangannya sebelum lahar itu menyentuhnya.
"Hephaestus."
***
"Congeladores y regulador de frío, colmillo de serpiente!" Kazuto, atau yang saat ini merupakan tiruan Kazuto, membentuk sebuah sihir di udara dan tiga ekor ular raksasa yang terbuat dari es muncul keluar dari lingkaran sihirnya di langit-langit. Ular-ular itu menghancurkan dinding tanpa mengeluarkan seluruh tubuhnya dari dalam lingkaran sihir. Khanz dan Chloe melompat dan menghindari hantaman dari salah satu ular itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Witch and War 2 : The Cursed
FantasyPara penyihir berpikir bahwa, jika E.N.D. telah berakhir, tak akan ada lagi masalah di dunia sihir. Salah besar. Mereka tak melihat apa yang ada di depan mereka saat ini. Mereka tak memikirkan dan mempersiapkan segalanya dengan matang. Sebuah perku...