Part - 26

4.8K 92 5
                                    

Hai hai para readers yang masih stay di sini...
Sangat sangat berterimakasih buat kalian yang udah mau mampir dan memberikan vommentnya.
Terkadang seorang penulis itu menguras semua fikirannya demi menuangkan yang namanya imajinasi.
Imajinasi seorang penulis yang sudah menulis ribuan kata bahkan jutaan, tak akan ada artinya apa-apa jika tanpa seorang pembaca.
Maka dari itu jadilah pembaca yang baik hati, yang mau memberikan kritik dan sarannya, sehingga hasil karya dari seorang penulis bisa dinikmati senikmat mungkin.

Oke mari kita lanjutkan membaca terusan cerita yang di part 25 berikut ini, jreng jreng jreng. . .

. . .

Cinta itu dalam ilmu Nahwu diibaratkan seperti 'amil, 'amil terbagi menjadi dua, dari dua berkembang menjadi seratus dua.

Ya begitulah cinta, awalnya hanya tumbuh dari sepasang Adam dan Hawa, lalu di wariskan oleh anak cucunya sampai kepada kita.

Memang ada benarnya jika Hawa diciptakan untuk menemani kehadiran sang Adam di Dunia.

Dunia yang luas dan indah akan terasa hampa, jika hanya di huni oleh Adam seorang.

Tapi jangan sekali-kali menyia-nyiakan kedatangan cinta, sesekali ia hadir tanpa dicari, tapi di lain waktu di saat kita membutuhkannya, justru ia bersembunyi menghilang.

Maka hargai lah orang yang mencintai kita dengan tulus, belum tentu orang yang kita cintai akan mencintai kita seperti orang yang mencintai kita.

Jangan pernah meninggalkan orang yang menyayangi kita demi seseorang kita cintai, kelak suatu saat orang yang kita cintai akan meninggalkan kita demi orang yang dia sayang.

. . .

Mentari mulai menampakkan pancaran sinarnya di balik awan yang cerah dan angin yang berhembus menyapa setiap lorong-lorong jendela, langit yang biru menambah keelokan lukisan dunia pagi itu.

Sekitar pukul 07.00 para santri bergegas mempersiapkan diri dan memulai melangkahkan kaki. . .

"Kang...cepatlah, ayo kita berangkat!", Teriak Adi dengan suara yang lantang, tampak seperti orang yang terburu-buru, terlihat dari kancing bajunya yang masih berantakan, sarungnya ia gulung setinggi mata kaki, tangannya masih berada membenahi gulungan sarung yang tampak belum rapi sambil berlari mengejar sesuatu. Jelas saja karena pagi ini gus Ipul yang mengisi acara ngaji, Adi takut terlambat. Bukan karena takut dimarahi oleh gus Ipul, tapi dia malu kalau misalkan datang terlambat lalu disorakin santri putri.
Hmmm... Sebab jadwal pagi ini ngajinya digabung antara santri putra dan putri, hanya ada pembatas satir yang melintang memisahkan antara keduanya, tapi tetap saja tampak terlihat siapa-siapa saja yang suka datang terlambat.

"Gus Ipulnya sudah hadir belum?" Sahut Ikhsan dengan tatapan matanya menuju ke arah santri putri.

"Huuuuuhhhh", suara sorakan terdengar kencang sekali menyambut kedatangan Ikhsan.

Cintaku Berawal dari NahwuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang