Semua orang memandangnya. Dan tetap berjalan kedepan. Sampai ia sadar, seseorang sedang mengatai dirinya.
"Hey, pirang!"
Ia mengerutkan kedua alisnya, lalu wajahnya berubah menjadi datar. Ia membenarkan letak kacamatanya dan kembali berjalan. Sedetik kemudian, sebuah kaleng minuman yang sudah kosong mendarat di kepalanya. Momo sedikit terhuyung karena kaleng tersebut mendarat di kepalanya sangat keras. Ia meringis sedikit dan memutar badannya.
Kedua bola matanya yang berwarna hitam pekat itu menangkap sosok lelaki tinggi bersama dengan teman satu pasukannya. Lelaki itu membawa papan seluncur ditangan kirinya. Selanjutnya yang ia dengar adalah suara tawa anak-anak di koridor. Meskipun Momo sudah terbiasa dengan hal seperti ini, tapi ia masih memiliki sedikit rasa takut ketika ia melirik satu-satu wajah mereka.
Momo mengabaikan mereka dan mulai berjalan menuju lokernya. Suara tawa anak-anak sedikit mereda ketika ia mulau menjauh. Ia mengambil selembar kertas yang berisi jadwal pelajaran nya selama bersekolah disana. Tak ada pelajaran yang ia sukai. Bahkan pelajaran yang ia kuasai sekalipun.
Ia sudah masuk kedalam kelas sebelum bel berbunyi. Semua kursi sudah terisi penuh, kecuali kursi ketiga dari belakang di baris pertama. Ia duduk disana dan menyiapkan buku pelajaran pertamanya. Kemudian ia mengeluarkan ponselnya untuk menonton sebuah video berdurasi dua menit sembari menunggu bel berbunyi.
Ia hanyut dalam keasyikan, sampai seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Momo menoleh dan mendapati gadis berambut hitam tengah tersenyum menatapnya. Dilihat dari wajahnya, gadis itu murni orang Indonesia. Tidak seperti dirinya yang memiliki darah Jepang dan Scottish.
"Hai!" sapanya. Momo hanya diam dan tidak menanggapi. Tapi sepertinya gadis berambut hitam itu tidak mau berhenti mengganggu Momo, "Aku Bunga. Salam kenal. Kudengar kau murid baru ya? Jika boleh tahu, siapa namamu?"
"Momo." Jawabnya singkat. Gadis bernama Bunga itu tersenyum. Momo merasakan darahnya berdesir. Gadis ini cantik seperti namanya, Bunga.
"Kuharap kita bisa saling mengenal lebih baik." Ucapnya. Momo masih tidak mengerti kenapa masih ada orang yang ingin mengenalnya lebih baik.
Setelah percakapan singkat itu, bel berbunyi. Bunga kembali ke tempat duduknya yang tepat berada di depan meja guru. Momo menyimpan ponselnya bersamaan dengan seorang pria yang cukup tua masuk kedalam kelasnya. Ia menduga bahwa pria itu adalah guru di jam pelajaran pertama sekaligus wali kelasnya. Garis wajahnya terlihat, tetapi tidak terlalu menonjol. Ketika guru itu tersenyum, kedua matanya membentuk garis.
"Selamat pagi, anak-anak."
"Pagi, Pak!"
Momo masih belum mengenal siapa nama guru itu, tetapi ia mendengar beberapa anak memanggilnya dengan sebutan Pak Jo. Kedua bola mata guru itu menangkap keberadaan Momo deng tersenyum padanya. Lagi, Momo hanya memasang wajah datar.
"Kau yang berambut pirang, berdirilah dan perkenalkan dirimu." Ucap guru itu.
Hal kedua yang Momo benci. Ia benci disuruh.
♀
YOU ARE READING
Alive
Teen FictionMomo berharap bahwa kehidupan disekolahnya akan tenang. Tetapi nyatanya tidak. Yang mulanya menjadi bahan tertawaan satu orang, menjadi bahan tertawaan satu sekolah. Penyebabnya hanya lah seorang bernama Juno. Lelaki berdarah Amerika-Indonesia menye...