Semangat 45 buat Anisah - 15

2.5K 110 0
                                    

Terdengar suara Tarkhim menyambut kedatangan waktu subuh, dan menuntut para santri untuk bangun melaksanakan sholat, kemudian dilanjut mengaji kitab.

Kebiasaan yang unik yang selalu ada di pesantren adalah pada saat mengaji kitab, tidak sedikit para santri yang mengantuk, hingga datang embun pagi menyapa rumput hijau dan semak-semak yang penuh kesejukan.

Semua terasa indah, saat sayap-sayap burung gereja terlihat terbang bebas di atas langit yang biru semu.

Satu persatu gerbang pesantren mulai dibuka, menghirup sejuknya udara di pagi hari.

Para santri berdesak-desakan menuju kamar mandi, celotehnya tiada henti bak ibu-ibu yang sedang tawar menawar di pasar pinggir jalan, "Aku duluan aku duluan", " hey kamu bagian terakhir", bangunnya telat juga".

Langkah suara gesekan sarung di atas lutut, baju putih yang kusut, asap rokok yang menyembul membentuk huruf "O" di bagian mulut, rindu rindu dan rindu setengah mati, jika gus Ipul mengingat semua memori yang sudah terlewati, sekelas beliau pun pernah mengalami.

Saat mengikuti pelajaran, semua murid tampak tawaddhu' merendahkan hati di depan sang murobbi (pendidik), namun tak seperti hati Anisah Maharani, gadis berumur 15 tahun ini salah satu santri putri pesantren Hidayatul Mubtadi'in, yang diasuh oleh KH. Kholilullah.

Semua terasa hampa, saat Anisah masih terbayang-bayang akan sikap pujaan hatinya yang tampak berubah

Ayah, Mamah, Anisah rindu kalian, "ucapnya".

Tapi, tak mungkin bila Anisah mengadukan semuanya, sama saja Anisah akan mengecewakan kedua orangtuanya.

"Aku harus bangkit . . ! dan menanyakan semua ini pada gus Ipul", hatinya menyeru setiap waktu.

Jangan sampai kesenagan ini hanya kesenangan sesaat, kedekatannya dengan gus Ipul tidak boleh berhenti di tengah jalan.

"Dahulu dan nanti akan kupetik sebuah hikmah yang terindah, jangan sampai semuanya terulang kembali", bisiknya lirih.

Anisah Pov

Ayah, Ibu, Anisah berjanji akan pulang dengan membawa segudang ilmu yang akan membawa kemanfaatan untuk kalian banggakan.

Inilah aku, Anisah Maharani yang selalu kau puji keberhasilannya.

Zahro' dan teman-temannya selalu menanyakan keadaan Nisah.

"kenapa kamu selalu melamun? Sudahlah Nis, tidak hanya kamu yang pernah merasakan seperti itu, kita juga pernah begitu", ucap temannya menasehati.

"Kalo kamu benar-benar sayang sama gus Ipul tanyakan padanya apa kesalahanmu", susul Fatimah yang merasa iba.

Tapi inilah hidup yang harus kita tempuh dengan ikhlas.

"Nis, aku yakin kamu pasti bisa, aku siap jadi orang yang selalu mendengar keluh kesahmu", kata Najwa menyemangati.

"Makasih, aku janji akan menanyakannya pada gus Ipul, agar aku tidak berlarut-larut dalam kesedihan", kata-kata Nisa meyakinkan teman-temannya.

" Nah gitu dong, itu baru Anisah ku, Anisah yang tegar . .", puji salah seorang temannya.

_______________________________________

Cintaku Berawal dari NahwuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang